Sabtu, 22 September 2012

pupuk hayati mikoriza

Pupuk Hayati Mikoriza Kusuma BioPlus adalah cendawan yang mampu masuk kedalam akar tanaman dan meningkatkan kemampuan tanaman menyerap unsur hara. Lebih dari 80% tanaman dapat bersimbiosis dengan mikoriza (CMA). Mikoriza terdapat pada sebagian besar ekosistem alam dan pertanian serta memiliki peranan yang penting dalam pertumbuhan, kesehatan dan produktifitas tanaman.
Manfaat Pupuk Hayati Mikoriz
a Kusuma BioPlus (1) Meningkatkan transportasi air ke akar (2) Status P tanaman meningkat sehingga lebih tahan kekeringan (3) Hifa ekternal membuat tanaman lebih mampu mendapatkan air dan P (4) Kebutuhan air untuk memproduksi bobot kering tanaman lebih sedikit (5) Tanaman lebih tahan kekeringan (6) Secara tidak langsung meningkatkan kemampuan tanah menyimpan air.
Pupuk Hayati Mikoriza mengandung unsur hara makro dan mikro dan mikroorganisme pelarut fospat (mikoriza).

Senin, 06 Agustus 2012

Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt.) yang Ditumpangsarikan Dengan Kacang-Kacangan dan Pemberian Pupuk yang Berbeda


HENDRA “Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt.)
yang Ditumpangsarikan Dengan Kacang-Kacangan dan Pemberian Pupuk yang
Berbeda”di bawah bimbingan Syafruddin sebagai pembimbing utama dan
Hasanuddin sebagai pembimbing anggota.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa jenis pupuk
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis yang ditumpangsarikan
dengan tanaman kacang-kacangan, serta ada tidaknya interaksi antara kedua
faktor tersebut.
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh yang dimulai pada bulan
Februari sampai Mei 2011.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung manis
varietas Talenta, benih kacang tanah varietas Panter, benih kacang kedelai varietas
Wilis, pupuk kandang dari kotoran sapi, pupuk urea, fosfor, Kalium, insektisida
Furadan 3G, pestisida Decis dan fungisida Dithane M-45. Sedangkan alat yang
digunakan antara lain hand tractor, cultivator, cangkul, garu, meteran,
handsprayer, timbangan, selang, gembor, tali rafia, jangka sorong, dan alat tulis
menulis.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok pola faktorial
3 x 3 dengan 3 ulangan. Faktor yang diteliti adalah tumpangsari yang terdiri dari
tiga taraf yaitu kontrol, tumpangsari dengan kacang tanah dan tumpangsari dengan
kedelai. Faktor jenis pupuk yang terdiri atas 3 taraf yaitu kontrol, pupuk kandang
dan pupuk makro.
Peubah yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun,
lebar daun, diameter batang umur 14, 28, dan 42 hari setelah tanam (HST), jumlah
tongkol tanaman, bobot tongkol berkelobot, bobot tongkol tanpa kelobot, panjang
tongkol tanpa kelobot, diameter tongkol tanpa kelobot dan perkiraan biji
perkelobot.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan tumpangsari berpengaruh
nyata terhadap diameter batang umur 42 HST, akan tetapi berpengaruh tidak nyata
terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, lebar daun umur 14, 28 dan
42 HST diameter batang umur 14 dan 28 HST, jumlah tongkol tanaman, bobot
tongkol berkelobot, bobot tongkol tanpa kelobot, panjang tongkol tanpa kelobot
dan perkiraan biji per kelobot. Pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis lebih
baik dijumpai pada tumpangsari dengan kedelai.
Pemberian pupuk berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman dan
jumlah daun umur 14 HST, panjang daun dan diameter batang umur 42 HST,
jumlah tongkol tanaman, bobot tongkol berkelobot, bobot tongkol tanpa kelobot,
diameter tongkol tanpa kelobot dan perkiraan biji perkelobot. Sedangkan
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun umur 28 HST,
panjang daun umur 14 HST dan 28 HST, lebar daun umur 28 HST, diameter
batang umur 28 HST dan panjang tongkol tanpa kelobot. Akan tetapi
berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman dan panjang daun umur 42
HST, lebar daun umur 14 HST dan 42 HST dan diameter batang umur 14 HST.
Terdapat interaksi yang tidak nyata antara tumpangsari kacang-kacangan
dengan pemberian pupuk yang berbeda terhadap semua peubah pertumbuhan dan
hasil tanaman jagung manis yang diamati.

Minggu, 01 Juli 2012

LAPORAN BAKTI PROFESI/KKM MAHASISWA DI ACEH BESAR


I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan wilayah tropis beriklim basah, yang memungkinkan tumbuhnya berbagai macam tanaman buah-buahan dan sayur-sayuran dengan subur. Keanekaragaman sumber genetik yang tumbuh tersedia di berbagai wilayah
Indonesia memberikan prospek yang cukup cerah untuk dikembangkan. Tanaman tomat adalah salah satu jenis sayur-sayuran yang dibudidayakan, baik di perkarangan ramah maupun di perkebunan (Haryono, 2007).
Ada beberapa kendala yang dihadapi oleh petani dalam budidaya tomat di daerah dataran rendah, diantaranya suhu yang tinggi, kesuburan tanah yang rendah, tingkat kemasaman tanah yang tinggi dan serangan hama penyakit. Supaya pemanfaatan lahan dataran rendah optimal, perlu adanya perbaikan budidaya seperti pemupukan dengan dosis yang tepat, penggunaan varietas yang telah direkomendasikan didataran rendah dan cara perawatan dan pemeliharaan tanaman tomat (Purwati dan Khairunisa, 2007).
Sampai saat ini masih banyak petani yang kesulitan membedakan antara serangan hama dan penyakit pada tanaman tomat. Akibatnya sering terjadi kekeliruan pemberian  pestisida dan dosis. Kalau ini terjadi, bukan perbaikan yang
didapatkan. Untuk menghindari hal tersebut, pengetahuan tentang hama dan penyakit serta cara pengendaliannya sangat penting (Bernardinus, 2002).
B. Tujuan dan Manfaat
a. Tujuan
Adapun tujuan dari Bakti Profesi ini adalah sebagai berikut:
  1. Menambah pengalaman mahasiswa mengenai disiplin ilmu yang ditekuninya serta menerapkan bekal yang diperoleh dari perkuliahan, untuk mengabdi kepada masyarakat yang bekerja sebagai petani di Desa.
  2. Membantu pemecahan berbagai permasalahan yang dihadapi petani, terutama tentang pengendalian hama dan penyakit tanaman tomat.
b. Manfaat
Manfaat dari kegiatan Bakti Profesi adalah sebagai berikut:
1.  Mahasiswa dapat bertambah pengalaman serta memantapkan ilmu yang diperoleh dibangkuperkuliahan dengan cara melakukan peninjauan langsung ke lapangan.
2.  Bertambahnya pengalaman petani yang baik dan benar khususnya tentang manfaat pengendalian hama dan penyakit pada tanaman tomat agar dapat meningkatkan hasil panen sehingga meningkatkan kesejahteraan bagi para petani.
3.  Sebagai wahana bagi mahasiswa dan petani dalam memecahkan masalah pertanian di lapangan, sehingga mahasiswa menyelaraskan antara teori dan praktek secara langsung ke lapangan.

II. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN PERMASALAHAN PERTANIAN

A. Gambaran Umum Lokasi
1. Letak geografis
Wilayah Kabupaten Aceh Besar berada pada posisi 5,2 -5,8 LU dan 95,0-95,8 BT dengan luas wilayah 2.974,12 km atau 5,8% dari luas Provinsi Aceh. Salah satu Kecamatan di Kabupaten Aceh Besar adalah Kecamatan Lembah Seulawah. Kecamatan Lembah Seulawah terletak pada 95°-39° LU. Dari beberapa desa yang terdapat pada kecamatan ini salah satunya adalah Desa Lamtamot.
Desa Lamtamot terletak dengan ketinggian tempat kurang dari 300 m di atas permukaan laut dengan kemiringan 15-39%. Tanah di Desa Lamtamot berasal dari bebatuan vulkanis dengan pH tanah netral yaitu antara 6,0-7,5. Tanah yang terbentuk adalah tanah endosol dengan kedalaman kurang dari 1 m dan berdrainase baik.
Curah hujan Desa Lamtamot dapat dibedakan menjadi dua bulan yaitu bulan basah dan bulan kering. Lamanya bulan basah adalah 3-6 bulan dan bulan kering 3-6 bulan. Hasil pencatatan rata-rata curah hujan pertahun sebesar 67-101 hari. Curah hujan berkisar antara 1.750-2.000 mm/tahun. Temperatur udara rata-rata minimum 22°C dan maksimum 30°C. Kelembaban nisbi rata-rata 92,7% pertahun dan tekanan udara rata-rata 1.212,1 mili Bar (mB) pertahun atau 1010,1 mili Bar (mB) perbulan.
Desa Lamtamot memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
  1. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Paya Keureuleh/Teladan
  2. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Lamkubu
  3. Sebelah utara berbatasan dengan Gunung Seulawah
  4. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Lon Asan

2. Penduduk dan Mata Pencaharian
Penduduk Desa Lamtamot pada umumnya berasal dari Aceh Besar dan sebagian kecil pendatang dari Pidie. Jumlah penduduk Desa Lamtamot 1.227 jiwa yang terdiri dari 227 kepala keluarga (KK).

Tabel 1.    Jumlah Penduduk Desa Lamtamot Berdasarkan Mata Pencaharian

No
Mata Pencaharian
Pesentase (%)
1
Petani
63
2
PNS, TNI,/POLRI
28
3
Wiraswasta
9
Total
100
Sumber: Kantor Desa Lamtamot, 2010

3. Penggunaan Lahan
Luas wilayah Desa Lamtamot yang dimanfaatkan 184 ha. Tanah di kawasan ini digunakan sebagai tempat pemukiman penduduk, sawah perkarangan, Kebun dan padang rumput. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel.

Tabel 2.    Luas Lahan menurut Penggunaan Lahan

No
Penggunaan Lahan
Luas Lahan (ha)
Persentase (%)
1
Pemukiman
21,3
11,5
2
Sawah
26,7
14,5
3
Pekarangan
14
7,6
4
Kebun
76
41,4
5
Padang Rumput
46
25
Total
184
100

Sumber: Kantor Desa Lamtamot, 2010
B. Permasalahan
Bidang pertanian merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat Desa Lamtamot. Dari hasil pengamatan serta wawancara penulis dengan petani tanaman tomat, ditemukan beberapa permasalahan yang dihadapi petani di lapangan Desa ini yaitu sebagai berikut:
  1. Kurangnya pengetahuan petani tentang manfaat dari pengendalian hama dan penyakit pada tanaman tomat secara baik dan benar. Hasil pengamatan penulis terhadap tanaman tomat lokasi menunjukkan bahwa, petani masih kurang memahami dalam hal pemeliharaan tomat seperti pemangkasan, petani tidak melakukan pemangkasan sehingga merangsang timbulnya hama dan penyakit pada tanaman tomat.
  2. Kurangnya pemeliharaan tanaman tomat secara intensif, sehingga menimbulkan hama dan penyakit.
III. PROGRAM KERJA

A. Tempat dan Waktu
Kegiatan Bakti Profesi dilaksanakan di Desa Lamtamot Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar, dari tanggal 12-16 Mei 2010.

B. Tujuan dan Masyarakat Sasaran
Tujuan Bakti Profesi ini agar masyarakat khususnya petani tomat mengetahui manfaat pengendalian hama dan penyakit pada tanaman tomat.
Masyarakat sasaran dalam pelaksanaan Bakti Profesi ini adalah masyarakat petani tomat di Desa Lamtamot Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar, khususnya petani yang masih kurang pengetahuan dalam hal teknik pengendalian hama dan penyakit tanaman tomat.

