Selasa, 20 Desember 2011

PENGARUH DOSIS PUPUK KOMPOS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT

I.     PENDAHULUAN


Tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan tanaman sayuran yang sudah dibudidayakan sejak ratusan silam. Tanaman tomat berasal dari benua Amerika, yaitu Peru. Semula tanaman tomat hanya dikenal sebagai tanaman gulma namun, seiring perkembangan waktu tomat mulai dibudidayakan, baik dilapangan maupun perkarangan rumah sebagai bahan konsumsi. Tomat salah satu komoditi yang multi guna.  Tomat tidak hanya berfungsi sebagai sayuran dan buah saja, tomat juga  sering dijadikan pelengkap bumbu masak, minuman segar, sumber vitamin dan mineral, dan bahan pewarna alami, bahkan tomat dapat digunakan sebagai bahan dasar kosmetik atau obat-obatan. Oleh karena itu permintaan tomat terus meningkat sehingga berpeluang besar bagi petani untuk mengembangkan tomat (Purwati dan Khairunisa, 2007).
Dewasa telah banyak ditemulkan jenis atau varietas baru tanaman tomat yang memiliki keunggulan dalam berproduksi, salah satu diantaranya adalah varietas hibrida (Cahyono, 1998). Tindakan yang dapat dilakukan dalam meningkatkan produktivitas tanaman tomat adalah dengan cara pemberian pupuk dan pemberian kompos. Dalam upaya memenuhi kebutuhan pupuk buatan yang sangat mahal adalah memanfaatkan sisa-sisa pertanian seperti jerami, dedaunan hijau yang banyak mengandung unsur (Nitrogen) untuk dijadikan bahan pembuatan kompos secara anaerobik (Yono, 2005).

Kompos merupakan pupuk organik penting karena merupakan pupuk organik. Penggunaan organik makin digalakkan karena mempunyai tiga keuntungan yaitu : keuntungan bagi lingkungan, tanah, dan bagi tanaman, kompos sangat membantu dalam penyelesaian masalah lingkungan, terutama sampah. Karena bahan baku pembuatan kompos adalah sampah maka permasalahan sampah rumah tangga dan sampah kota dapat diatasi. Bagi tanah, kompos dapat member atau menambah unsur hara dan dapat memperbaiki struktur dan tekstur tanah, dan menyimpan air. Dengan demikian semakin baik kualitas tanah dan didukung dengan unsur hara yang mencukupi, tanaman yang diatasnya akan memberikan produksi dan hasil yang optimal ( Murbandono, 2000).
Berdasarkan uraian diatas ingin diteliti lebih lanjut pengaruh dosis kompos terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat.

1.2. Tujuan Praktek Lapang
Tujuan praktek lapang ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis kompos terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat.

