Kamis, 07 Maret 2013

TUMPANGSARI


Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman pada
lahan dan waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam barisan-barisan
tanaman. Penanaman dengan cara ini bisa dilakukan pada dua atau lebih jenis
tanaman yang relatif seumur, misalnya jagung dan kacang tanah atau bisa juga
pada beberapa jenis tanaman yang umurnya berbeda-beda.
Untuk dapat melaksanakan pola tanam tumpangsari secara baik perlu
diperhatikan beberapa faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh di
antaranya ketersediaan air, kesuburan tanah, sinar matahari dan hama penyakit.
Penentuan jenis tanaman yang akan ditumpangsari dan saat penanaman
sebaiknya disesuaikan dengan ketersediaan air yang ada selama pertumbuhan.
Hal ini dimaksudkan agar diperoleh pertumbuhan dan produksi secara optimal.
Kesuburan tanah mutlak diperlukan, hal ini dimaksudkan untuk menghindari
persiangan (penyerapan hara dan air) pada satu petak lahan antar tanaman.
Pada pola tanam tumpangsari sebaiknya dipilih dan dikombinasikan antara
tanaman yang mempunyai perakaran relatif dalam dan tanaman yang
mempunyai perakaran relatif dangkal.
Sebaran sinar matahari penting, hal ini bertujuan untuk menghindari persiangan
antar tanaman yang ditumpangsarikan dalam hal mendapatkan sinar matahari,
perlu diperhatikan tinggi dan luas antar tajuk tanaman yang ditumpangsarikan.
Tinggi dan lebar tajuk antar tanaman yang ditumpangsarikan akan berpengaruh
terhadap penerimaan cahaya matahari, lebih lanjut akan mempengaruhi hasil
sintesa (glukosa) dan muara terakhir akan berpengaruh terhadap hasil secara
keseluruhan.
Antisipasi adanya hama penyakit tidak lain adalah untuk mengurangi resiko
serangan hama maupun penyakit pada pola tanam tumpangsari. Sebaiknya
ditanam tanam-tanaman yang mempunyai hama maupun penyakit berbeda, atau
tidak menjadi inang dari hama maupun penyakit tanaman lain yang
ditumpangsarikan.
Sistem tanam tumpangsari mempunyai banyak keuntungan yang tidak dimiliki
pada pola tanam monokultur. Beberapa keuntungan pada pola tumpangsari
antara lain: 1) akan terjadi peningkatan efisiensi (tenaga kerja, pemanfaatan
lahan maupun penyerapan sinar matahari), 2) populasi tanaman dapat diatur
sesuai yang dikehendaki, 3) dalam satu areal diperoleh produksi lebih dari satu
komoditas, 4) tetap mempunyai peluang mendapatkan hasil manakala satu jenis
tanaman yang diusahakan gagal dan 5) kombinasi beberapa jenis tanaman
dapat menciptakan beberapa jenis tanaman dapat menciptakan stabilitas
biologis sehingga dapat menekan serangan hama dan penyakit serta
mempertahankan kelestarian sumber daya lahan dalam hal ini kesuburan tanah.
Introduksi Teknologi Tumpangsari
Pengolahan tanah dikerjakan saat hujan pertama mulai turun. Saat ini musim
hujan kadang kurang jelas jatuhnya, namun sebagai ancer-ancer bisa pada
bulan Oktober sampai awal Nopember. Pengolahan tanah ini dilakukan agar
tanah menjadi gembur. Selain membuat tanah menjadi gembur, pengolahan
tanah akan dapat menghilangkan gulma. Pengolahan tanah dilakukan dengan
dicangkul sedalam 10-15 cm, kemudian dicacah sambil membuang gulma yang
ada dan yang terakhir dibuat guludan. Arah guludan sebaiknya menghadap ke
barat-timur dengan lebar guludan antara 170-180 cm. Antara dua guludan dibuat
saluran selebar 20-30 cm untuk mengalirkan air, agar saat hujan tanah tetap
dalam keadaan atus sehingga akar tanaman jagung maupun kacang tanah tidak
tergenang.
Pada pola tumpangsari jagung dan kacang tanah, diatur dimana jagung sebagai
tanaman pokok dan kacang tanah sebagai tanaman sela. Benih jagung yang
akan ditanam adalah jagung komposit (bersari bebas) varietas Bisma berlabel
yang sudah diberi seed treatment. Lubang tanam dibuat dengan tugal sedalam
2-3 cm, dengan jarak antar barisan tanaman 200 cm, sedangkan jarak dalam
barisan adalah 40 cm. Kebutuhan benih jagung setiap hektar lahan dengan pola
tumpangsari adalah 15 kg (2 benih tiap lubang tanam), sehingga populasi
tanaman jagung dalam 1 ha lahan adalah 25.000 batang. Sedangkan untuk
kacang tanah yang akan ditanam adalah kacang tanah varietas Jerapah,
varietas ini mempunyai biji 2 dalam setiap polong. Jarak tanaman kacang tanah
adalah 25 x 25 cm, sehingga dalam setiap guludan terdapat 1 baris tanaman
jagung dan 5 baris tanaman kacang tanah. Populasi tanaman kacang tanah
dalam 1 ha kurang lebih 100.000 tanaman atau sekitar 70% dibanding pola
monokultur. Kebutuhan benih kacang tanah untuk setiap 1 ha lahan dengan pola
tumpangsari dengan jagung adalah 50 kg biji kering (1 benih tiap lubang tanam).
Pemupukan dilakukan dua kali yaitu pada saat tanam dan pada saat tanaman
telah berumur 1 bulan. Dosis pupuk untuk jagung adalah 120 kg Urea, 65 kg SP-
36 dan 50 kg KCL. Dosis pupuk untuk kacang tanah adalah 40 kg Urea, 80 kg
SP-36 yang masing-masing diberikan dalam dua kali pemupukan. Pemupukan
pertama pada jagung adalah 80 kg Urea, 65 kg SP-36 dan 50 kg KCl, satu bulan
kemudian ditambahkan pupuk susulan yaitu Urea sebanyak 40 kg. Pemupukan
pertama pada kacang tanah adalah: 20 kg Urea, 80 kg SP-36 dan 40 kg KCL,
selang satu bulan ditambahkan pupuk susulan yaitu 20 kg Urea. Cara
pemupukan yaitu semua pupuk yang akan diberikan dicampur jadi satu,
kemudian dibuat larikan dekat barisan tanaman (sekitar 5 cm dari barisan
tanaman dengan kedalaman antara 5-7 cm), pupuk ditabur sepanjang larikan
kemudian ditutup kembali dengan tanah. Pemupukan kedua untuk tanaman
jagung larikan disesuaikan dengan tajuk tanaman, sedangkan untuk kacang
tanah larikan dibuat di tengah jarak antara dua barisan tanaman kacang tanah.
Perawatan atau pemeliharaan tanaman meliputi beberapa kegiatan antara lain
penyulaman, penyiangan dan pembumbunan. Penyulaman sebaiknya dilakukan
agar tidak ada spot-spot kosong yang akan diisi oleh gulma bila tidak dilakukan
penyulaman. Penyulaman untuk tanaman jagung dilakukan antara 4-7 hari
setelah tanam, sedangkan untuk kacang tanah antara 5-10 hari setelah tanam.
Sebaiknya penyulaman tidak terlalu lama melakukannya.
Penyiangan dan pembumbunan dilakukan paling tidak sebanyak dua kali atau
menyesuaikan dengan kondisi gulma, bila memang gulma tumbuh dominan
dapat dilakukan penyiangan lagi. Penyiangan pertama dilakukan pada saat
tanaman berumur 15 hari, sedangkan penyiangan yang kedua dilakukan setelah
tanaman berumur 30 hari sebelum dilakukan pemupukan susulan. Pada
penyiangan kedua ini sekaligus dilakukan pembumbunan yaitu dengan
menggemburkan tanah dan menikkan tanah ke sekitar batang. Untuk kacang
tanah sebaiknya dilakukan pembumbunan sekali lagi yaitu pada saat tanaman
selesai berbunga sekitar 40 hari setelah tanam.
Pengendalian hama penyakit dimaksudkan agar kesehatan tanaman dapat
terjaga sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Pengendalian hama maupun penyakit dengan menggunakan pestisida
sebaiknya dilakukan dengan bijaksana, karena bahan kimia ini selain membunuh
hama tetapi juga sekaligus membunuh predatornya juga. Jadikanlah pestisida
sebagai pilihan yang mempunyai spektrum sempit. Pada jagung yang sering
dijumpai adalah penyakit bulai untuk hamanya adalah penggerek daun
penghisap daun. Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman pada
lahan dan waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam barisan-barisan
tanaman. Penanaman dengan cara ini bisa dilakukan pada dua atau lebih jenis
tanaman yang relatif seumur, misalnya jagung dan kacang tanah atau bisa juga
pada beberapa jenis tanaman yang umurnya berbeda-beda.
Untuk dapat melaksanakan pola tanam tumpangsari secara baik perlu
diperhatikan beberapa faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh di
antaranya ketersediaan air, kesuburan tanah, sinar matahari dan hama penyakit.
Penentuan jenis tanaman yang akan ditumpangsari dan saat penanaman
sebaiknya disesuaikan dengan ketersediaan air yang ada selama pertumbuhan.
Hal ini dimaksudkan agar diperoleh pertumbuhan dan produksi secara optimal.
Kesuburan tanah mutlak diperlukan, hal ini dimaksudkan untuk menghindari
persiangan (penyerapan hara dan air) pada satu petak lahan antar tanaman.
Pada pola tanam tumpangsari sebaiknya dipilih dan dikombinasikan antara
tanaman yang mempunyai perakaran relatif dalam dan tanaman yang
mempunyai perakaran relatif dangkal.
Sebaran sinar matahari penting, hal ini bertujuan untuk menghindari persiangan
antar tanaman yang ditumpangsarikan dalam hal mendapatkan sinar matahari,
perlu diperhatikan tinggi dan luas antar tajuk tanaman yang ditumpangsarikan.
Tinggi dan lebar tajuk antar tanaman yang ditumpangsarikan akan berpengaruh
terhadap penerimaan cahaya matahari, lebih lanjut akan mempengaruhi hasil
sintesa (glukosa) dan muara terakhir akan berpengaruh terhadap hasil secara
keseluruhan.
Antisipasi adanya hama penyakit tidak lain adalah untuk mengurangi resiko
serangan hama maupun penyakit pada pola tanam tumpangsari. Sebaiknya
ditanam tanam-tanaman yang mempunyai hama maupun penyakit berbeda, atau
tidak menjadi inang dari hama maupun penyakit tanaman lain yang
ditumpangsarikan.
