Tumpangsari merupakan suatu usaha
menanam beberapa jenis tanaman pada
lahan dan waktu yang sama, yang diatur
sedemikian rupa dalam barisan-barisan
tanaman. Penanaman dengan cara ini
bisa dilakukan pada dua atau lebih jenis
tanaman yang relatif seumur, misalnya
jagung dan kacang tanah atau bisa juga
pada beberapa jenis tanaman yang
umurnya berbeda-beda.
Untuk dapat melaksanakan pola tanam
tumpangsari secara baik perlu
diperhatikan beberapa faktor
lingkungan yang mempunyai pengaruh di
antaranya ketersediaan air, kesuburan
tanah, sinar matahari dan hama penyakit.
Penentuan jenis tanaman yang akan
ditumpangsari dan saat penanaman
sebaiknya disesuaikan dengan
ketersediaan air yang ada selama pertumbuhan.
Hal ini dimaksudkan agar diperoleh
pertumbuhan dan produksi secara optimal.
Kesuburan tanah mutlak diperlukan, hal
ini dimaksudkan untuk menghindari
persiangan (penyerapan hara dan air)
pada satu petak lahan antar tanaman.
Pada pola tanam tumpangsari sebaiknya
dipilih dan dikombinasikan antara
tanaman yang mempunyai perakaran
relatif dalam dan tanaman yang
mempunyai perakaran relatif dangkal.
Sebaran sinar matahari penting, hal
ini bertujuan untuk menghindari persiangan
antar tanaman yang ditumpangsarikan
dalam hal mendapatkan sinar matahari,
perlu diperhatikan tinggi dan luas
antar tajuk tanaman yang ditumpangsarikan.
Tinggi dan lebar tajuk antar tanaman
yang ditumpangsarikan akan berpengaruh
terhadap penerimaan cahaya matahari,
lebih lanjut akan mempengaruhi hasil
sintesa (glukosa) dan muara terakhir
akan berpengaruh terhadap hasil secara
keseluruhan.
Antisipasi adanya hama penyakit tidak
lain adalah untuk mengurangi resiko
serangan hama maupun penyakit pada
pola tanam tumpangsari. Sebaiknya
ditanam tanam-tanaman yang mempunyai
hama maupun penyakit berbeda, atau
tidak menjadi inang dari hama maupun
penyakit tanaman lain yang
ditumpangsarikan.
Sistem tanam tumpangsari mempunyai
banyak keuntungan yang tidak dimiliki
pada pola tanam monokultur. Beberapa
keuntungan pada pola tumpangsari
antara lain: 1) akan terjadi peningkatan
efisiensi (tenaga kerja, pemanfaatan
lahan maupun penyerapan sinar
matahari), 2) populasi tanaman dapat diatur
sesuai yang dikehendaki, 3) dalam satu
areal diperoleh produksi lebih dari satu
komoditas, 4) tetap mempunyai peluang
mendapatkan hasil manakala satu jenis
tanaman yang diusahakan gagal dan 5)
kombinasi beberapa jenis tanaman
dapat menciptakan beberapa jenis
tanaman dapat menciptakan stabilitas
biologis sehingga dapat menekan
serangan hama dan penyakit serta
mempertahankan kelestarian sumber daya
lahan dalam hal ini kesuburan tanah.
Introduksi Teknologi
Tumpangsari
Pengolahan tanah dikerjakan saat hujan
pertama mulai turun. Saat ini musim
hujan kadang kurang jelas jatuhnya,
namun sebagai ancer-ancer bisa pada
bulan Oktober sampai awal Nopember.
Pengolahan tanah ini dilakukan agar
tanah menjadi gembur. Selain membuat
tanah menjadi gembur, pengolahan
tanah akan dapat menghilangkan gulma.
Pengolahan tanah dilakukan dengan
dicangkul sedalam 10-15 cm, kemudian
dicacah sambil membuang gulma yang
ada dan yang terakhir dibuat guludan.
Arah guludan sebaiknya menghadap ke
barat-timur dengan lebar guludan
antara 170-180 cm. Antara dua guludan dibuat
saluran selebar 20-30 cm untuk
mengalirkan air, agar saat hujan tanah tetap
dalam keadaan atus sehingga akar
tanaman jagung maupun kacang tanah tidak
tergenang.
Pada pola tumpangsari jagung dan
kacang tanah, diatur dimana jagung sebagai
tanaman pokok dan kacang tanah sebagai
tanaman sela. Benih jagung yang
akan ditanam adalah jagung komposit
(bersari bebas) varietas Bisma berlabel
yang sudah diberi seed treatment.
Lubang tanam dibuat dengan tugal sedalam
2-3 cm, dengan jarak antar barisan
tanaman 200 cm, sedangkan jarak dalam
barisan adalah 40 cm. Kebutuhan benih
jagung setiap hektar lahan dengan pola
tumpangsari adalah 15 kg (2 benih tiap
lubang tanam), sehingga populasi
tanaman jagung dalam 1 ha lahan adalah
25.000 batang. Sedangkan untuk
kacang tanah yang akan ditanam adalah
kacang tanah varietas Jerapah,
varietas ini mempunyai biji 2 dalam
setiap polong. Jarak tanaman kacang tanah
adalah 25 x 25 cm, sehingga dalam
setiap guludan terdapat 1 baris tanaman
jagung dan 5 baris tanaman kacang
tanah. Populasi tanaman kacang tanah
dalam 1 ha kurang lebih 100.000
tanaman atau sekitar 70% dibanding pola
monokultur. Kebutuhan benih kacang
tanah untuk setiap 1 ha lahan dengan pola
tumpangsari dengan jagung adalah 50 kg
biji kering (1 benih tiap lubang tanam).