1.3. Hipotesis
            Dosis pupuk kompos berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat.


II.                TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Botani Tanaman Tomat
2.1.1.      Sistematika
            Menurut Tugiyono (1999) tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) merupakan tanaman semusim, secara sistematik dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisio             : Spermatophyta
Subdivisio       : Angiospermae
Classis             : Dicotyledonae
Ordo                : Tubiflorae
Famili              : Solanaceae
Genus              : Lycopersicum
Spesies            : Lycopersicum esculentum Mill.
2.1.2.      Morfologi
            Secara morfologi tanaman tomat mempunyai system perakaran tunggang yaitu tumbuh secara horizontal. Batang tanaman tomat berbentuk lunak dengan diameter bisa mencapai 4 cm yang ditutupi oleh bulu halus. Tanaman tomat berdaun majemuk dan berbentuk menyirip, letaknya tersusun di setiap sisi. Tanaman tomat memiliki kelamin dua atau hemaprodit. Kelompoknya berjumlah 5 buah berwarna hijau sedangkan mahkota berwarna kuning berjumlah 5 buah. Bunga tomat melakukan penyerbukan sendiri (Purwanti dan Khairunnisa, 2007).
2.2. Syarat Tumbuh
2.2.1.      Tanah
            Tanaman tomat dapat tumbuh dan berproduksi pada berbagai jenis tanah, tetapi paling baik pada tanah liat berpasir. Keadaan tanh yang baik untuk pertumbuhan tomat adalah tanah yang kaya humus, gembur, sirkulasi udara dan tata yang baik (Mugiyanto dan Nugroho, 2000).
2.2.2.      Cahaya
            Tanaman tomat membutuhkan tempat terbuka dan penyinaran penuh sepanjang hari, kekurangan sinar matahari akan menyebabkan pertumbuhan memanjang, lemah dan pucat (Mugiyanto dan Nugroho, 2000).
2.2.3.      Suhu dan Kelembaban
            Menurut Tugiono (1999) suhu yang baik bagi tanaman tomat adalah 180C-270C pada siang hari, sedangkan pada malam hari suhunya 15 0C-20 0C. Suhu yang tinggi diikuti kelembaban yang relatife tinggi dapat menyebabkan berkembangnya penyakit, sedangkan kelembaban yang relatife rendah dapat mengganggu pertumbuhan buah.
2.2.4.      Curah Hujan
            Curah hujan yang optimum untuk tanaman tomat yaitu 100-200mm/bulan. Waktu penanaman tanaman tomat yang baik adalah 2 bulan sebelum musim hujan atau awal musim kemarau dan diusahakan pada waktu musim hujan atau awal musim kemarau, dan diusahakan pasat musim hujan tiba tanaman tomat dapat dipanen (Purwowidodo, 1987).
2.2.5.  Peranan Pupuk Kompos
            Kompos merupakan bahan organik yang telah mengalami degradasi/penguraian /pengomposan sehingga berubah bentuk dan sudah tidak tidak dikenali lagi bentuk aslinya, bewarna kehitam-hitaman dan tidak berbau. Bahan organik ini berasal dari tanaman maupun hewan, termasuk kotoran hewan. Ada beberapa macam pupuk dari bahan organik yang dikenal, yaitu pupuk kandang, pupuk hijau, dan pupuk guano. Pupuk hijau dan pupuk guano tidak melalui proses penguraian atau pengomposan ,sedangkan pupuk kandang dan kompos melalui proses pengomposam (Indriani, 1999).
             Proses pengomposan berjalan secara earobik da anaerobik yang saling menunjang pada saat tertentu, secara keseluruhan proses ini disebut dekomposissi. Pembuatan kompos sebenarnya meniru proses terbentuknya humus oleh alam, namun sekarang ini proses tersebut dapat lebih dipercepat setelah dilakukan beberapa pengujian dan penelitian. Kompos sangat berperan pada proses pertumbuhan tanaman yang mana tidak hanya menambah unsur hara tetapi juga menjaga unsur hara tetap di tanah (Yono, 2004).


III.             METODE PERCOBAAN

3.1. Tempat dan Waktu
        Praktek lapang ini dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh. Praktek lapang ini  berlangsung dari bulan Juli sampai dengan Oktober 2010.
3.2. Bahan dan alat
3.2.1.      Bahan yang digunakan antara lain:
1.      Benih tomat
Benih yang digunakan adalah benih tomat varietas Montero F1 yang di dapat dari toko pertanian. Benih ini diproduksi oleh PT. East West Seed Indonesia.
2.      Pupuk kandang
        Pupuk kandang yang digunakan sebanyak 27 kg. Pupuk kandang yang diberikan dengan dosis anjuran 20 ton/ha. Pupuk kandang berasal dari kotoran sapi yang diperoleh dari Desa Tanjung Selamat.
3.      Pupuk kompos
        Pupuk kompos yang digunakan dalam praktek lapang ini sebanyak 20,25 kg, yang diperoleh dari toko pertanian.
3.2.2.      Alat yang digunakan:
1.      Cangkul
      Cangkul digunakan untuk menggemburkan tanah.
2.      Gembor
      Gembor digunakan untuk menyiram tanaman tomat
3.      Meteran
Meteran digunakan untuk mengukur tinggi tanaman tomat
4.      Timbangan
      Timbangan digunakan untuk menimbang berat buah tomat
5.      Alat tulis
      Alat tulis digunakan untuk mencatat data dari pengamatan tanaman tomat