Sistem tanam tumpangsari mempunyai banyak keuntungan yang tidak dimiliki
pada pola tanam monokultur. Beberapa keuntungan pada pola tumpangsari
antara lain: 1) akan terjadi peningkatan efisiensi (tenaga kerja, pemanfaatan
lahan maupun penyerapan sinar matahari), 2) populasi tanaman dapat diatur
sesuai yang dikehendaki, 3) dalam satu areal diperoleh produksi lebih dari satu
komoditas, 4) tetap mempunyai peluang mendapatkan hasil manakala satu jenis
tanaman yang diusahakan gagal dan 5) kombinasi beberapa jenis tanaman
dapat menciptakan beberapa jenis tanaman dapat menciptakan stabilitas
biologis sehingga dapat menekan serangan hama dan penyakit serta
mempertahankan kelestarian sumber daya lahan dalam hal ini kesuburan tanah.
Introduksi Teknologi Tumpangsari
Pengolahan tanah dikerjakan saat hujan pertama mulai turun. Saat ini musim
hujan kadang kurang jelas jatuhnya, namun sebagai ancer-ancer bisa pada
bulan Oktober sampai awal Nopember. Pengolahan tanah ini dilakukan agar
tanah menjadi gembur. Selain membuat tanah menjadi gembur, pengolahan
tanah akan dapat menghilangkan gulma. Pengolahan tanah dilakukan dengan
dicangkul sedalam 10-15 cm, kemudian dicacah sambil membuang gulma yang
ada dan yang terakhir dibuat guludan. Arah guludan sebaiknya menghadap ke
barat-timur dengan lebar guludan antara 170-180 cm. Antara dua guludan dibuat
saluran selebar 20-30 cm untuk mengalirkan air, agar saat hujan tanah tetap
dalam keadaan atus sehingga akar tanaman jagung maupun kacang tanah tidak
tergenang.
Pada pola tumpangsari jagung dan kacang tanah, diatur dimana jagung sebagai
tanaman pokok dan kacang tanah sebagai tanaman sela. Benih jagung yang
akan ditanam adalah jagung komposit (bersari bebas) varietas Bisma berlabel
yang sudah diberi seed treatment. Lubang tanam dibuat dengan tugal sedalam
2-3 cm, dengan jarak antar barisan tanaman 200 cm, sedangkan jarak dalam
barisan adalah 40 cm. Kebutuhan benih jagung setiap hektar lahan dengan pola
tumpangsari adalah 15 kg (2 benih tiap lubang tanam), sehingga populasi
tanaman jagung dalam 1 ha lahan adalah 25.000 batang. Sedangkan untuk
kacang tanah yang akan ditanam adalah kacang tanah varietas Jerapah,
varietas ini mempunyai biji 2 dalam setiap polong. Jarak tanaman kacang tanah
adalah 25 x 25 cm, sehingga dalam setiap guludan terdapat 1 baris tanaman
jagung dan 5 baris tanaman kacang tanah. Populasi tanaman kacang tanah
dalam 1 ha kurang lebih 100.000 tanaman atau sekitar 70% dibanding pola
monokultur. Kebutuhan benih kacang tanah untuk setiap 1 ha lahan dengan pola
tumpangsari dengan jagung adalah 50 kg biji kering (1 benih tiap lubang tanam).
Pemupukan dilakukan dua kali yaitu pada saat tanam dan pada saat tanaman
telah berumur 1 bulan. Dosis pupuk untuk jagung adalah 120 kg Urea, 65 kg SP-
36 dan 50 kg KCL. Dosis pupuk untuk kacang tanah adalah 40 kg Urea, 80 kg
SP-36 yang masing-masing diberikan dalam dua kali pemupukan. Pemupukan
pertama pada jagung adalah 80 kg Urea, 65 kg SP-36 dan 50 kg KCl, satu bulan
kemudian ditambahkan pupuk susulan yaitu Urea sebanyak 40 kg. Pemupukan
pertama pada kacang tanah adalah: 20 kg Urea, 80 kg SP-36 dan 40 kg KCL,
selang satu bulan ditambahkan pupuk susulan yaitu 20 kg Urea. Cara
pemupukan yaitu semua pupuk yang akan diberikan dicampur jadi satu,
kemudian dibuat larikan dekat barisan tanaman (sekitar 5 cm dari barisan
tanaman dengan kedalaman antara 5-7 cm), pupuk ditabur sepanjang larikan
kemudian ditutup kembali dengan tanah. Pemupukan kedua untuk tanaman
jagung larikan disesuaikan dengan tajuk tanaman, sedangkan untuk kacang
tanah larikan dibuat di tengah jarak antara dua barisan tanaman kacang tanah.
Perawatan atau pemeliharaan tanaman meliputi beberapa kegiatan antara lain
penyulaman, penyiangan dan pembumbunan. Penyulaman sebaiknya dilakukan
agar tidak ada spot-spot kosong yang akan diisi oleh gulma bila tidak dilakukan
penyulaman. Penyulaman untuk tanaman jagung dilakukan antara 4-7 hari
setelah tanam, sedangkan untuk kacang tanah antara 5-10 hari setelah tanam.
Sebaiknya penyulaman tidak terlalu lama melakukannya.
Penyiangan dan pembumbunan dilakukan paling tidak sebanyak dua kali atau
menyesuaikan dengan kondisi gulma, bila memang gulma tumbuh dominan
dapat dilakukan penyiangan lagi. Penyiangan pertama dilakukan pada saat
tanaman berumur 15 hari, sedangkan penyiangan yang kedua dilakukan setelah
tanaman berumur 30 hari sebelum dilakukan pemupukan susulan. Pada
penyiangan kedua ini sekaligus dilakukan pembumbunan yaitu dengan
menggemburkan tanah dan menikkan tanah ke sekitar batang. Untuk kacang
tanah sebaiknya dilakukan pembumbunan sekali lagi yaitu pada saat tanaman
selesai berbunga sekitar 40 hari setelah tanam.
Pengendalian hama penyakit dimaksudkan agar kesehatan tanaman dapat
terjaga sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Pengendalian hama maupun penyakit dengan menggunakan pestisida
sebaiknya dilakukan dengan bijaksana, karena bahan kimia ini selain membunuh
hama tetapi juga sekaligus membunuh predatornya juga. Jadikanlah pestisida
sebagai pilihan yang mempunyai spektrum sempit. Pada jagung yang sering
dijumpai adalah penyakit bulai untuk hamanya adalah penggerek daun
penghisap daun. Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman pada
lahan dan waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam barisan-barisan
tanaman. Penanaman dengan cara ini bisa dilakukan pada dua atau lebih jenis
tanaman yang relatif seumur, misalnya jagung dan kacang tanah atau bisa juga
pada beberapa jenis tanaman yang umurnya berbeda-beda.
Untuk dapat melaksanakan pola tanam tumpangsari secara baik perlu
diperhatikan beberapa faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh di
antaranya ketersediaan air, kesuburan tanah, sinar matahari dan hama penyakit.
Penentuan jenis tanaman yang akan ditumpangsari dan saat penanaman
sebaiknya disesuaikan dengan ketersediaan air yang ada selama pertumbuhan.
Hal ini dimaksudkan agar diperoleh pertumbuhan dan produksi secara optimal.
Kesuburan tanah mutlak diperlukan, hal ini dimaksudkan untuk menghindari
persiangan (penyerapan hara dan air) pada satu petak lahan antar tanaman.
Pada pola tanam tumpangsari sebaiknya dipilih dan dikombinasikan antara
tanaman yang mempunyai perakaran relatif dalam dan tanaman yang
mempunyai perakaran relatif dangkal.
Sebaran sinar matahari penting, hal ini bertujuan untuk menghindari persiangan
antar tanaman yang ditumpangsarikan dalam hal mendapatkan sinar matahari,
perlu diperhatikan tinggi dan luas antar tajuk tanaman yang ditumpangsarikan.
Tinggi dan lebar tajuk antar tanaman yang ditumpangsarikan akan berpengaruh
terhadap penerimaan cahaya matahari, lebih lanjut akan mempengaruhi hasil
sintesa (glukosa) dan muara terakhir akan berpengaruh terhadap hasil secara
keseluruhan.
Antisipasi adanya hama penyakit tidak lain adalah untuk mengurangi resiko
serangan hama maupun penyakit pada pola tanam tumpangsari. Sebaiknya
ditanam tanam-tanaman yang mempunyai hama maupun penyakit berbeda, atau
tidak menjadi inang dari hama maupun penyakit tanaman lain yang
ditumpangsarikan.
Sistem tanam tumpangsari mempunyai banyak keuntungan yang tidak dimiliki
pada pola tanam monokultur. Beberapa keuntungan pada pola tumpangsari
antara lain: 1) akan terjadi peningkatan efisiensi (tenaga kerja, pemanfaatan
lahan maupun penyerapan sinar matahari), 2) populasi tanaman dapat diatur
sesuai yang dikehendaki, 3) dalam satu areal diperoleh produksi lebih dari satu
komoditas, 4) tetap mempunyai peluang mendapatkan hasil manakala satu jenis
tanaman yang diusahakan gagal dan 5) kombinasi beberapa jenis tanaman
dapat menciptakan beberapa jenis tanaman dapat menciptakan stabilitas
biologis sehingga dapat menekan serangan hama dan penyakit serta
mempertahankan kelestarian sumber daya lahan dalam hal ini kesuburan tanah.
Introduksi Teknologi Tumpangsari
Pengolahan tanah dikerjakan saat hujan pertama mulai turun. Saat ini musim
hujan kadang kurang jelas jatuhnya, namun sebagai ancer-ancer bisa pada
bulan Oktober sampai awal Nopember. Pengolahan tanah ini dilakukan agar
tanah menjadi gembur. Selain membuat tanah menjadi gembur, pengolahan
tanah akan dapat menghilangkan gulma. Pengolahan tanah dilakukan dengan
dicangkul sedalam 10-15 cm, kemudian dicacah sambil membuang gulma yang
ada dan yang terakhir dibuat guludan. Arah guludan sebaiknya menghadap ke
barat-timur dengan lebar guludan antara 170-180 cm. Antara dua guludan dibuat
saluran selebar 20-30 cm untuk mengalirkan air, agar saat hujan tanah tetap
dalam keadaan atus sehingga akar tanaman jagung maupun kacang tanah tidak
tergenang.