C. Metode Kegiatan
Adapun kegiatan yang akan dilaksanakan antara lain adalah sebagai berikut:
  1. Pengamatan secara langsung terhadap tanaman tomat yang dibudidayakan oleh petani untuk mengetahui kondisi tanaman di lapangan.
  2. Memberi penyuluhan dan pengenalan langsung kepada petani tentang teknik pengendalian hama dan penyakit pada tanaman tomat.
  3. Melakukan praktek (contoh) cara pengendalian hama dan penyakit tanaman tomat yang baik dan benar.
IV. HASIL KEGIATAN

A. Hasil kegiatan
Kegiatan Bakti Profesi yang dimulai dari tanggal 12-16 Mei 2010 di Desa Lamtamot Kecamatan Lembah Seulawah, maka sebagian masalah yang dihadapi petani khususnya tentang teknik pengendalian hama dan penyakit sudah dapat beberapa alternatif dalam pemecahan masalahnya tersebut.
Hasil survey di lapangan dalam kegiatan Bakti Profesi ini banyak diperoleh informasi-informasi, khususnya dari para petani tanaman tomat yang dibudidayakan di Desa Lamtamot.
Dengan melihat adanya pengaturan jarak tanam yang tidak teratur, sehingga antar tanaman saling berhimpitan, maka penulis menganjurkan untuk melakukan pengaturan jarak tanam agar hama dan penyakit mudah terkendali, dan agar tajuk tanaman tidak lagi saling bersentuhan. Hal ini dimaksudkan agar cahaya matahari diterima secara menyeluruh oleh tanaman tanpa ada yang ternaungi dan untuk meningkatkan produksi buah pada saat pemanenan. Untuk mencapai produktivitas yang tinggi perlu dilakukan pengendalian organisme pengganggu tanaman metode pengendaliannya adalah sebagai berikut:

1. Pengendalian Hayati
Pengendalian hayati menggunakan musuh alami untuk membasmi hama yang mengganggu tanaman, misalnya belalang sembah memangsa kuta daun. Oleh karena itu keberadaanya haras tetap dipertahankan, tanpa merusak lingkungan dengan tidak menggunakan penyemprotan pestisida secara berlebihan.
2. Pengendalian Kultur Teknis
Memperkecil ekosistem yang disenangi oleh pengganggu tanaman yaitu dengan cara memangkas dan memusnahkan bagian tanaman yang sakit atau membongkar selurah bagian tanaman yang terserang terutama tanaman yang terserang virus.

3. Pengendalian Genetik
Mengendalikan organisme pengganggu tanaman dengan menggunakan varietas dan jenis tanaman tomat yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit tanaman tomat.

4. Pengendalian Fisik atau Mekanik
Memindahkan dan mematikan hama secara langsung dengan menggunakan tangan atau alat bantu,apabila hama dan penyakit masih diambang batas ekonomi.

5. Pengendalian Kimia
Pengendalian secara kimia digunakan apabila cara pengendalian yang tersebut diatas tidak dapat membasmi hama dan penyakit tanaman tomat, pengendalian ini menggunakan bahan-bahan yang mengandung senyawa kimia seperti: pestisida, insektisida, dan fungisida.
Jenis-jenis hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman tomat adalah sebagai berikut
1) Hama
a. Ulat Buah (Heliothis armigera.)
Warnanya hijau dan tubuhnya ditumbuhi bulu yang jarang. Ulat ini menggerek buah tomat yang menjelang masak. Ulat melubangi buah tomat dan masuk ke dalam buah, kadang-kadang buah menjadi busuk karena infeksi patogen sekunder
Gejala serangannya:
Buah tomat berlubang dan dapat membusuk karena infeksi.
b. Kutu Daun ( Thrips sp.)
Hama ini memiliki tubuh berukuran 1-2 mm, imago yang sudah tua berwarna kehitam-hitaman, hama ini merusak daun tua dan daun muda, daun muda yang terserang perkembangannya jadi tidak sempurna, daun tua yang terserang menjadi kering karena cairannya dihisap oleh kutu daun.
Gejala Serangannya:
Bercak-bercak putih pada daun, kemudian berubah menjadi coklat dan akhirnya tanaman tomat menjadi mengeriting, daun menggulung ke dalam daun serta menimbulkan benjolan.

2) Penyakit.
a. Penyakit Busuk Daun ( Phytophthora infestans.)
Patogen penyebab penyakit ini adalah cendawan, patogen ini menyerang semua jenis tanaman, terutama jika kelembaban udara tinggi.
Gejala Serangannya:
Tanaman tomat yang terserang penyakit busuk daun akan mempelihatkan gejala bercak-bercak yang tidak beraturan pada daunnya dengan kondisi daun agak basah, lunak, dan berwarna hijau kehitam-hitaman.
b. Penyakit Mosaik
Penyakit ini disebabkan oleh virus mosaik, virus jenis ini berbentuk batang dengan ukuran panjang 300 nanometer dan lebar 18 nanometer.
Gejala Serangannya:
Pertumbuhan tanaman tomat menjadi terhambat, akibatnya tanaman menjadi relatif lebih kerdil, buahnya sedikit serta berukuran kecil.
Setelah melakukan survey ke salah satu kebun petani, tidak adanya suatu pengendalian dengan cara alami, melainkan banyak petani menggunakan bahan kimia atau pestisida. Apabila ini dilakukuan dalam jangka waktu yang panjang akan menimbulkan kekebalan bagi hama itu sendiri. Untuk mengurangi pengaruh buruk pestisida, sebaiknya dalam mengendalikan hama penyakit tanaman tomat petani seharusnya menerapkan beberapa cara. Konsep ini dikenal dengan istilah pengendalian hama terpadu (PHT ). Penerapan PHT tidak hanya berlaku untuk satu musim tanam, melainkan meliputi pola tanam sepanjang tahun.
Pengendalian hama dan penyakit sebaiknya menggunakan prinsip pengendalian terpadu, yaitu menggabungkan beberapa cara untuk mengendalikan hama dan penyakit yang menyerang tanaman tomat. Apabila semua cara telah dilakukan hasilnya tidak efisien maka baru digunakan bahan kimia.