3.3. Metode Praktek Lapang
        Praktek lapang ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial dengan 3 ulangan. Faktor yang diteliti adalah pengaruh dosis kompos dengan taraf perlakuan K1= 10 ton/ha atau 1,5 kg/ plot, K2= 15 ton/ha atau 2,25 kg/plot dan K3= 20 ton/ha atau 3 kg/plot. Dengan model matematika:
Yij = µ + ßi + Kj + εij
(i=1,2,3,....p; j=1,2,3,…u)
Keterangan :
Yij          = Nilai pengamatan pada ulangan ke-i dan perlakuan ke-j
µ          = Rata-rata umum
ßi            = Pengaruh ulangan ke-i
Kj           = Pengaruh faktor dosis Kompos (K) taraf ke-j
εij            = Acak percobaan
p          = Jumlah perlakuan
u          = Jumlah ulangan
Apabila uji F menunjukkan pengaruh yang nyata, maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur pada taraf 5 % (BNJ0,05). Rumus BNJ adalah sebagai berikut:
BNJ0,05   = q 0,05 (p;dbA)
Keterangan :
BNJ0,05                                =  Beda Nyata Jujur pada taraf 5 %
    q 0,05 (p;dbA)     = Nilai baku q pada taraf 5% jumlah perlakuan dan derajat    bebas acak
KTA                  = Kuadrat tengah acak
r                                    = Jumlah Ulangan