Pada pola tumpangsari jagung dan kacang tanah, diatur dimana jagung sebagai
tanaman pokok dan kacang tanah sebagai tanaman sela. Benih jagung yang
akan ditanam adalah jagung komposit (bersari bebas) varietas Bisma berlabel
yang sudah diberi seed treatment. Lubang tanam dibuat dengan tugal sedalam
2-3 cm, dengan jarak antar barisan tanaman 200 cm, sedangkan jarak dalam
barisan adalah 40 cm. Kebutuhan benih jagung setiap hektar lahan dengan pola
tumpangsari adalah 15 kg (2 benih tiap lubang tanam), sehingga populasi
tanaman jagung dalam 1 ha lahan adalah 25.000 batang. Sedangkan untuk
kacang tanah yang akan ditanam adalah kacang tanah varietas Jerapah,
varietas ini mempunyai biji 2 dalam setiap polong. Jarak tanaman kacang tanah
adalah 25 x 25 cm, sehingga dalam setiap guludan terdapat 1 baris tanaman
jagung dan 5 baris tanaman kacang tanah. Populasi tanaman kacang tanah
dalam 1 ha kurang lebih 100.000 tanaman atau sekitar 70% dibanding pola
monokultur. Kebutuhan benih kacang tanah untuk setiap 1 ha lahan dengan pola
tumpangsari dengan jagung adalah 50 kg biji kering (1 benih tiap lubang tanam).
Pemupukan dilakukan dua kali yaitu pada saat tanam dan pada saat tanaman
telah berumur 1 bulan. Dosis pupuk untuk jagung adalah 120 kg Urea, 65 kg SP-
36 dan 50 kg KCL. Dosis pupuk untuk kacang tanah adalah 40 kg Urea, 80 kg
SP-36 yang masing-masing diberikan dalam dua kali pemupukan. Pemupukan
pertama pada jagung adalah 80 kg Urea, 65 kg SP-36 dan 50 kg KCl, satu bulan
kemudian ditambahkan pupuk susulan yaitu Urea sebanyak 40 kg. Pemupukan
pertama pada kacang tanah adalah: 20 kg Urea, 80 kg SP-36 dan 40 kg KCL,
selang satu bulan ditambahkan pupuk susulan yaitu 20 kg Urea. Cara
pemupukan yaitu semua pupuk yang akan diberikan dicampur jadi satu,
kemudian dibuat larikan dekat barisan tanaman (sekitar 5 cm dari barisan
tanaman dengan kedalaman antara 5-7 cm), pupuk ditabur sepanjang larikan
kemudian ditutup kembali dengan tanah. Pemupukan kedua untuk tanaman
jagung larikan disesuaikan dengan tajuk tanaman, sedangkan untuk kacang
tanah larikan dibuat di tengah jarak antara dua barisan tanaman kacang tanah.
Perawatan atau pemeliharaan tanaman meliputi beberapa kegiatan antara lain
penyulaman, penyiangan dan pembumbunan. Penyulaman sebaiknya dilakukan
agar tidak ada spot-spot kosong yang akan diisi oleh gulma bila tidak dilakukan
penyulaman. Penyulaman untuk tanaman jagung dilakukan antara 4-7 hari
setelah tanam, sedangkan untuk kacang tanah antara 5-10 hari setelah tanam.
Sebaiknya penyulaman tidak terlalu lama melakukannya.
Penyiangan dan pembumbunan dilakukan paling tidak sebanyak dua kali atau
menyesuaikan dengan kondisi gulma, bila memang gulma tumbuh dominan
dapat dilakukan penyiangan lagi. Penyiangan pertama dilakukan pada saat
tanaman berumur 15 hari, sedangkan penyiangan yang kedua dilakukan setelah
tanaman berumur 30 hari sebelum dilakukan pemupukan susulan. Pada
penyiangan kedua ini sekaligus dilakukan pembumbunan yaitu dengan
menggemburkan tanah dan menikkan tanah ke sekitar batang. Untuk kacang
tanah sebaiknya dilakukan pembumbunan sekali lagi yaitu pada saat tanaman
selesai berbunga sekitar 40 hari setelah tanam.
Pengendalian hama penyakit dimaksudkan agar kesehatan tanaman dapat
terjaga sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Pengendalian hama maupun penyakit dengan menggunakan pestisida
sebaiknya dilakukan dengan bijaksana, karena bahan kimia ini selain membunuh
hama tetapi juga sekaligus membunuh predatornya juga. Jadikanlah pestisida
sebagai pilihan yang mempunyai spektrum sempit. Pada jagung yang sering
dijumpai adalah penyakit bulai untuk hamanya adalah penggerek daun
penghisap daun. Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman pada
lahan dan waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam barisan-barisan
tanaman. Penanaman dengan cara ini bisa dilakukan pada dua atau lebih jenis
tanaman yang relatif seumur, misalnya jagung dan kacang tanah atau bisa juga
pada beberapa jenis tanaman yang umurnya berbeda-beda.
Untuk dapat melaksanakan pola tanam tumpangsari secara baik perlu
diperhatikan beberapa faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh di
antaranya ketersediaan air, kesuburan tanah, sinar matahari dan hama penyakit.
Penentuan jenis tanaman yang akan ditumpangsari dan saat penanaman
sebaiknya disesuaikan dengan ketersediaan air yang ada selama pertumbuhan.
Hal ini dimaksudkan agar diperoleh pertumbuhan dan produksi secara optimal.
Kesuburan tanah mutlak diperlukan, hal ini dimaksudkan untuk menghindari
persiangan (penyerapan hara dan air) pada satu petak lahan antar tanaman.
Pada pola tanam tumpangsari sebaiknya dipilih dan dikombinasikan antara
tanaman yang mempunyai perakaran relatif dalam dan tanaman yang
mempunyai perakaran relatif dangkal.
Sebaran sinar matahari penting, hal ini bertujuan untuk menghindari persiangan
antar tanaman yang ditumpangsarikan dalam hal mendapatkan sinar matahari,
perlu diperhatikan tinggi dan luas antar tajuk tanaman yang ditumpangsarikan.
Tinggi dan lebar tajuk antar tanaman yang ditumpangsarikan akan berpengaruh
terhadap penerimaan cahaya matahari, lebih lanjut akan mempengaruhi hasil
sintesa (glukosa) dan muara terakhir akan berpengaruh terhadap hasil secara
keseluruhan.
Antisipasi adanya hama penyakit tidak lain adalah untuk mengurangi resiko
serangan hama maupun penyakit pada pola tanam tumpangsari. Sebaiknya
ditanam tanam-tanaman yang mempunyai hama maupun penyakit berbeda, atau
tidak menjadi inang dari hama maupun penyakit tanaman lain yang
ditumpangsarikan.
Sistem tanam tumpangsari mempunyai banyak keuntungan yang tidak dimiliki
pada pola tanam monokultur. Beberapa keuntungan pada pola tumpangsari
antara lain: 1) akan terjadi peningkatan efisiensi (tenaga kerja, pemanfaatan
lahan maupun penyerapan sinar matahari), 2) populasi tanaman dapat diatur
sesuai yang dikehendaki, 3) dalam satu areal diperoleh produksi lebih dari satu
komoditas, 4) tetap mempunyai peluang mendapatkan hasil manakala satu jenis
tanaman yang diusahakan gagal dan 5) kombinasi beberapa jenis tanaman
dapat menciptakan beberapa jenis tanaman dapat menciptakan stabilitas
biologis sehingga dapat menekan serangan hama dan penyakit serta
mempertahankan kelestarian sumber daya lahan dalam hal ini kesuburan tanah.
Introduksi Teknologi Tumpangsari
Pengolahan tanah dikerjakan saat hujan pertama mulai turun. Saat ini musim
hujan kadang kurang jelas jatuhnya, namun sebagai ancer-ancer bisa pada
bulan Oktober sampai awal Nopember. Pengolahan tanah ini dilakukan agar
tanah menjadi gembur. Selain membuat tanah menjadi gembur, pengolahan
tanah akan dapat menghilangkan gulma. Pengolahan tanah dilakukan dengan
dicangkul sedalam 10-15 cm, kemudian dicacah sambil membuang gulma yang
ada dan yang terakhir dibuat guludan. Arah guludan sebaiknya menghadap ke
barat-timur dengan lebar guludan antara 170-180 cm. Antara dua guludan dibuat
saluran selebar 20-30 cm untuk mengalirkan air, agar saat hujan tanah tetap
dalam keadaan atus sehingga akar tanaman jagung maupun kacang tanah tidak
tergenang.
Pada pola tumpangsari jagung dan kacang tanah, diatur dimana jagung sebagai
tanaman pokok dan kacang tanah sebagai tanaman sela. Benih jagung yang
akan ditanam adalah jagung komposit (bersari bebas) varietas Bisma berlabel
yang sudah diberi seed treatment. Lubang tanam dibuat dengan tugal sedalam
2-3 cm, dengan jarak antar barisan tanaman 200 cm, sedangkan jarak dalam
barisan adalah 40 cm. Kebutuhan benih jagung setiap hektar lahan dengan pola
tumpangsari adalah 15 kg (2 benih tiap lubang tanam), sehingga populasi
tanaman jagung dalam 1 ha lahan adalah 25.000 batang. Sedangkan untuk
kacang tanah yang akan ditanam adalah kacang tanah varietas Jerapah,
varietas ini mempunyai biji 2 dalam setiap polong. Jarak tanaman kacang tanah
adalah 25 x 25 cm, sehingga dalam setiap guludan terdapat 1 baris tanaman
jagung dan 5 baris tanaman kacang tanah. Populasi tanaman kacang tanah
dalam 1 ha kurang lebih 100.000 tanaman atau sekitar 70% dibanding pola
monokultur. Kebutuhan benih kacang tanah untuk setiap 1 ha lahan dengan pola
tumpangsari dengan jagung adalah 50 kg biji kering (1 benih tiap lubang tanam).
Pemupukan dilakukan dua kali yaitu pada saat tanam dan pada saat tanaman
telah berumur 1 bulan. Dosis pupuk untuk jagung adalah 120 kg Urea, 65 kg SP-
36 dan 50 kg KCL. Dosis pupuk untuk kacang tanah adalah 40 kg Urea, 80 kg
SP-36 yang masing-masing diberikan dalam dua kali pemupukan. Pemupukan
pertama pada jagung adalah 80 kg Urea, 65 kg SP-36 dan 50 kg KCl, satu bulan
kemudian ditambahkan pupuk susulan yaitu Urea sebanyak 40 kg. Pemupukan
pertama pada kacang tanah adalah: 20 kg Urea, 80 kg SP-36 dan 40 kg KCL,
selang satu bulan ditambahkan pupuk susulan yaitu 20 kg Urea. Cara
pemupukan yaitu semua pupuk yang akan diberikan dicampur jadi satu,
kemudian dibuat larikan dekat barisan tanaman (sekitar 5 cm dari barisan
tanaman dengan kedalaman antara 5-7 cm), pupuk ditabur sepanjang larikan
kemudian ditutup kembali dengan tanah. Pemupukan kedua untuk tanaman
jagung larikan disesuaikan dengan tajuk tanaman, sedangkan untuk kacang
tanah larikan dibuat di tengah jarak antara dua barisan tanaman kacang tanah.