B. Faktor Pendukung
Ada beberapa faktor pendukung dalam pelaksanaan Bakti Profesi sehingga kegiatan tersebut berjalan dengan baik dan lancar. Faktor tersebut adalah :
1.      Inisiatif dan Motivasi Mahasiswa.
Salah satu faktor penting dalam pelaksanaan kegiatan Bakti Profesi dengan baik sesuai dengan rencana yang disusun adalah inisiatif dan motivasi mahasiswa yang mempunyai keinginan untuk mengabdi pada masyarakat.
2.      Partisipasi Masyarakat Desa Lamtamot.
Faktor penting lainnya adalah terlaksananya program ini dengan baik suatu program yang telah direncanakan adalah partisipasi masyarakat. Adanya respon yang baik dari masyarakat terhadap program yang dilaksanakan tercermin dari sikap yang ramah tamah, mau ikut terlibat langsung dalam kegiatan maupun berdiskusi untuk memecahkan masalah pertanian yang dihadapi oleh masyarakat itu sendiri.
3.      Dukungan Aparatur Desa Lamtamot.
Partisipasi aparatur Desa Lamtamot juga sangat mendukung program Bakti Profesi sehingga berjalan lancar, dimana informasi penting mengenai keadaan Desa setempat dapat kami peroleh secara lengkap.

C. Faktor Penghambat
Di samping adanya faktor pendukung dalam pelaksanaan kegiatan Bakti Profesi ini juga ada faktor penghambat yang sering dihadapi di lapangan sehingga dapat menggangguan kelancaran kegiatan. Diantara faktor penghambat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sarana Transportasi.
Kurangnya sarana transportasi dari Desa Lamtamot ke Kota sangat menghambat kelancaran untuk mendapatkan kebutuhan sehari-hari yang dibutuhkan petani. Hal ini juga berpengaruh pada pemasaran hasil panen produk pertanian.
2.  Kemampuan Mahasiswa
Kemampuan dan pengalaman mahasiswa yang masih terbatas menjadi salah satu faktor penghambat dalam memberikan penyuluhan dan memecahkan masalah yang dihadapi oleh petani di Desa Lamtamot.
3. Kondisi Cuaca
Disamping beberapa faktor pendukung dalam pelaksanaan kegiatan ini tentu tidak lepas juga dari faktor penghambat sehingga sedikit mengganggu kelancaran jalan kegiatan yang telah direncanakan yaitu faktor cuaca yang kurang memungkinkan, serta terbatasnya kemampuan dan pengetahuan mahasiswa yang masih dalam tahap belajar dan keterbatasan waktu yang dirasakan mahasiswa dalam melakukan pendekatan dengan petani untuk memperoleh data atau permasalahan yang dihadapi petani di desa setempat.


V. PENUTUP

A. Kesimpulan
Desa Lamtamot Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar memiliki potensi yang sangat tinggi untuk dikembangkan terutama dibidang pertanian khususnya tanaman hortikultura, karena di daerah ini telah dibudidayakan berbagai macam komoditi pertanian yang cukup potensial. Sehingga dengan potensi dan motivasi yang dimiliki para petani serta dukungan sepenuhnya dari pihak terkait hal ini tentunya dapat terwujudkan dengan baik.
Dari hasil kegiatan Bakti Profesi yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa:
1.  Sebagian besar permasalahan yang sering dihadapi para petani tanaman tomat adalah cara pengendalian hama dan penyakit pada tanaman tomat yang dibudidayakan.
2.   Masih kurangnya pengetahuan para petani mengenai teknik pengendalian organisme pengganggu tanaman tomat secara terpadu, dalam hal ini paling menentukan dalam pemutusan siklus hama salah satunya pengaturan jarak tanam dan rotasi tanaman untuk meminimalkan atau memutuskan siklus hidup hama dan penyakit masih kurangnya, dalam penerapan dilapangan, sehingga tanaman tomat tidak berproduksi dengan maksimal.
3.    Kurang adanya perhatian dari institusi terkait mengenai informasi teknik budidaya tanaman tomat dan cara pengendalian hama secara terpadu. Dengan penyuluhan yang diberikan maka sebagian besar permasalahan petani tersebut bisa dipecahkan, walaupun tidak menyeluruh. Hal ini dikarenakan kemampuan mahasiswa yang masih terbatas.

B. Saran
Waktu Kegiatan Bakti Profesi masih sangat terbatas sehingga pelaksanan kerja yang telah diprogramkan belum terlaksana dengan sempurna. Diharapkan kedepan kurun waktu pelaksanaan bakti profesi lebih lama sehingga dalam penyampaian dan penukaran informasi baik untuk masukan bagi mahasiswa dan petani dapat lebih maksimal sehingga hasil yang diperoleh optimal. Penulis memohon kepada siapa pun, pada masa yang akan datang yang menggambil mata kuliah Bakti Profesi, mohon betul-betul mempelajari mata kuliah Sosiologi Pedesaan. Dan jagalah nama baik Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala.