3.4.       Cara kerja
3.4.1. Pengolahan tanah
Pengolahan tanah dilakukan dengan menggunakan cangkul dengan kedalaman 30 cm. kemudian dibiarkan selama satu minggu. Tujuannya agar gulma yang ada pada lahan tercabut dan senyawa-senyawa yang beracun akan hilang. Tahap selanjutnya pembuatan bedengan  dengan ukuran 1,5 m x 1 m dengan ketinggian 30 cm dan lebar drainase 50 cm.
3.4.2.      Perkecambahan Benih
Perkecambahan benih dimaksud untuk mempercepat proses perkecambahan benih yaitu dengan cara direndam selama 12 jam. Proses imbibisi ini dilakukan agar benih cepat berkecambah.
3.4.3.      Penyemaian
Penyemaian dilakukan didalam polibag kecil yang berukuran 6 cm x 10 cm. media penyemaian adalah tanah yang talah dihaluskan dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1. Penyemaian dilakukan selama 21 hari.
3.4.4.      Penanaman
Penanaman dilakukan setelah tanaman tomat berumur 21 hari. Bibit selanjutnya dipindahkan ke lahan yang telah disiapkan dan ditanam dengan jarak tanam 60 x 70 cm.
3.4.5.      Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan meliputi :
1.      Penyiraman
Penyiraman dilakukan dua kali dalam sehari yaitu pada pagi dan sore hari terutama pada saat tanaman berada pada fase pertumbuhan awal dan pembentukan bunga.
2.      penyulaman
Penyulaman dilakukan untuk menggantikan bibit yang rusak, mati atau kurang baik dan dilakukan sebelum tanaman berumur 2 minggu.
3.      Penyiangan dan penggemburan
Penyiangan dilakukan bersamaan dengan penggemburan dan dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak perakaran tanaman tomat, untuk penyiangan dilakukan secara manual terhadap gulma yang tumbuh, dilakukan mulai tanaman memasuki 2 minggu setelah tanam.
4.      Pemupukan
Pemupukan bertujuan memberikan zat-zat makanan yang diperlukan oleh tanaman untuk pertumbuhan  dan hasil tanaman tomat. Pupuk yang diberikan yaitu pupuk kandang yang berasal dari kotoran sapi. Pupuk diberikan setelah bedengan terbentuk, diberikan secara merata untuk satu bedeng sebanyak 3 kg, dengan ukuran bedengan 150 cm x 100 cm. Pupuk kandang diberikan sesuai dengan dosis anjuran 20 ton/ha.     
5.      Pemangkasan
            Pemangkasan dilakukan pada saat tanaman berumur 20 hari setelah tanam (HST). Semua tunas dibuang dan hanya ditinggal dua batang induknya saja. Tujuan dari pemangkasan untuk merangsang pertumbuhan tunas-tunas lateral sehingga dapat meningkatkan hasil tanaman tomat.
6.      Pengendalian hama dan penyakit
            Serangan hama dan penyakit menjadi salah satu faktor dalam penghambat peningkatan produksi tanaman tomat. Ada beberapa jenis hama yang sering menyerang dan mengganggu tanaman tomat, diantaranya adalah: ulat tanah, ulat buah, nematode busuk akar, lalat putih/kutu kebul dan ulat grayak. Selain gangguan hama, produksi tomat juga sering terganggu oleh penyakit yang biasanya disebabkan oleh cendawan (layu fusarium, bercak daun), bakteri (layu bakteri, bercak bakteri dan lunak bakteri), virus (mosaic, kerdil dan bercak kuning/mati urat).
7.      Panen
Tanaman tomat dapat dipanen pertama kali pada umur 70 HST. Buah tomat dipanen 3 kali panen dengan interval waktu 3 hari sekali. Panen baik dilakukan pada pagi dan sore hari dengan cara buah tomat diputar dengan hati-hati sampai terlepas dari tangkainya.
3.5.      Pengamatan
Adapun pengamatan yang dilakukan dalam praktek lapang ini adalah sebagai berikut :
1.      Tinggi tanaman (cm)
               Pengamatan tinggi tanaman dilakukan pada umur 20, 40 dan 60 HST, yang diukur mulai dari permukaan tanah sampai ke titik tumbuh tertinggi.
2.      Diameter pangkal batang (cm)
               Pengamatan diameter pangkal batang dilakukan pada tanaman sampel per unit percobaan. Pengamatan dilakukan pada umur tanaman 20, 40 dan 60 HST.
3.      Berat buah per tanaman (g)
               Penimbangan berat buah per tanaman sampel dilakukan dengan menggunakan timbangan. Perhitungan jumlah buah per tanaman dilakukan selama 2 kali panen dengan interval 3 hari sekali.
4.      Diameter buah per tanaman (cm)
               Pengamatan diameter buah dilakukan dengan menggunakan jangka sorong. Pengukuran diameter buah dilakukan selama 3 kali panen dengan interval 3 kali sehari.
5.      Produksi per bedeng (g)
               Penimbangan produksi per bedeng dilakukan dengan menggunakan timbangan, selama 3 kali panen dengan interval 3 hari sekali.


IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
            Hasil uji F pada analisis ragam pada( lampiran tabel 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16 dan 18) menunjukkan bahwa faktor  dosis pupuk kompos berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, diameter pangkal batang, berat buah pertanaman, diameter buah pertanaman dan produksi perbedeng pada tanaman tomat. Rata-rata parameter yang diamati pada berbagai tingkat dosis pupuk kompos dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rata-rata parameter yang diamati pada berbagai tingkat dosis pupuk   kompos

Parameter
Pengaruh dosis pupuk kompos
K1                            (10 ton/ha)
K2
(15 ton/ha)
K3
(20 ton/ha)
Tinggi tanaman umur (cm)
-          20 HST
-          40 HST
-          60 HST

30,33
48,11
52,77

31,56
46,78
51,44

32,23
50,89
54,89
Diameter pangkal batang umur (cm)
-          20 HST
-          40 HST
-          60 HST