Perawatan atau pemeliharaan tanaman meliputi beberapa kegiatan antara lain
penyulaman, penyiangan dan pembumbunan. Penyulaman sebaiknya dilakukan
agar tidak ada spot-spot kosong yang akan diisi oleh gulma bila tidak dilakukan
penyulaman. Penyulaman untuk tanaman jagung dilakukan antara 4-7 hari
setelah tanam, sedangkan untuk kacang tanah antara 5-10 hari setelah tanam.
Sebaiknya penyulaman tidak terlalu lama melakukannya.
Penyiangan dan pembumbunan dilakukan paling tidak sebanyak dua kali atau
menyesuaikan dengan kondisi gulma, bila memang gulma tumbuh dominan
dapat dilakukan penyiangan lagi. Penyiangan pertama dilakukan pada saat
tanaman berumur 15 hari, sedangkan penyiangan yang kedua dilakukan setelah
tanaman berumur 30 hari sebelum dilakukan pemupukan susulan. Pada
penyiangan kedua ini sekaligus dilakukan pembumbunan yaitu dengan
menggemburkan tanah dan menikkan tanah ke sekitar batang. Untuk kacang
tanah sebaiknya dilakukan pembumbunan sekali lagi yaitu pada saat tanaman
selesai berbunga sekitar 40 hari setelah tanam.
Pengendalian hama penyakit dimaksudkan agar kesehatan tanaman dapat
terjaga sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Pengendalian hama maupun penyakit dengan menggunakan pestisida
sebaiknya dilakukan dengan bijaksana, karena bahan kimia ini selain membunuh
hama tetapi juga sekaligus membunuh predatornya juga. Jadikanlah pestisida
sebagai pilihan yang mempunyai spektrum sempit. Pada jagung yang sering
dijumpai adalah penyakit bulai untuk hamanya adalah penggerek daun
penghisap daun. Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman pada
lahan dan waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam barisan-barisan
tanaman. Penanaman dengan cara ini bisa dilakukan pada dua atau lebih jenis
tanaman yang relatif seumur, misalnya jagung dan kacang tanah atau bisa juga
pada beberapa jenis tanaman yang umurnya berbeda-beda.
Untuk dapat melaksanakan pola tanam tumpangsari secara baik perlu
diperhatikan beberapa faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh di
antaranya ketersediaan air, kesuburan tanah, sinar matahari dan hama penyakit.
Penentuan jenis tanaman yang akan ditumpangsari dan saat penanaman
sebaiknya disesuaikan dengan ketersediaan air yang ada selama pertumbuhan.
Hal ini dimaksudkan agar diperoleh pertumbuhan dan produksi secara optimal.
Kesuburan tanah mutlak diperlukan, hal ini dimaksudkan untuk menghindari
persiangan (penyerapan hara dan air) pada satu petak lahan antar tanaman.
Pada pola tanam tumpangsari sebaiknya dipilih dan dikombinasikan antara
tanaman yang mempunyai perakaran relatif dalam dan tanaman yang
mempunyai perakaran relatif dangkal.
Sebaran sinar matahari penting, hal ini bertujuan untuk menghindari persiangan
antar tanaman yang ditumpangsarikan dalam hal mendapatkan sinar matahari,
perlu diperhatikan tinggi dan luas antar tajuk tanaman yang ditumpangsarikan.
Tinggi dan lebar tajuk antar tanaman yang ditumpangsarikan akan berpengaruh
terhadap penerimaan cahaya matahari, lebih lanjut akan mempengaruhi hasil
sintesa (glukosa) dan muara terakhir akan berpengaruh terhadap hasil secara
keseluruhan.
Antisipasi adanya hama penyakit tidak lain adalah untuk mengurangi resiko
serangan hama maupun penyakit pada pola tanam tumpangsari. Sebaiknya
ditanam tanam-tanaman yang mempunyai hama maupun penyakit berbeda, atau
tidak menjadi inang dari hama maupun penyakit tanaman lain yang
ditumpangsarikan.
Sistem tanam tumpangsari mempunyai banyak keuntungan yang tidak dimiliki
pada pola tanam monokultur. Beberapa keuntungan pada pola tumpangsari
antara lain: 1) akan terjadi peningkatan efisiensi (tenaga kerja, pemanfaatan
lahan maupun penyerapan sinar matahari), 2) populasi tanaman dapat diatur
sesuai yang dikehendaki, 3) dalam satu areal diperoleh produksi lebih dari satu
komoditas, 4) tetap mempunyai peluang mendapatkan hasil manakala satu jenis
tanaman yang diusahakan gagal dan 5) kombinasi beberapa jenis tanaman
dapat menciptakan beberapa jenis tanaman dapat menciptakan stabilitas
biologis sehingga dapat menekan serangan hama dan penyakit serta
mempertahankan kelestarian sumber daya lahan dalam hal ini kesuburan tanah.
Introduksi Teknologi Tumpangsari
Pengolahan tanah dikerjakan saat hujan pertama mulai turun. Saat ini musim
hujan kadang kurang jelas jatuhnya, namun sebagai ancer-ancer bisa pada
bulan Oktober sampai awal Nopember. Pengolahan tanah ini dilakukan agar
tanah menjadi gembur. Selain membuat tanah menjadi gembur, pengolahan
tanah akan dapat menghilangkan gulma. Pengolahan tanah dilakukan dengan
dicangkul sedalam 10-15 cm, kemudian dicacah sambil membuang gulma yang
ada dan yang terakhir dibuat guludan. Arah guludan sebaiknya menghadap ke
barat-timur dengan lebar guludan antara 170-180 cm. Antara dua guludan dibuat
saluran selebar 20-30 cm untuk mengalirkan air, agar saat hujan tanah tetap
dalam keadaan atus sehingga akar tanaman jagung maupun kacang tanah tidak
tergenang.
Pada pola tumpangsari jagung dan kacang tanah, diatur dimana jagung sebagai
tanaman pokok dan kacang tanah sebagai tanaman sela. Benih jagung yang
akan ditanam adalah jagung komposit (bersari bebas) varietas Bisma berlabel
yang sudah diberi seed treatment. Lubang tanam dibuat dengan tugal sedalam
2-3 cm, dengan jarak antar barisan tanaman 200 cm, sedangkan jarak dalam
barisan adalah 40 cm. Kebutuhan benih jagung setiap hektar lahan dengan pola
tumpangsari adalah 15 kg (2 benih tiap lubang tanam), sehingga populasi
tanaman jagung dalam 1 ha lahan adalah 25.000 batang. Sedangkan untuk
kacang tanah yang akan ditanam adalah kacang tanah varietas Jerapah,
varietas ini mempunyai biji 2 dalam setiap polong. Jarak tanaman kacang tanah
adalah 25 x 25 cm, sehingga dalam setiap guludan terdapat 1 baris tanaman
jagung dan 5 baris tanaman kacang tanah. Populasi tanaman kacang tanah
dalam 1 ha kurang lebih 100.000 tanaman atau sekitar 70% dibanding pola
monokultur. Kebutuhan benih kacang tanah untuk setiap 1 ha lahan dengan pola
tumpangsari dengan jagung adalah 50 kg biji kering (1 benih tiap lubang tanam).
Pemupukan dilakukan dua kali yaitu pada saat tanam dan pada saat tanaman
telah berumur 1 bulan. Dosis pupuk untuk jagung adalah 120 kg Urea, 65 kg SP-
36 dan 50 kg KCL. Dosis pupuk untuk kacang tanah adalah 40 kg Urea, 80 kg
SP-36 yang masing-masing diberikan dalam dua kali pemupukan. Pemupukan
pertama pada jagung adalah 80 kg Urea, 65 kg SP-36 dan 50 kg KCl, satu bulan
kemudian ditambahkan pupuk susulan yaitu Urea sebanyak 40 kg. Pemupukan
pertama pada kacang tanah adalah: 20 kg Urea, 80 kg SP-36 dan 40 kg KCL,
selang satu bulan ditambahkan pupuk susulan yaitu 20 kg Urea. Cara
pemupukan yaitu semua pupuk yang akan diberikan dicampur jadi satu,
kemudian dibuat larikan dekat barisan tanaman (sekitar 5 cm dari barisan
tanaman dengan kedalaman antara 5-7 cm), pupuk ditabur sepanjang larikan
kemudian ditutup kembali dengan tanah. Pemupukan kedua untuk tanaman
jagung larikan disesuaikan dengan tajuk tanaman, sedangkan untuk kacang
tanah larikan dibuat di tengah jarak antara dua barisan tanaman kacang tanah.
Perawatan atau pemeliharaan tanaman meliputi beberapa kegiatan antara lain
penyulaman, penyiangan dan pembumbunan. Penyulaman sebaiknya dilakukan
agar tidak ada spot-spot kosong yang akan diisi oleh gulma bila tidak dilakukan
penyulaman. Penyulaman untuk tanaman jagung dilakukan antara 4-7 hari
setelah tanam, sedangkan untuk kacang tanah antara 5-10 hari setelah tanam.
Sebaiknya penyulaman tidak terlalu lama melakukannya.
Penyiangan dan pembumbunan dilakukan paling tidak sebanyak dua kali atau
menyesuaikan dengan kondisi gulma, bila memang gulma tumbuh dominan
dapat dilakukan penyiangan lagi. Penyiangan pertama dilakukan pada saat
tanaman berumur 15 hari, sedangkan penyiangan yang kedua dilakukan setelah
tanaman berumur 30 hari sebelum dilakukan pemupukan susulan. Pada
penyiangan kedua ini sekaligus dilakukan pembumbunan yaitu dengan
menggemburkan tanah dan menikkan tanah ke sekitar batang. Untuk kacang
tanah sebaiknya dilakukan pembumbunan sekali lagi yaitu pada saat tanaman
selesai berbunga sekitar 40 hari setelah tanam.
Pengendalian hama penyakit dimaksudkan agar kesehatan tanaman dapat
terjaga sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Pengendalian hama maupun penyakit dengan menggunakan pestisida
sebaiknya dilakukan dengan bijaksana, karena bahan kimia ini selain membunuh
hama tetapi juga sekaligus membunuh predatornya juga. Jadikanlah pestisida
sebagai pilihan yang mempunyai spektrum sempit. Pada jagung yang sering
dijumpai adalah penyakit bulai untuk hamanya adalah penggerek daun
penghisap daun. Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman pada
lahan dan waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam barisan-barisan
tanaman. Penanaman dengan cara ini bisa dilakukan pada dua atau lebih jenis
tanaman yang relatif seumur, misalnya jagung dan kacang tanah atau bisa juga
pada beberapa jenis tanaman yang umurnya berbeda-beda.