Kamis, 03 Mei 2012

SWEET CORN


                                                             SWEET CORN

Description
This type contains a relatively high sugar content, because it is usually levied young to be burned or boiled. The hallmark of this type is when the seeds are ripe to be wrinkled.
Benefit
As food, fodder, medicine filler materials etc. ..
Terms Grow Corn is mostly planted in the lowlands of both, rainfed and irrigated rice. Sebahagian are also in a mountainous area at an altitude of 1000 - 1800 m above sea level.
a. Ground
Desired soil is friable and fertile maize plants kerana need good aeration and drainage.Corn may grow well in a wide range of soil. Dusty clay is the best for its growth. Heavy soils can still be planted with corn in the ground work more often during its growth, so that the aeration of the soil is progressing well.
Excessive ground water is discharged through the irrigation channels are created between the rows of corn. Soil acidity (pH) is best for corn is sekittir 5.5 to 7.0. Land with a slope of no more than 8% can still be planted rows of corn in the direction perpendicular to the tilt of the ground, in order to prevent erosion malignancy that occurs when the big rains,
b. Climate
Climatic factors are most important are the number and distribution of sunlight and rainfall, temperature, humidity and wind. Place corn planting should get enough sunlight and do not be shielded by trees or buildings. If there is no radiation from the sun, the result will be reduced. The optimum temperature for corn growth is between 23-27 C.
How to grow
Seed taken only from plants and cobs are well and healthy.
Choose a large cob-cob, straight rows of beans and full, tightly closed - by kelobotnya, and quite old.elect of the cob, separate small seeds found at the base and tip of the cob.Only the average grain size and sound just taken as a seed.
When selected a very limited number of cobs, can also be used all the seeds found on the cob. Seeds should be dry enough and healthy, vigorous growing more than 90%, pure and free of debris.
At present there are seeds of superior varieties that are suitable for low-lying harvested with age (110 days), such as, Hope, Metro, Bogor Composite-2 and the old, early maturing are: interlacing, early maturing, Kretek, early maturing paper, Bogor Comopsit-10, etc. and high untuk.dataran is: Yellow Bastar, Bhima, Pandu White Chemistry "Rocol and others.,
Time of planting.
A good planting time is as follows:
a. corn planted in the rainy season / beginning of the rainy season. in September / November. Earthworks should be made well in advance, so that the soil in a state ready for planting. At the time the rain had begun to fall. Corn planting delays harbor until December resulted in plants suffering from the disease downy mildew (Downy mildew) are heavy and can cause total failure. Ditegalan maize can also be done, on the season.marengan / rainy season almost over, the month of February to April.
b. Ground fields are usually planted in corn is in season three musirn harbor, before the rainy season rice is planted, the season marengan after rainy season rice harvest and also in the dry season. Cultivation harbor for the season or early maturing varieties should be used rather superior varieties collected in the young, so there is enough time to prepare for planting rice ..



HOW AND MAINTENANCE OF PLANT farming
a. Tillage:
At the time of processing, the state should not be overly wet soil should be moist enough but so easy to do, and not sticky, until the soil is loose enough. On sandy soils or soil is not much light is required earthworks. On heavy soils with excess water, water needs to be made penuntas channel. Making the right channel and pembumbunan to avoid a puddle of water that is detrimental to the growth of corn plants.
Tillage for corn harbor must be precise and quick to do because sometimes the rain came early. When not had time to work the land as a whole since the time of planting urgent, then the earthworks can be carried out only on the row to be planted only as deep as 15-20 cm until the soil is loose enough. Based on the results of research on the ground: latosol and aridosol this way gives results that are not significantly different from the usual earthworks.
b. Spacing
Different varieties have the optimum age of different populations. For old varieties in the (± 110 days) as Hope Bogor, Composite optimum population is ± 50 000 plants / ha, planted with a spacing of 100 x 40 cm. with two plants per hole or 75 x 25 cm to 1 (one) plant per hole. Middle aged varieties (80-90 days) and early maturing as Panjalinan Kretek, optimum population is 70 000 t. plants / ha, planted with a spacing of 75 x 20 cm to 1 (one) plant per hole.
For early maturing varieties are aged (70-80 days) as early maturing Madura, the population can be increased to 100,000 plants / ha, even on fertile soils could reach 200,000 plants / ha, with a spacing of 50 x 20 cm or 50 x 10 cm with a (a) plants per hole;. Seeds were planted 2 -3 seeds per hole, then diperjarang at the age of 2-3 weeks after planting, in which the left upright and healthy plants alone so as to achieve the desired population according to the spacing used. The depth of planting is 3
Maintenance includes:
Fertilization.
Corn crop will not yield a maximum when the necessary nutrients are lacking.Fertilization can increase crop yields quantitatively and qualitatively.
Nitrogen is a fertilizer, a key element in efforts to increase production. Phosphate and potash fertilizer with nitrogen memberikari better results. Plants that lack the element nitrogen, will appear stunted, light green leaf color yellow, the fruit is formed ahead of time and is not perfect:
Symptoms of deficiency elements, phosphate. clearly visible, especially at the time the young plants where the leaves will turn purple and green and then returned to normal when the plants get enough, phosphat. Potassium-deficient plants provide an overview as if withered, the edges of the leaves first turn yellow (chlorosis), then changed to brown and the leaves will fall dead.
Dose of fertilizer needed varies: depending on the level and type of soil fertility. For a while in general can be recommended, the use of fertilizers as much as 90-120 kg.N, 30-45 kg. 0-25 kg P2O5 and K2O per ha. On land that will contain enough potassium, fertilization with this element can be eliminated. Fertilizer given ditugal 10 cm deep, on both sides of the plant with a distance of 7 cm, the spacing of the meeting of fertilizer can be given in the array are made on either side of row crops: fertilizer N should be given two times, namely: 1/3 of the time planting, together with all fertilizer P and K, then 2/3 of fertilizer N is applied at one-month-old plants, or bolt in the hole as deep as 10 cm at a distance of 15 cm of row crops.
Weeding and Pembumbunan:
To obtain high yields, cropping must be clean from all kinds of plant / weed nuisance.One good herbicide to eradicate plant pests, in jggung, are Gramoxone, which sprayed the plants at the age of 3 and 5 weeks, each as much as 11/2 liter, dissolved in 400-500 liters water / ha.
Weeding by hand (hand weeding) is first performed at the age of 15 days and must, be maintained so as not to disturb / damage the plant roots.
Weeding is done once by pembumbunan both at the time of fertilization both: Pembumbunan is useful to strengthen the stem in the face of the wind, is also intended to improve drainage and irrigation bilama facilitate necessary.
Pests and Diseases
Important pests and diseases on corn is:
Pest. Seed fly (Atherigona exigua Stein)
Usually 4-5 days after planting the seeds begin to grow. Spraying to prevent / combat flies seedlings immediately after seed growing and protruding above the ground.Spraying is done at intervals of 2-3 days. Pesticides are used Basudin (Diazinon), Surecide and others, with a dose of 1.5 to 2.5 cc / liter of water. Seed fly attack lasted until the plants are plants ± 3 weeks.
Agrotis caterpillar (agrotis Sp),
This pest attacks the young plants at the time. Can be eradicated by finding and killing the caterpillars, which are usually found in the soil or prior to planting, soil insecticides are given in advance.
Leaf caterpillar (Prodenia litura F).
Attacked leaf fertilizer plant at age 1 (one) month. Eradication with the insecticide to be made soon as contained in the seed fly attack.
Leaf borer (Sesamia inferens WLK).
Strike at the plant has flowered.
Precautions can be done by spraying soon after the visible presence of the eggs are usually located under the leaves just before flowering.
Caterpillars of land (Leucania unipuncta, HAW)
Attacks the leaves of mature plants, usually at night, to reach the hundreds. Spraying should be done after the first symptoms appear and do not be late.