0,46
0,55
0,66


0,47
0,59
0,61


0,49
0,58
0,69
Berat buah per tanaman (g)
72,22
81,94
89,72
Diameter buah per tanaman (cm)
2,25
1,84
2,16
Produksi per bedeng (g)
822
958
879



4.2. Pembahasan
            Hasil praktek lapang menunjukkan bahwa faktor dosis pupuk kompos berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, diameter pangkal batang tanaman tomat pada umur 20, 40 dan 60 HST, berat buah per tanaman, diameter buah per tanaman dan produksi per bedeng.                                                           Walaupun secara statistik semua peubah yang diamati tidak menunjukkan perbedaan nyata, namun secara morfologi kita dapat melihat bahwa rata-rata tanaman tomat cenderung lebih tinggi dijumpai pada perlakuan dosis pupuk kompos 20 ton/ha atau 3 kg/plot (K3). Dosis pupuk kompos tersebut dapat memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan bahan organik dalam tanah, dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah, serta aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman. Aktivitas mikroba tanah juga dapat membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari dalam tanah, sehingga pertumbuhan tanaman tomat lebih tinggi dibandingkan dengan dosis pupuk kompos 10 ton/ha atau 1,5 kg/plot (K1) dan 15 ton/ha atau 2,25 kg/plot (K2).                                                                                                              Peran bahan organik terhadap sifat fisik tanah diantaranya memperbaiki aerasi tanah, dan meningkatkan kemampuan menahan air. Peran bahan organik terhadap sifat biologis tanah adalah meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang berperan pada fiksasi nitrogen dan transfer hara tertentu seperti N, P, dan k. Peran bahan organik terhadap sifat kimia tanah adalah meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga memengaruhi serapan hara oleh tanaman (Gaur, 1980). Di lapangan dapat kita lihat bahwa, semakin banyak jumlah atau dosis pupuk kompos yang diberikan pada tanaman itu, maka akan menguntungkan tanaman dan tanah yang dibudidayakan tersebut. Dengan dosis pupuk kompos 20 ton/ha (K3) tanah sedikit lebih gembur dan kemampuan tanah untuk menahan kandungan air dalam tanah daripada dosis pupuk kompos 10 ton/ha (K1) dan 15 ton/ha (K2).Aspek pemberian pupuk kompos bagi tanah/tanaman antara lain dapat, meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki struktur dan karakteristik tanah, meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah, meningkatkan aktivitas mikroba tanah, meningkatkan kualitas hasil panen baik (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen), menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman, menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman dan meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah.                                                                                            Perlakuan dosis pupuk kompos menunjukkan tidak berbeda nyata secara statistik, dapat kita lihat pada Tabel 1 yaitu Hasil buah tomat cenderung lebih tinggi dijumpai pada dosis pupuk kompos 15 ton/ha atau 2,25 kg/plot (K2), dibandingkan dengan perlakuan dosis pupuk kompos 20 ton/ha atau 3 kg/plot (K3) dan perlakuan dosis pupuk kompos 10 ton/ha atau 1,5 kg/plot (K1).
Hal ini diduga bahwa pemberian pupuk kompos pada tanaman tomat tidak dimanfaatkan secara maksimal, karena hasil yang diperoleh di lapangan tidak berbeda nyata antara satu perlukuan dengan perlakuan lain. Kompos tidak dapat tergantikan oleh bahan kimia, karena tanpa bahan organik seperti humus atau kompos, efisiensi dan efektivitas penyerapan unsur hara tidak akan berjalan lancar. Berapapun banyaknya unsur hara yang diberikan ke dalam tanah tidak akan pernah menjadikan tanaman tumbuh subur, karena efektivitas penyerapan unsur hara sangat dipengaruhi oleh kadar bahan organik di dalam tanah (Yono, 2005).



mp3

Daftar Blog Saya

last child

rafly kande