Untuk dapat melaksanakan pola tanam tumpangsari secara baik perlu
diperhatikan beberapa faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh di
antaranya ketersediaan air, kesuburan tanah, sinar matahari dan hama penyakit.
Penentuan jenis tanaman yang akan ditumpangsari dan saat penanaman
sebaiknya disesuaikan dengan ketersediaan air yang ada selama pertumbuhan.
Hal ini dimaksudkan agar diperoleh pertumbuhan dan produksi secara optimal.
Kesuburan tanah mutlak diperlukan, hal ini dimaksudkan untuk menghindari
persiangan (penyerapan hara dan air) pada satu petak lahan antar tanaman.
Pada pola tanam tumpangsari sebaiknya dipilih dan dikombinasikan antara
tanaman yang mempunyai perakaran relatif dalam dan tanaman yang
mempunyai perakaran relatif dangkal.
Sebaran sinar matahari penting, hal ini bertujuan untuk menghindari persiangan
antar tanaman yang ditumpangsarikan dalam hal mendapatkan sinar matahari,
perlu diperhatikan tinggi dan luas antar tajuk tanaman yang ditumpangsarikan.
Tinggi dan lebar tajuk antar tanaman yang ditumpangsarikan akan berpengaruh
terhadap penerimaan cahaya matahari, lebih lanjut akan mempengaruhi hasil
sintesa (glukosa) dan muara terakhir akan berpengaruh terhadap hasil secara
keseluruhan.
Antisipasi adanya hama penyakit tidak lain adalah untuk mengurangi resiko
serangan hama maupun penyakit pada pola tanam tumpangsari. Sebaiknya
ditanam tanam-tanaman yang mempunyai hama maupun penyakit berbeda, atau
tidak menjadi inang dari hama maupun penyakit tanaman lain yang
ditumpangsarikan.
Sistem tanam tumpangsari mempunyai banyak keuntungan yang tidak dimiliki
pada pola tanam monokultur. Beberapa keuntungan pada pola tumpangsari
antara lain: 1) akan terjadi peningkatan efisiensi (tenaga kerja, pemanfaatan
lahan maupun penyerapan sinar matahari), 2) populasi tanaman dapat diatur
sesuai yang dikehendaki, 3) dalam satu areal diperoleh produksi lebih dari satu
komoditas, 4) tetap mempunyai peluang mendapatkan hasil manakala satu jenis
tanaman yang diusahakan gagal dan 5) kombinasi beberapa jenis tanaman
dapat menciptakan beberapa jenis tanaman dapat menciptakan stabilitas
biologis sehingga dapat menekan serangan hama dan penyakit serta
mempertahankan kelestarian sumber daya lahan dalam hal ini kesuburan tanah.
Introduksi Teknologi Tumpangsari
Pengolahan tanah dikerjakan saat hujan pertama mulai turun. Saat ini musim
hujan kadang kurang jelas jatuhnya, namun sebagai ancer-ancer bisa pada
bulan Oktober sampai awal Nopember. Pengolahan tanah ini dilakukan agar
tanah menjadi gembur. Selain membuat tanah menjadi gembur, pengolahan
tanah akan dapat menghilangkan gulma. Pengolahan tanah dilakukan dengan
dicangkul sedalam 10-15 cm, kemudian dicacah sambil membuang gulma yang
ada dan yang terakhir dibuat guludan. Arah guludan sebaiknya menghadap ke
barat-timur dengan lebar guludan antara 170-180 cm. Antara dua guludan dibuat
saluran selebar 20-30 cm untuk mengalirkan air, agar saat hujan tanah tetap
dalam keadaan atus sehingga akar tanaman jagung maupun kacang tanah tidak
tergenang.
Pada pola tumpangsari jagung dan kacang tanah, diatur dimana jagung sebagai
tanaman pokok dan kacang tanah sebagai tanaman sela. Benih jagung yang
akan ditanam adalah jagung komposit (bersari bebas) varietas Bisma berlabel
yang sudah diberi seed treatment. Lubang tanam dibuat dengan tugal sedalam
2-3 cm, dengan jarak antar barisan tanaman 200 cm, sedangkan jarak dalam
barisan adalah 40 cm. Kebutuhan benih jagung setiap hektar lahan dengan pola
tumpangsari adalah 15 kg (2 benih tiap lubang tanam), sehingga populasi
tanaman jagung dalam 1 ha lahan adalah 25.000 batang. Sedangkan untuk
kacang tanah yang akan ditanam adalah kacang tanah varietas Jerapah,
varietas ini mempunyai biji 2 dalam setiap polong. Jarak tanaman kacang tanah
adalah 25 x 25 cm, sehingga dalam setiap guludan terdapat 1 baris tanaman
jagung dan 5 baris tanaman kacang tanah. Populasi tanaman kacang tanah
dalam 1 ha kurang lebih 100.000 tanaman atau sekitar 70% dibanding pola
monokultur. Kebutuhan benih kacang tanah untuk setiap 1 ha lahan dengan pola
tumpangsari dengan jagung adalah 50 kg biji kering (1 benih tiap lubang tanam).
Pemupukan dilakukan dua kali yaitu pada saat tanam dan pada saat tanaman
telah berumur 1 bulan. Dosis pupuk untuk jagung adalah 120 kg Urea, 65 kg SP-
36 dan 50 kg KCL. Dosis pupuk untuk kacang tanah adalah 40 kg Urea, 80 kg
SP-36 yang masing-masing diberikan dalam dua kali pemupukan. Pemupukan
pertama pada jagung adalah 80 kg Urea, 65 kg SP-36 dan 50 kg KCl, satu bulan
kemudian ditambahkan pupuk susulan yaitu Urea sebanyak 40 kg. Pemupukan
pertama pada kacang tanah adalah: 20 kg Urea, 80 kg SP-36 dan 40 kg KCL,
selang satu bulan ditambahkan pupuk susulan yaitu 20 kg Urea. Cara
pemupukan yaitu semua pupuk yang akan diberikan dicampur jadi satu,
kemudian dibuat larikan dekat barisan tanaman (sekitar 5 cm dari barisan
tanaman dengan kedalaman antara 5-7 cm), pupuk ditabur sepanjang larikan
kemudian ditutup kembali dengan tanah. Pemupukan kedua untuk tanaman
jagung larikan disesuaikan dengan tajuk tanaman, sedangkan untuk kacang
tanah larikan dibuat di tengah jarak antara dua barisan tanaman kacang tanah.
Perawatan atau pemeliharaan tanaman meliputi beberapa kegiatan antara lain
penyulaman, penyiangan dan pembumbunan. Penyulaman sebaiknya dilakukan
agar tidak ada spot-spot kosong yang akan diisi oleh gulma bila tidak dilakukan
penyulaman. Penyulaman untuk tanaman jagung dilakukan antara 4-7 hari
setelah tanam, sedangkan untuk kacang tanah antara 5-10 hari setelah tanam.
Sebaiknya penyulaman tidak terlalu lama melakukannya.
Penyiangan dan pembumbunan dilakukan paling tidak sebanyak dua kali atau
menyesuaikan dengan kondisi gulma, bila memang gulma tumbuh dominan
dapat dilakukan penyiangan lagi. Penyiangan pertama dilakukan pada saat
tanaman berumur 15 hari, sedangkan penyiangan yang kedua dilakukan setelah
tanaman berumur 30 hari sebelum dilakukan pemupukan susulan. Pada
penyiangan kedua ini sekaligus dilakukan pembumbunan yaitu dengan
menggemburkan tanah dan menikkan tanah ke sekitar batang. Untuk kacang
tanah sebaiknya dilakukan pembumbunan sekali lagi yaitu pada saat tanaman
selesai berbunga sekitar 40 hari setelah tanam.
Pengendalian hama penyakit dimaksudkan agar kesehatan tanaman dapat
terjaga sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Pengendalian hama maupun penyakit dengan menggunakan pestisida
sebaiknya dilakukan dengan bijaksana, karena bahan kimia ini selain membunuh
hama tetapi juga sekaligus membunuh predatornya juga. Jadikanlah pestisida
sebagai pilihan yang mempunyai spektrum sempit. Pada jagung yang sering
dijumpai adalah penyakit bulai untuk hamanya adalah penggerek daun
penghisap daun. Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman pada
lahan dan waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam barisan-barisan
tanaman. Penanaman dengan cara ini bisa dilakukan pada dua atau lebih jenis
tanaman yang relatif seumur, misalnya jagung dan kacang tanah atau bisa juga
pada beberapa jenis tanaman yang umurnya berbeda-beda.
Untuk dapat melaksanakan pola tanam tumpangsari secara baik perlu
diperhatikan beberapa faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh di
antaranya ketersediaan air, kesuburan tanah, sinar matahari dan hama penyakit.
Penentuan jenis tanaman yang akan ditumpangsari dan saat penanaman
sebaiknya disesuaikan dengan ketersediaan air yang ada selama pertumbuhan.
Hal ini dimaksudkan agar diperoleh pertumbuhan dan produksi secara optimal.
Kesuburan tanah mutlak diperlukan, hal ini dimaksudkan untuk menghindari
persiangan (penyerapan hara dan air) pada satu petak lahan antar tanaman.
Pada pola tanam tumpangsari sebaiknya dipilih dan dikombinasikan antara
tanaman yang mempunyai perakaran relatif dalam dan tanaman yang
mempunyai perakaran relatif dangkal.
Sebaran sinar matahari penting, hal ini bertujuan untuk menghindari persiangan
antar tanaman yang ditumpangsarikan dalam hal mendapatkan sinar matahari,
perlu diperhatikan tinggi dan luas antar tajuk tanaman yang ditumpangsarikan.
Tinggi dan lebar tajuk antar tanaman yang ditumpangsarikan akan berpengaruh
terhadap penerimaan cahaya matahari, lebih lanjut akan mempengaruhi hasil
sintesa (glukosa) dan muara terakhir akan berpengaruh terhadap hasil secara
keseluruhan.
Antisipasi adanya hama penyakit tidak lain adalah untuk mengurangi resiko
serangan hama maupun penyakit pada pola tanam tumpangsari. Sebaiknya
ditanam tanam-tanaman yang mempunyai hama maupun penyakit berbeda, atau
tidak menjadi inang dari hama maupun penyakit tanaman lain yang
ditumpangsarikan.