Cob worm (Heliothis armigera),
Is, a significant tuna destructive caterpillars. Spraying should be done immediately visible when the eggs are usually laid on the hair (silk) and will fruit or tuna: In general, spraying should be done bilaman required course, so the use-pesticides more efficiently. A good time to spray is early morning between 06.00 - 09; 00 or early evening hours of 16:00 to 18:00
Disease:
The most important disease in maize downy mildew is a disease, or Downy mildew (Sclerospora maydis Palm). Plants attacked colered leaves whitish yellow striped klorotis direction parallel to the leaf veins. At the bottom of the leaves have white conidia like the grains of wheat: Attacking nurseling until the age of ± 45 days.
The attack on the plant as a child often results in death: The attack on the larger plant growth resulting cob is not perfect. Eradication, with fungicides or other chemicals that are effective to date has not been found. Eradication effort is made by removing and burning infected plants and replant with resistant varieties. Today there are several.resistant varieties such as DMR.S, DMR: 3, and some varieties, the offspring are still in testing (Hope, DMR, and so on).
2. Important diseases found in corn leaves which are rickshaws (Helminthosporium sp) and leaf rust (Puccinia sorghi Sehw).
Harvesting.
Corn in general is just ripe to be harvested at the age of 7-8 weeks after flowering. Examination in the garden can be done with emphasis on the thumb nail on the weird seeds biasana be between 25-35%.
Harvesting should be done when no rain, so that drying can be done. After the cob peeled and dried until quite dry, and immediately in sheller dried until a constant dry (moisture content of ± 12%).
Drying until dry enough to be stored usually lasts for ± 60 hours of sunlight. Storage of dried corn that has been pipilan dalarn be kept clean and dry place.
Room / storage first cleaned and sprayed with DDT to prevent insect powder (Calandra oyzae L). Storage in bags should be placed on the dl wooden blocks as a means to avoid directly touching the floor. Seed moisture content is maintained so that no more than 14%.
Corn storage water level will cause the temperature gets hot in the sack and seeds quickly and easily attacked by pests damaged powder. Efforts to maintain water levels can be done by holding back any time for drying.

Sabtu, 14 April 2012

MIKORIZA


PENDAHULUAN
            Tanah sebagai tempat tumbuh tanaman, merupakan sub sistem yang cukup kompleks. Salah satunya adalah komponen biotik yaitu jasad makro dan mikro, yang secara bersama dengan komponen abiotik membentuk tempat tumbuh bagi kelangsungan hidup tanaman diatasnya secara berimbang.
Untuk menjamin kestabilan ini, maka pengelolaan sumber daya alam harus dilakukan secara seimbang, tanpa harus terjadi perubahan-perubahan besar atau mendadak. Itulah sebabnya perlunya menjaga keberadaan serta fungsi komponen sistem dan individu   dalam komponen tersebut.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah diketahui banyak jasad atau mikroorganisme yang berguna bagi tanaman, bahkan ada yang dapat membantu tanaman dalam hal penyerapan unsur hara dan menjaga kondisi tanah dengan menghasilkan sekresi ekstraselular, vitamin, dan zat tumbuh.
Sebagai contoh mikoriza dan bintil akar merupakan bentuk hubungan yang menguntungkan bagi masing-masing pembentuknya. Menurut Budi et al. (1998) ada tiga bentuk/tipe mikoriza yaitu pertama Ektomikoriza, jenis mikoriza ini ditemui pada tumbuhan Angiospermae dan Gimnospermae. Miselia cendawan ini berkembang dipermukaan rambut akar dengan membentuk selaput miselium dan tidak masuk menembus sel-sel akar. Kedua Endomikoriza,  jenis mikoriza ini dijumpai hampir pada semua jenis tanaman. Cendawan pembentuknya tumbuh di antara sel-sel korteks akar dan membentuk arbuskulus didalam sel. Ketiga Ekstendomikoriza, jenis mikoriza ini hanya terbentuk pada beberapa famili tanaman dan cendawan pembentuknya berkembang diantara, di dalam dan di sekeliling akar tanaman inang. 
            Istilah cendawan Mikoriza Vesikula-Arbuskula (MVA) pertama kali dilaporkan oleh Peyronel, (1923) dalam Trappe dan Schenk, (1982). Hal ini disebabkan karena dicirikan oleh adanya vesikel dan arbuskel pada akar tanaman yang terinfeksi dan terkolonisasi. Cendawan ini menginfeksi tanaman melalui spora, tumbuh dan berkembang dalam jaringan korteks, dimana morfologi cendawan ini terdiri dari arbuskel, vesikel, miselium internal dan eksternal.
            Cendawan mikoriza meprupakan cendawan obligat, dimana kelangsungan hidupnya berasosiasi akar tanaman dengan sporanya. Spora berkecambah dengan membentuk apressoria sebagai alat infeksi, dimana infeksinya biasa terjadi pada zone elongation. Proses ini dipengaruhi oleh anatomi akar dan umur tanaman  yang terinfeksi. Hifa yang terbentuk pada akar yaitu interseluler dan intraseluler dan terbatas pada lapisan korteks, dan tidak sampai pada stele. Hifa yang berkembang diluar jaringan akar, maka berperan terhadap penyerapan unsur hara tertentu dan air.   
            Mosse, (1981) melaporkan bahwa cendawan mikoriza mempunyai sifat dapat berkolonisasi dan berkembang secara simbiose mutualistik dengan akar tanaman, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman, serta membantu menekan perkembangan beberapa patogen tanah.