Sistem tanam tumpangsari mempunyai banyak keuntungan yang tidak dimiliki
pada pola tanam monokultur. Beberapa keuntungan pada pola tumpangsari
antara lain: 1) akan terjadi peningkatan efisiensi (tenaga kerja, pemanfaatan
lahan maupun penyerapan sinar matahari), 2) populasi tanaman dapat diatur
sesuai yang dikehendaki, 3) dalam satu areal diperoleh produksi lebih dari satu
komoditas, 4) tetap mempunyai peluang mendapatkan hasil manakala satu jenis
tanaman yang diusahakan gagal dan 5) kombinasi beberapa jenis tanaman
dapat menciptakan beberapa jenis tanaman dapat menciptakan stabilitas
biologis sehingga dapat menekan serangan hama dan penyakit serta
mempertahankan kelestarian sumber daya lahan dalam hal ini kesuburan tanah.
Introduksi Teknologi Tumpangsari
Pengolahan tanah dikerjakan saat hujan pertama mulai turun. Saat ini musim
hujan kadang kurang jelas jatuhnya, namun sebagai ancer-ancer bisa pada
bulan Oktober sampai awal Nopember. Pengolahan tanah ini dilakukan agar
tanah menjadi gembur. Selain membuat tanah menjadi gembur, pengolahan
tanah akan dapat menghilangkan gulma. Pengolahan tanah dilakukan dengan
dicangkul sedalam 10-15 cm, kemudian dicacah sambil membuang gulma yang
ada dan yang terakhir dibuat guludan. Arah guludan sebaiknya menghadap ke
barat-timur dengan lebar guludan antara 170-180 cm. Antara dua guludan dibuat
saluran selebar 20-30 cm untuk mengalirkan air, agar saat hujan tanah tetap
dalam keadaan atus sehingga akar tanaman jagung maupun kacang tanah tidak
tergenang.
Pada pola tumpangsari jagung dan kacang tanah, diatur dimana jagung sebagai
tanaman pokok dan kacang tanah sebagai tanaman sela. Benih jagung yang
akan ditanam adalah jagung komposit (bersari bebas) varietas Bisma berlabel
yang sudah diberi seed treatment. Lubang tanam dibuat dengan tugal sedalam
2-3 cm, dengan jarak antar barisan tanaman 200 cm, sedangkan jarak dalam
barisan adalah 40 cm. Kebutuhan benih jagung setiap hektar lahan dengan pola
tumpangsari adalah 15 kg (2 benih tiap lubang tanam), sehingga populasi
tanaman jagung dalam 1 ha lahan adalah 25.000 batang. Sedangkan untuk
kacang tanah yang akan ditanam adalah kacang tanah varietas Jerapah,
varietas ini mempunyai biji 2 dalam setiap polong. Jarak tanaman kacang tanah
adalah 25 x 25 cm, sehingga dalam setiap guludan terdapat 1 baris tanaman
jagung dan 5 baris tanaman kacang tanah. Populasi tanaman kacang tanah
dalam 1 ha kurang lebih 100.000 tanaman atau sekitar 70% dibanding pola
monokultur. Kebutuhan benih kacang tanah untuk setiap 1 ha lahan dengan pola
tumpangsari dengan jagung adalah 50 kg biji kering (1 benih tiap lubang tanam).
Pemupukan dilakukan dua kali yaitu pada saat tanam dan pada saat tanaman
telah berumur 1 bulan. Dosis pupuk untuk jagung adalah 120 kg Urea, 65 kg SP-
36 dan 50 kg KCL. Dosis pupuk untuk kacang tanah adalah 40 kg Urea, 80 kg
SP-36 yang masing-masing diberikan dalam dua kali pemupukan. Pemupukan
pertama pada jagung adalah 80 kg Urea, 65 kg SP-36 dan 50 kg KCl, satu bulan
kemudian ditambahkan pupuk susulan yaitu Urea sebanyak 40 kg. Pemupukan
pertama pada kacang tanah adalah: 20 kg Urea, 80 kg SP-36 dan 40 kg KCL,
selang satu bulan ditambahkan pupuk susulan yaitu 20 kg Urea. Cara
pemupukan yaitu semua pupuk yang akan diberikan dicampur jadi satu,
kemudian dibuat larikan dekat barisan tanaman (sekitar 5 cm dari barisan
tanaman dengan kedalaman antara 5-7 cm), pupuk ditabur sepanjang larikan
kemudian ditutup kembali dengan tanah. Pemupukan kedua untuk tanaman
jagung larikan disesuaikan dengan tajuk tanaman, sedangkan untuk kacang
tanah larikan dibuat di tengah jarak antara dua barisan tanaman kacang tanah.
Perawatan atau pemeliharaan tanaman meliputi beberapa kegiatan antara lain
penyulaman, penyiangan dan pembumbunan. Penyulaman sebaiknya dilakukan
agar tidak ada spot-spot kosong yang akan diisi oleh gulma bila tidak dilakukan
penyulaman. Penyulaman untuk tanaman jagung dilakukan antara 4-7 hari
setelah tanam, sedangkan untuk kacang tanah antara 5-10 hari setelah tanam.
Sebaiknya penyulaman tidak terlalu lama melakukannya.
Penyiangan dan pembumbunan dilakukan paling tidak sebanyak dua kali atau
menyesuaikan dengan kondisi gulma, bila memang gulma tumbuh dominan
dapat dilakukan penyiangan lagi. Penyiangan pertama dilakukan pada saat
tanaman berumur 15 hari, sedangkan penyiangan yang kedua dilakukan setelah
tanaman berumur 30 hari sebelum dilakukan pemupukan susulan. Pada
penyiangan kedua ini sekaligus dilakukan pembumbunan yaitu dengan
menggemburkan tanah dan menikkan tanah ke sekitar batang. Untuk kacang
tanah sebaiknya dilakukan pembumbunan sekali lagi yaitu pada saat tanaman
selesai berbunga sekitar 40 hari setelah tanam.
Pengendalian hama penyakit dimaksudkan agar kesehatan tanaman dapat
terjaga sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Pengendalian hama maupun penyakit dengan menggunakan pestisida
sebaiknya dilakukan dengan bijaksana, karena bahan kimia ini selain membunuh
hama tetapi juga sekaligus membunuh predatornya juga. Jadikanlah pestisida
sebagai pilihan yang mempunyai spektrum sempit. Pada jagung yang sering
dijumpai adalah penyakit bulai untuk hamanya adalah penggerek daun
penghisap daun. Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman pada
lahan dan waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam barisan-barisan
tanaman. Penanaman dengan cara ini bisa dilakukan pada dua atau lebih jenis
tanaman yang relatif seumur, misalnya jagung dan kacang tanah atau bisa juga
pada beberapa jenis tanaman yang umurnya berbeda-beda.
Untuk dapat melaksanakan pola tanam tumpangsari secara baik perlu
diperhatikan beberapa faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh di
antaranya ketersediaan air, kesuburan tanah, sinar matahari dan hama penyakit.
Penentuan jenis tanaman yang akan ditumpangsari dan saat penanaman
sebaiknya disesuaikan dengan ketersediaan air yang ada selama pertumbuhan.
Hal ini dimaksudkan agar diperoleh pertumbuhan dan produksi secara optimal.
Kesuburan tanah mutlak diperlukan, hal ini dimaksudkan untuk menghindari
persiangan (penyerapan hara dan air) pada satu petak lahan antar tanaman.
Pada pola tanam tumpangsari sebaiknya dipilih dan dikombinasikan antara
tanaman yang mempunyai perakaran relatif dalam dan tanaman yang
mempunyai perakaran relatif dangkal.
Sebaran sinar matahari penting, hal ini bertujuan untuk menghindari persiangan
antar tanaman yang ditumpangsarikan dalam hal mendapatkan sinar matahari,
perlu diperhatikan tinggi dan luas antar tajuk tanaman yang ditumpangsarikan.
Tinggi dan lebar tajuk antar tanaman yang ditumpangsarikan akan berpengaruh
terhadap penerimaan cahaya matahari, lebih lanjut akan mempengaruhi hasil
sintesa (glukosa) dan muara terakhir akan berpengaruh terhadap hasil secara
keseluruhan.
Antisipasi adanya hama penyakit tidak lain adalah untuk mengurangi resiko
serangan hama maupun penyakit pada pola tanam tumpangsari. Sebaiknya
ditanam tanam-tanaman yang mempunyai hama maupun penyakit berbeda, atau
tidak menjadi inang dari hama maupun penyakit tanaman lain yang
ditumpangsarikan.
Sistem tanam tumpangsari mempunyai banyak keuntungan yang tidak dimiliki
pada pola tanam monokultur. Beberapa keuntungan pada pola tumpangsari
antara lain: 1) akan terjadi peningkatan efisiensi (tenaga kerja, pemanfaatan
lahan maupun penyerapan sinar matahari), 2) populasi tanaman dapat diatur
sesuai yang dikehendaki, 3) dalam satu areal diperoleh produksi lebih dari satu
komoditas, 4) tetap mempunyai peluang mendapatkan hasil manakala satu jenis
tanaman yang diusahakan gagal dan 5) kombinasi beberapa jenis tanaman
dapat menciptakan beberapa jenis tanaman dapat menciptakan stabilitas
biologis sehingga dapat menekan serangan hama dan penyakit serta
mempertahankan kelestarian sumber daya lahan dalam hal ini kesuburan tanah.
Introduksi Teknologi Tumpangsari
Pengolahan tanah dikerjakan saat hujan pertama mulai turun. Saat ini musim
hujan kadang kurang jelas jatuhnya, namun sebagai ancer-ancer bisa pada
bulan Oktober sampai awal Nopember. Pengolahan tanah ini dilakukan agar
tanah menjadi gembur. Selain membuat tanah menjadi gembur, pengolahan
tanah akan dapat menghilangkan gulma. Pengolahan tanah dilakukan dengan
dicangkul sedalam 10-15 cm, kemudian dicacah sambil membuang gulma yang
ada dan yang terakhir dibuat guludan. Arah guludan sebaiknya menghadap ke
barat-timur dengan lebar guludan antara 170-180 cm. Antara dua guludan dibuat
saluran selebar 20-30 cm untuk mengalirkan air, agar saat hujan tanah tetap
dalam keadaan atus sehingga akar tanaman jagung maupun kacang tanah tidak
tergenang.
Pada pola tumpangsari jagung dan kacang tanah, diatur dimana jagung sebagai
tanaman pokok dan kacang tanah sebagai tanaman sela. Benih jagung yang
akan ditanam adalah jagung komposit (bersari bebas) varietas Bisma berlabel
yang sudah diberi seed treatment. Lubang tanam dibuat dengan tugal sedalam
2-3 cm, dengan jarak antar barisan tanaman 200 cm, sedangkan jarak dalam
barisan adalah 40 cm. Kebutuhan benih jagung setiap hektar lahan dengan pola
tumpangsari adalah 15 kg (2 benih tiap lubang tanam), sehingga populasi
tanaman jagung dalam 1 ha lahan adalah 25.000 batang. Sedangkan untuk
kacang tanah yang akan ditanam adalah kacang tanah varietas Jerapah,
varietas ini mempunyai biji 2 dalam setiap polong. Jarak tanaman kacang tanah
adalah 25 x 25 cm, sehingga dalam setiap guludan terdapat 1 baris tanaman
jagung dan 5 baris tanaman kacang tanah. Populasi tanaman kacang tanah
dalam 1 ha kurang lebih 100.000 tanaman atau sekitar 70% dibanding pola
monokultur. Kebutuhan benih kacang tanah untuk setiap 1 ha lahan dengan pola
tumpangsari dengan jagung adalah 50 kg biji kering (1 benih tiap lubang tanam).
Pemupukan dilakukan dua kali yaitu pada saat tanam dan pada saat tanaman
telah berumur 1 bulan. Dosis pupuk untuk jagung adalah 120 kg Urea, 65 kg SP-
36 dan 50 kg KCL. Dosis pupuk untuk kacang tanah adalah 40 kg Urea, 80 kg
SP-36 yang masing-masing diberikan dalam dua kali pemupukan. Pemupukan
pertama pada jagung adalah 80 kg Urea, 65 kg SP-36 dan 50 kg KCl, satu bulan
kemudian ditambahkan pupuk susulan yaitu Urea sebanyak 40 kg. Pemupukan
pertama pada kacang tanah adalah: 20 kg Urea, 80 kg SP-36 dan 40 kg KCL,
selang satu bulan ditambahkan pupuk susulan yaitu 20 kg Urea. Cara
pemupukan yaitu semua pupuk yang akan diberikan dicampur jadi satu,
kemudian dibuat larikan dekat barisan tanaman (sekitar 5 cm dari barisan
tanaman dengan kedalaman antara 5-7 cm), pupuk ditabur sepanjang larikan
kemudian ditutup kembali dengan tanah. Pemupukan kedua untuk tanaman
jagung larikan disesuaikan dengan tajuk tanaman, sedangkan untuk kacang
tanah larikan dibuat di tengah jarak antara dua barisan tanaman kacang tanah.
Perawatan atau pemeliharaan tanaman meliputi beberapa kegiatan antara lain
penyulaman, penyiangan dan pembumbunan. Penyulaman sebaiknya dilakukan
agar tidak ada spot-spot kosong yang akan diisi oleh gulma bila tidak dilakukan
penyulaman. Penyulaman untuk tanaman jagung dilakukan antara 4-7 hari
setelah tanam, sedangkan untuk kacang tanah antara 5-10 hari setelah tanam.
Sebaiknya penyulaman tidak terlalu lama melakukannya.
Penyiangan dan pembumbunan dilakukan paling tidak sebanyak dua kali atau
menyesuaikan dengan kondisi gulma, bila memang gulma tumbuh dominan
dapat dilakukan penyiangan lagi. Penyiangan pertama dilakukan pada saat
tanaman berumur 15 hari, sedangkan penyiangan yang kedua dilakukan setelah
tanaman berumur 30 hari sebelum dilakukan pemupukan susulan. Pada
penyiangan kedua ini sekaligus dilakukan pembumbunan yaitu dengan
menggemburkan tanah dan menikkan tanah ke sekitar batang. Untuk kacang
tanah sebaiknya dilakukan pembumbunan sekali lagi yaitu pada saat tanaman
selesai berbunga sekitar 40 hari setelah tanam.
Pengendalian hama penyakit dimaksudkan agar kesehatan tanaman dapat
terjaga sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Pengendalian hama maupun penyakit dengan menggunakan pestisida
sebaiknya dilakukan dengan bijaksana, karena bahan kimia ini selain membunuh
hama tetapi juga sekaligus membunuh predatornya juga. Jadikanlah pestisida
sebagai pilihan yang mempunyai spektrum sempit. Pada jagung yang sering
dijumpai adalah penyakit bulai untuk hamanya adalah penggerek daun
penghisap daun. Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman pada
lahan dan waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam barisan-barisan
tanaman. Penanaman dengan cara ini bisa dilakukan pada dua atau lebih jenis
tanaman yang relatif seumur, misalnya jagung dan kacang tanah atau bisa juga
pada beberapa jenis tanaman yang umurnya berbeda-beda.
Untuk dapat melaksanakan pola tanam tumpangsari secara baik perlu
diperhatikan beberapa faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh di
antaranya ketersediaan air, kesuburan tanah, sinar matahari dan hama penyakit.
Penentuan jenis tanaman yang akan ditumpangsari dan saat penanaman
sebaiknya disesuaikan dengan ketersediaan air yang ada selama pertumbuhan.
Hal ini dimaksudkan agar diperoleh pertumbuhan dan produksi secara optimal.
Kesuburan tanah mutlak diperlukan, hal ini dimaksudkan untuk menghindari
persiangan (penyerapan hara dan air) pada satu petak lahan antar tanaman.
Pada pola tanam tumpangsari sebaiknya dipilih dan dikombinasikan antara
tanaman yang mempunyai perakaran relatif dalam dan tanaman yang
mempunyai perakaran relatif dangkal.
Sebaran sinar matahari penting, hal ini bertujuan untuk menghindari persiangan
antar tanaman yang ditumpangsarikan dalam hal mendapatkan sinar matahari,
perlu diperhatikan tinggi dan luas antar tajuk tanaman yang ditumpangsarikan.
Tinggi dan lebar tajuk antar tanaman yang ditumpangsarikan akan berpengaruh
terhadap penerimaan cahaya matahari, lebih lanjut akan mempengaruhi hasil
sintesa (glukosa) dan muara terakhir akan berpengaruh terhadap hasil secara
keseluruhan.
Antisipasi adanya hama penyakit tidak lain adalah untuk mengurangi resiko
serangan hama maupun penyakit pada pola tanam tumpangsari. Sebaiknya
ditanam tanam-tanaman yang mempunyai hama maupun penyakit berbeda, atau
tidak menjadi inang dari hama maupun penyakit tanaman lain yang
ditumpangsarikan.
Sistem tanam tumpangsari mempunyai banyak keuntungan yang tidak dimiliki
pada pola tanam monokultur. Beberapa keuntungan pada pola tumpangsari
antara lain: 1) akan terjadi peningkatan efisiensi (tenaga kerja, pemanfaatan
lahan maupun penyerapan sinar matahari), 2) populasi tanaman dapat diatur
sesuai yang dikehendaki, 3) dalam satu areal diperoleh produksi lebih dari satu
komoditas, 4) tetap mempunyai peluang mendapatkan hasil manakala satu jenis
tanaman yang diusahakan gagal dan 5) kombinasi beberapa jenis tanaman
dapat menciptakan beberapa jenis tanaman dapat menciptakan stabilitas
biologis sehingga dapat menekan serangan hama dan penyakit serta
mempertahankan kelestarian sumber daya lahan dalam hal ini kesuburan tanah.
Introduksi Teknologi Tumpangsari
Pengolahan tanah dikerjakan saat hujan pertama mulai turun. Saat ini musim
hujan kadang kurang jelas jatuhnya, namun sebagai ancer-ancer bisa pada
bulan Oktober sampai awal Nopember. Pengolahan tanah ini dilakukan agar
tanah menjadi gembur. Selain membuat tanah menjadi gembur, pengolahan
tanah akan dapat menghilangkan gulma. Pengolahan tanah dilakukan dengan
dicangkul sedalam 10-15 cm, kemudian dicacah sambil membuang gulma yang
ada dan yang terakhir dibuat guludan. Arah guludan sebaiknya menghadap ke
barat-timur dengan lebar guludan antara 170-180 cm. Antara dua guludan dibuat
saluran selebar 20-30 cm untuk mengalirkan air, agar saat hujan tanah tetap
dalam keadaan atus sehingga akar tanaman jagung maupun kacang tanah tidak
tergenang.
Pada pola tumpangsari jagung dan kacang tanah, diatur dimana jagung sebagai
tanaman pokok dan kacang tanah sebagai tanaman sela. Benih jagung yang
akan ditanam adalah jagung komposit (bersari bebas) varietas Bisma berlabel
yang sudah diberi seed treatment. Lubang tanam dibuat dengan tugal sedalam
2-3 cm, dengan jarak antar barisan tanaman 200 cm, sedangkan jarak dalam
barisan adalah 40 cm. Kebutuhan benih jagung setiap hektar lahan dengan pola
tumpangsari adalah 15 kg (2 benih tiap lubang tanam), sehingga populasi
tanaman jagung dalam 1 ha lahan adalah 25.000 batang. Sedangkan untuk
kacang tanah yang akan ditanam adalah kacang tanah varietas Jerapah,
varietas ini mempunyai biji 2 dalam setiap polong. Jarak tanaman kacang tanah
adalah 25 x 25 cm, sehingga dalam setiap guludan terdapat 1 baris tanaman
jagung dan 5 baris tanaman kacang tanah. Populasi tanaman kacang tanah
dalam 1 ha kurang lebih 100.000 tanaman atau sekitar 70% dibanding pola
monokultur. Kebutuhan benih kacang tanah untuk setiap 1 ha lahan dengan pola
tumpangsari dengan jagung adalah 50 kg biji kering (1 benih tiap lubang tanam).
Pemupukan dilakukan dua kali yaitu pada saat tanam dan pada saat tanaman
telah berumur 1 bulan. Dosis pupuk untuk jagung adalah 120 kg Urea, 65 kg SP-
36 dan 50 kg KCL. Dosis pupuk untuk kacang tanah adalah 40 kg Urea, 80 kg
SP-36 yang masing-masing diberikan dalam dua kali pemupukan. Pemupukan
pertama pada jagung adalah 80 kg Urea, 65 kg SP-36 dan 50 kg KCl, satu bulan
kemudian ditambahkan pupuk susulan yaitu Urea sebanyak 40 kg. Pemupukan
pertama pada kacang tanah adalah: 20 kg Urea, 80 kg SP-36 dan 40 kg KCL,
selang satu bulan ditambahkan pupuk susulan yaitu 20 kg Urea. Cara
pemupukan yaitu semua pupuk yang akan diberikan dicampur jadi satu,
kemudian dibuat larikan dekat barisan tanaman (sekitar 5 cm dari barisan
tanaman dengan kedalaman antara 5-7 cm), pupuk ditabur sepanjang larikan
kemudian ditutup kembali dengan tanah. Pemupukan kedua untuk tanaman
jagung larikan disesuaikan dengan tajuk tanaman, sedangkan untuk kacang
tanah larikan dibuat di tengah jarak antara dua barisan tanaman kacang tanah.