Proses infeksi mikoriza
            Terjadinya infeksi mikoriza pada akar tanaman melalui beberapa tahap, yakni :
1.      Pra infeksi. Spora dari mikoriza benrkecambah membentuk appressoria.
2.      Infeksi. Dengan alat apressoria melakukan penetrasi pada akar tanaman.
3.    Pasca infeksi. Setelah penetrasi pada akar, maka hifa tumbuh secara interselluler, arbuskula terbentuk didalam sel saat setelah penetrasi. Arbuskula percabangannya lebih kuat dari hifa setelah penetrasi pada dinding sel. Arbuskula hidup hanya 4-15 hari, kemudian mengalamidegenerasi dan pemendekan pada sel inang. Pada saat pembentukan arbuskula, beberapa cendawan mikoriza membentuk vesikel pada bagian interselluler, dimana vesikel merupakan pembengkakan pada bagian apikal atau interkalar dan hifa.
4.      Perluasan infeksi cendawan mikoriza dalam akar terdapat tiga fase:
a.       Fase awal dimana saat infeksi primer.
b.      Fase exponential, dimana penyebaran, dan pertumbuhannya dalam akar lebih cepat .
c.       Fase setelah dimana pertumbuhan akar dan mikoriza sama.
5.      Setelah terjadi infeksi primer dan fase awal, pertumbuhan hifa keluar dari akar dan di dalam rhizosfer tanah. Pada bagian ini struktur cendawan disebut hifa eksternal yang berfungsi dalam penyerapan larutan nutrisi dalam tanah, dan sebagai alat transportasi nutrisi ke akar, hifaeksternal tidak bersepta dan membentuk percabangan dikotom.

Manfaat Mikoriza
            Lambert dan Cole, (1980) mengemukakan bahwa pada tanaman Lathyrus sylvestris, Lotus americanus, Coromilla varia, yang terinfeksi mikoriza umur dua tahun, pertumbuhannya 6-15 kali lebih besar dari pada pertumbuhan tanaman tanpa mikoriza. Selanjutnya De La Cruz et al., (1992); Linderman, (1996) menyebutkan bahwa sebagian besar pertumbuhan tanaman yang diinokulasi dengan cendawan mikoriza menunjukkan hubungan yang positif yaitu meningkatkan pertumbuhan tanaman inangnya.
            Hal ini dapat terjadi karena infeksi cendawan mikoriza dapat meningkatkan penyerapan unsur hara oleh miselium eksternal dengan memperluas permukaan penyerapan akar atau melalui hasil senyawa kimia yang menyebabkan lepasnya ikatan hara dalam tanah. Tisdall, (1991) melaporkan bahwa miselium ekstra radikal didalam tanah sekitar akar menghasilkan material yang mendorong agregasi tanah sehingga dapat meningkatkan aerasi, penyerapan air dan stabilitas anah.
            Infeksi mikoriza pada akar, memungkinkan mineral dapat dialirkan langsung dari satu tanaman ke tanaman lain, atau dari bahan organik mati ke akar tanaman. Juga membentuk lingkungan mikrorisosfer yang dapat merubah komposisi dan aktivitas mikroba. Hal ini terjadi karena perubahan fisiologi akar dan produksi sekresi oleh mikoriza.
            Menurut Aldeman dan Morton, (1986) infeksi mikoriza dapat meningkatkan  pertumbuhan tanaman dan kemampuannya memanfaatkan nutrisi yang ada dalam tanah, terutama unsur P, Ca, N, Cu, Mn, K, dan Mg. Kolonisasi mikoriza pada akar tanaman dapat memperluas bidang serapan akar dengan adanya hifa eksternal yang tumbuh dan berkembang melalui bulu akar (Mosse, 1981).  Tanaman appel yang terinfeksi mikoriza dapat meningkatkan kandungan P pada tanaman dari 0,04% menjadi 0,19% (Gededda, et al., 1984 dalam Jawal et al., 2005). Lanjut Matsubara et al., (1998) melaporkan bahwa tanaman yang terinfeksi mikoriza, maka tinggi, bobot kering, konsentrasi P pada bagian atas maupun akar tanaman mempunyai nilai yang tinggi dibandingkan dengan tanpa mikoriza.
Tanaman Acacia mangium mampu menghemat penggunaan P 180 kr/ha/tahun (Setiadi, 2000). Aplikasi P alam pada tanaman yang terinfeksi mikoriza dapat meningkatkan pertumbuhan, pembentukan bintil akar, dan aktivitas bintil akar tanaman. Mikoriza dapat pula meningkatkan kandungan khlorofil, penyerapan air dan zat perangsang tumbuh dengan diproduksinya substansi  zat perangsang tumbuh, sehingga tanaman dapat  lebih toleran terhadap shok, terutama yang dipindahkan dilapangan.          
            Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa mikoriza mempunyai peranan dalam hal pengendalian  penyakit tanaman. Linderman, (1988) menduga bahwa mekanisme perlindungan mikoriza terhadap patogen berlangsung sbb. : 1) cendawan mikoriza memanfaatkan karbohidrat lebih banyak dari akar, sebelum dikeluarkan dalam bentuk eksudat akar, sehingga patogen tidak dapat berkembang, 2) terbentuknya substansi yang bersifat antibiotik yang disekresikan untuk menghambat perkembangan patogen, 3) memacu perkembangan mikroba saprofitik disekitar perakaran.
            Pada tanaman yang terinfeksi mikoriza mempunyai sifat ketahanan yang lebih dibandingkan dengan tanpa infeksi mikoriza. Mosse, (1981) melaporkan bahwa cendawan mikoriza dapat membantu peningkatan ketahanan tanaman terhadap patogen tanah (soil borne). Infeksi mikoriza pada akar tanaman akan merangsang terbentuknya senyawa isoflavonoid pada akar tanaman kedelai, membentuk endomikoriza, sehingga meningkatkan ketahanan tanaman dari serangan cendawan patogen dan nematoda. Selanjutnya Setiadi, (2000) mengemukakan bahwa assosiasi mikoriza berpengaruh terhadap perkembangan dan reproduksi nematoda Meloidogyne sp. Patogen yang menyerang akar tanaman seperti Phytopthora, Phytium. Rhizoctonia, dan Fusarium perkembangannya tertekan dengan adanya cendawan mikoriza yang telah bersimbiotik dengan tanaman.
Tanaman jeruk yang terinfeksi cendawan mikoriza akan menghambat pembentukan dan pelepasan zoospo-rangia dari zoosporangium Phytopthora parasitica (Davis dan Menge, (1980). Juga pada tanaman jagung dan Chrysanthenum yang terinfeksi mikoriza berpengaruh terhadap P. cinnamoni (Harley dan Smith, 1983).
Ketahanan tanaman terhadap patogen akibat infeksi mikoriza karena menghasilkan antibiotik, seperti fenol, quinone, dan berbagai phytoaleksin. Tanaman yang terinfeksi mikoriza menghasilkan bahan atsiri yang bersifat fungistatik jauh lebih banyak dibanding tanpa infeksi. Pada tanaman jagung yang terinfeksi mikoriza mengandung asam amino 3-10 kali lebih banyak dari pada tanpa infeksi mikoriza. Bila patogen lebih dahulu menyerang tanaman sebelum infeksi cendawan mikoriza, maka mikoriza tidak akan berkembang pada perakaran tanaman.