Perawatan atau pemeliharaan tanaman meliputi beberapa kegiatan antara lain
penyulaman, penyiangan dan pembumbunan. Penyulaman sebaiknya dilakukan
agar tidak ada spot-spot kosong yang akan diisi oleh gulma bila tidak dilakukan
penyulaman. Penyulaman untuk tanaman jagung dilakukan antara 4-7 hari
setelah tanam, sedangkan untuk kacang tanah antara 5-10 hari setelah tanam.
Sebaiknya penyulaman tidak terlalu lama melakukannya.
Penyiangan dan pembumbunan dilakukan paling tidak sebanyak dua kali atau
menyesuaikan dengan kondisi gulma, bila memang gulma tumbuh dominan
dapat dilakukan penyiangan lagi. Penyiangan pertama dilakukan pada saat
tanaman berumur 15 hari, sedangkan penyiangan yang kedua dilakukan setelah
tanaman berumur 30 hari sebelum dilakukan pemupukan susulan. Pada
penyiangan kedua ini sekaligus dilakukan pembumbunan yaitu dengan
menggemburkan tanah dan menikkan tanah ke sekitar batang. Untuk kacang
tanah sebaiknya dilakukan pembumbunan sekali lagi yaitu pada saat tanaman
selesai berbunga sekitar 40 hari setelah tanam.
Pengendalian hama penyakit dimaksudkan agar kesehatan tanaman dapat
terjaga sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Pengendalian hama maupun penyakit dengan menggunakan pestisida
sebaiknya dilakukan dengan bijaksana, karena bahan kimia ini selain membunuh
hama tetapi juga sekaligus membunuh predatornya juga. Jadikanlah pestisida
sebagai pilihan yang mempunyai spektrum sempit. Pada jagung yang sering
dijumpai adalah penyakit bulai untuk hamanya adalah penggerek daun
penghisap daun. Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman pada
lahan dan waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam barisan-barisan
tanaman. Penanaman dengan cara ini bisa dilakukan pada dua atau lebih jenis
tanaman yang relatif seumur, misalnya jagung dan kacang tanah atau bisa juga
pada beberapa jenis tanaman yang umurnya berbeda-beda.
Untuk dapat melaksanakan pola tanam tumpangsari secara baik perlu
diperhatikan beberapa faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh di
antaranya ketersediaan air, kesuburan tanah, sinar matahari dan hama penyakit.
Penentuan jenis tanaman yang akan ditumpangsari dan saat penanaman
sebaiknya disesuaikan dengan ketersediaan air yang ada selama pertumbuhan.
Hal ini dimaksudkan agar diperoleh pertumbuhan dan produksi secara optimal.
Kesuburan tanah mutlak diperlukan, hal ini dimaksudkan untuk menghindari
persiangan (penyerapan hara dan air) pada satu petak lahan antar tanaman.
Pada pola tanam tumpangsari sebaiknya dipilih dan dikombinasikan antara
tanaman yang mempunyai perakaran relatif dalam dan tanaman yang
mempunyai perakaran relatif dangkal.
Sebaran sinar matahari penting, hal ini bertujuan untuk menghindari persiangan
antar tanaman yang ditumpangsarikan dalam hal mendapatkan sinar matahari,
perlu diperhatikan tinggi dan luas antar tajuk tanaman yang ditumpangsarikan.
Tinggi dan lebar tajuk antar tanaman yang ditumpangsarikan akan berpengaruh
terhadap penerimaan cahaya matahari, lebih lanjut akan mempengaruhi hasil
sintesa (glukosa) dan muara terakhir akan berpengaruh terhadap hasil secara
keseluruhan.
Antisipasi adanya hama penyakit tidak lain adalah untuk mengurangi resiko
serangan hama maupun penyakit pada pola tanam tumpangsari. Sebaiknya
ditanam tanam-tanaman yang mempunyai hama maupun penyakit berbeda, atau
tidak menjadi inang dari hama maupun penyakit tanaman lain yang
ditumpangsarikan.
Sistem tanam tumpangsari mempunyai banyak keuntungan yang tidak dimiliki
pada pola tanam monokultur. Beberapa keuntungan pada pola tumpangsari
antara lain: 1) akan terjadi peningkatan efisiensi (tenaga kerja, pemanfaatan
lahan maupun penyerapan sinar matahari), 2) populasi tanaman dapat diatur
sesuai yang dikehendaki, 3) dalam satu areal diperoleh produksi lebih dari satu
komoditas, 4) tetap mempunyai peluang mendapatkan hasil manakala satu jenis
tanaman yang diusahakan gagal dan 5) kombinasi beberapa jenis tanaman
dapat menciptakan beberapa jenis tanaman dapat menciptakan stabilitas
biologis sehingga dapat menekan serangan hama dan penyakit serta
mempertahankan kelestarian sumber daya lahan dalam hal ini kesuburan tanah.
Introduksi Teknologi Tumpangsari
Pengolahan tanah dikerjakan saat hujan pertama mulai turun. Saat ini musim
hujan kadang kurang jelas jatuhnya, namun sebagai ancer-ancer bisa pada
bulan Oktober sampai awal Nopember. Pengolahan tanah ini dilakukan agar
tanah menjadi gembur. Selain membuat tanah menjadi gembur, pengolahan
tanah akan dapat menghilangkan gulma. Pengolahan tanah dilakukan dengan
dicangkul sedalam 10-15 cm, kemudian dicacah sambil membuang gulma yang
ada dan yang terakhir dibuat guludan. Arah guludan sebaiknya menghadap ke
barat-timur dengan lebar guludan antara 170-180 cm. Antara dua guludan dibuat
saluran selebar 20-30 cm untuk mengalirkan air, agar saat hujan tanah tetap
dalam keadaan atus sehingga akar tanaman jagung maupun kacang tanah tidak
tergenang.
Pada pola tumpangsari jagung dan kacang tanah, diatur dimana jagung sebagai
tanaman pokok dan kacang tanah sebagai tanaman sela. Benih jagung yang
akan ditanam adalah jagung komposit (bersari bebas) varietas Bisma berlabel
yang sudah diberi seed treatment. Lubang tanam dibuat dengan tugal sedalam
2-3 cm, dengan jarak antar barisan tanaman 200 cm, sedangkan jarak dalam
barisan adalah 40 cm. Kebutuhan benih jagung setiap hektar lahan dengan pola
tumpangsari adalah 15 kg (2 benih tiap lubang tanam), sehingga populasi
tanaman jagung dalam 1 ha lahan adalah 25.000 batang. Sedangkan untuk
kacang tanah yang akan ditanam adalah kacang tanah varietas Jerapah,
varietas ini mempunyai biji 2 dalam setiap polong. Jarak tanaman kacang tanah
adalah 25 x 25 cm, sehingga dalam setiap guludan terdapat 1 baris tanaman
jagung dan 5 baris tanaman kacang tanah. Populasi tanaman kacang tanah
dalam 1 ha kurang lebih 100.000 tanaman atau sekitar 70% dibanding pola
monokultur. Kebutuhan benih kacang tanah untuk setiap 1 ha lahan dengan pola
tumpangsari dengan jagung adalah 50 kg biji kering (1 benih tiap lubang tanam).
Pemupukan dilakukan dua kali yaitu pada saat tanam dan pada saat tanaman
telah berumur 1 bulan. Dosis pupuk untuk jagung adalah 120 kg Urea, 65 kg SP-
36 dan 50 kg KCL. Dosis pupuk untuk kacang tanah adalah 40 kg Urea, 80 kg
SP-36 yang masing-masing diberikan dalam dua kali pemupukan. Pemupukan
pertama pada jagung adalah 80 kg Urea, 65 kg SP-36 dan 50 kg KCl, satu bulan
kemudian ditambahkan pupuk susulan yaitu Urea sebanyak 40 kg. Pemupukan
pertama pada kacang tanah adalah: 20 kg Urea, 80 kg SP-36 dan 40 kg KCL,
selang satu bulan ditambahkan pupuk susulan yaitu 20 kg Urea. Cara
pemupukan yaitu semua pupuk yang akan diberikan dicampur jadi satu,
kemudian dibuat larikan dekat barisan tanaman (sekitar 5 cm dari barisan
tanaman dengan kedalaman antara 5-7 cm), pupuk ditabur sepanjang larikan
kemudian ditutup kembali dengan tanah. Pemupukan kedua untuk tanaman
jagung larikan disesuaikan dengan tajuk tanaman, sedangkan untuk kacang
tanah larikan dibuat di tengah jarak antara dua barisan tanaman kacang tanah.
Perawatan atau pemeliharaan tanaman meliputi beberapa kegiatan antara lain
penyulaman, penyiangan dan pembumbunan. Penyulaman sebaiknya dilakukan
agar tidak ada spot-spot kosong yang akan diisi oleh gulma bila tidak dilakukan
penyulaman. Penyulaman untuk tanaman jagung dilakukan antara 4-7 hari
setelah tanam, sedangkan untuk kacang tanah antara 5-10 hari setelah tanam.
Sebaiknya penyulaman tidak terlalu lama melakukannya.
Penyiangan dan pembumbunan dilakukan paling tidak sebanyak dua kali atau
menyesuaikan dengan kondisi gulma, bila memang gulma tumbuh dominan
dapat dilakukan penyiangan lagi. Penyiangan pertama dilakukan pada saat
tanaman berumur 15 hari, sedangkan penyiangan yang kedua dilakukan setelah
tanaman berumur 30 hari sebelum dilakukan pemupukan susulan. Pada
penyiangan kedua ini sekaligus dilakukan pembumbunan yaitu dengan
menggemburkan tanah dan menikkan tanah ke sekitar batang. Untuk kacang
tanah sebaiknya dilakukan pembumbunan sekali lagi yaitu pada saat tanaman
selesai berbunga sekitar 40 hari setelah tanam.
Pengendalian hama penyakit dimaksudkan agar kesehatan tanaman dapat
terjaga sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Pengendalian hama maupun penyakit dengan menggunakan pestisida
sebaiknya dilakukan dengan bijaksana, karena bahan kimia ini selain membunuh
hama tetapi juga sekaligus membunuh predatornya juga. Jadikanlah pestisida
sebagai pilihan yang mempunyai spektrum sempit. Pada jagung yang sering
dijumpai adalah penyakit bulai untuk hamanya adalah penggerek daun
penghisap daun.

mp3

Daftar Blog Saya

last child

rafly kande