PENUTUP
            Keberadaan cendawan dalam tanah ada yang bermanfaat, juga tidak bermanfaat, bahkan menjadi masalah pada tanaman. Dalam lingkungan tumbuh tanaman (Rhizosfer) terdapat komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik seperti cendawan, bakteri, dan nematoda, ada yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian tanaman, juga untuk membantu penyerapan unsur hara dan air, dalam tanah. Salah satunya adalah cendawan mikoriza, yang diketahui dapat berassosiasi dengan akar tanaman, sehingga dapat membantu dalam hal penyerapan unsur hara dan air.
 Mikoriza yang menginfeksi tanaman, maka akan membentuk hifa eksternal sehingga memperluas permukaan akar dan menghasilkan senyawa kimia yang menyebabkan lepasnya ikatan hara dalam tanah. Selain itu cendawan mikoriza dapat pula berfungsi sebagai pelindung dari serangan penyakit tertentu seperti patogen Phytopthora, Phytium, Rhizoctonia, dan Fusarium. Perlindungan mikoriza terhadap patogen terjadi karena memanfaatkan karbohidrat lebih banyak dari akar, sebelum dikeluarkan dalam bentuk eksudat akar, menghasilkan antibiotik, dan memacu perkembangan mikroba saprofitik disekitar perakaran.

DAFTAR PUSTAKA
Aldeman, J. M., and J. B. Morton. 1986. Infectivity of vesicular-arbuscular mychorrizal fungi influence host soil diluent combination on MPN estimates and percentage colonization. Soil Biolchen. 8(1) : 77-83.
Budi, S. W., J.P. Caussanel, A. Trouvelot and A.Gianiazzi. 1998. The biotechnology of mychorrizas In  N.S. Subba and Y.R. Dommergues (Eds.) Microbial interaction in aricultural and foresty science Publishers, Inc., USA. Vol. (1) : 149 – 162.
Davis,  R.M. and J.A. Menge. 1980. Influence of Glomus fasciculatus and soil phosphorus on Phytopthora root rot of citrus. Phytopathologi, 70:447-452.
De la Cruz, R.E., Lavilla and Zarate, J.T. 1992. Aplication of mycorrhiza in bare rooting and direct-seeding Technologies for reforestation. In Proceeding of Tsukuba-Workshop Bio-REFOR.
Harley, J.L., and S.E. Smith. 1983. Mychorrizal Symbiose. Acad. Press. Inc.
Jawal, M., Jumjumidang, Liferdi, Herizal, dan T. Purnama. 2005. Tehnik produksi massal cendawan mikoriza arbuskular (MVA) yang infektif dan efektif sebagai pupuk biologi bibit manggis. Jurnal Stigma XII (4):516-519.
Lambert, D.H., and Cole, H.J. 1980. Effects of mycorrhizae on establishment and performance of forage species in mine soil. Agro. J. 72:527-260.
Liderman, R.G. 1988. Mychorrizal interaction with the rhizosphere microflora. The mychorrizosphere effect. Phytopathology. 78(3):366-371. 
___________. 1996. Role of VAM fungi in biocontrol. In mycorrhizae and plant health. F.L. Pleger and R.G. Linderman (eds.), APS Press, the American phytopathologycal society, St. Paul. Minessota.
Matsubara, Y., T. Karikomi, M.Ikuta, H. Hori, S. Ishikawa, and T. Harada. 1996. Effect of abuscular mycorrhiza fungus inoculation on growth of apple seedling. J. Japan, Soc. Hort. Sci. 65(2):297-302.
Mosse, B. 1981. Vesicular-arbuscular mycorrhizal research for tropical Agriculture. Res. Bull. 82p.
Setiadi, Y. 2000. Pemanfaatan Mikro-organisme Dalam Kehutanan. Pusat Antar Universitas Bioteknologi, IPB
Tisdall, J.M. 1991. Fungal hyphae and structural stability of soil. Aust. J. Soil. Res. 29:729-743.
Trappe, J.M. and N.C. Schenck. 1982. Taxonomy of fungi forming endomycorrhizal. In N.C. Schenck (eds.) Phytopat. Soc. St. Paul. Minnesota. Pp1-9.

mp3

Daftar Blog Saya

last child

rafly kande