Pemupukan dilakukan dua kali yaitu
pada saat tanam dan pada saat tanaman
telah berumur 1 bulan. Dosis pupuk
untuk jagung adalah 120 kg Urea, 65 kg SP-
36 dan 50 kg KCL. Dosis pupuk untuk
kacang tanah adalah 40 kg Urea, 80 kg
SP-36 yang masing-masing diberikan
dalam dua kali pemupukan. Pemupukan
pertama pada jagung adalah 80 kg Urea,
65 kg SP-36 dan 50 kg KCl, satu bulan
kemudian ditambahkan pupuk susulan
yaitu Urea sebanyak 40 kg. Pemupukan
pertama pada kacang tanah adalah: 20
kg Urea, 80 kg SP-36 dan 40 kg KCL,
selang satu bulan ditambahkan pupuk
susulan yaitu 20 kg Urea. Cara
pemupukan yaitu semua pupuk yang akan
diberikan dicampur jadi satu,
kemudian dibuat larikan dekat barisan
tanaman (sekitar 5 cm dari barisan
tanaman dengan kedalaman antara 5-7
cm), pupuk ditabur sepanjang larikan
kemudian ditutup kembali dengan tanah.
Pemupukan kedua untuk tanaman
jagung larikan disesuaikan dengan
tajuk tanaman, sedangkan untuk kacang
tanah larikan dibuat di tengah jarak
antara dua barisan tanaman kacang tanah.
Perawatan atau pemeliharaan tanaman
meliputi beberapa kegiatan antara lain
penyulaman, penyiangan dan pembumbunan.
Penyulaman sebaiknya dilakukan
agar tidak ada spot-spot kosong yang
akan diisi oleh gulma bila tidak dilakukan
penyulaman. Penyulaman untuk tanaman
jagung dilakukan antara 4-7 hari
setelah tanam, sedangkan untuk kacang
tanah antara 5-10 hari setelah tanam.
Sebaiknya penyulaman tidak terlalu
lama melakukannya.
Penyiangan dan pembumbunan dilakukan
paling tidak sebanyak dua kali atau
menyesuaikan dengan kondisi gulma,
bila memang gulma tumbuh dominan
dapat dilakukan penyiangan lagi.
Penyiangan pertama dilakukan pada saat
tanaman berumur 15 hari, sedangkan
penyiangan yang kedua dilakukan setelah
tanaman berumur 30 hari sebelum
dilakukan pemupukan susulan. Pada
penyiangan kedua ini sekaligus
dilakukan pembumbunan yaitu dengan
menggemburkan tanah dan menikkan tanah
ke sekitar batang. Untuk kacang
tanah sebaiknya dilakukan pembumbunan
sekali lagi yaitu pada saat tanaman
selesai berbunga sekitar 40 hari
setelah tanam.
Pengendalian hama penyakit dimaksudkan
agar kesehatan tanaman dapat
terjaga sehingga tanaman dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik.
Pengendalian hama maupun penyakit
dengan menggunakan pestisida
sebaiknya dilakukan dengan bijaksana,
karena bahan kimia ini selain membunuh
hama tetapi juga sekaligus membunuh
predatornya juga. Jadikanlah pestisida
sebagai pilihan yang mempunyai
spektrum sempit. Pada jagung yang sering
dijumpai adalah penyakit bulai untuk
hamanya adalah penggerek daun
penghisap daun. Tumpangsari merupakan
suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman pada
lahan dan waktu yang sama, yang diatur
sedemikian rupa dalam barisan-barisan
tanaman. Penanaman dengan cara ini
bisa dilakukan pada dua atau lebih jenis
tanaman yang relatif seumur, misalnya
jagung dan kacang tanah atau bisa juga
pada beberapa jenis tanaman yang
umurnya berbeda-beda.
Untuk dapat melaksanakan pola tanam
tumpangsari secara baik perlu
diperhatikan beberapa faktor
lingkungan yang mempunyai pengaruh di
antaranya ketersediaan air, kesuburan
tanah, sinar matahari dan hama penyakit.
Penentuan jenis tanaman yang akan
ditumpangsari dan saat penanaman
sebaiknya disesuaikan dengan
ketersediaan air yang ada selama pertumbuhan.
Hal ini dimaksudkan agar diperoleh
pertumbuhan dan produksi secara optimal.
Kesuburan tanah mutlak diperlukan, hal
ini dimaksudkan untuk menghindari
persiangan (penyerapan hara dan air)
pada satu petak lahan antar tanaman.
Pada pola tanam tumpangsari sebaiknya
dipilih dan dikombinasikan antara
tanaman yang mempunyai perakaran
relatif dalam dan tanaman yang
mempunyai perakaran relatif dangkal.
Sebaran sinar matahari penting, hal
ini bertujuan untuk menghindari persiangan
antar tanaman yang ditumpangsarikan
dalam hal mendapatkan sinar matahari,
perlu diperhatikan tinggi dan luas
antar tajuk tanaman yang ditumpangsarikan.
Tinggi dan lebar tajuk antar tanaman
yang ditumpangsarikan akan berpengaruh
terhadap penerimaan cahaya matahari,
lebih lanjut akan mempengaruhi hasil
sintesa (glukosa) dan muara terakhir
akan berpengaruh terhadap hasil secara
keseluruhan.
Antisipasi adanya hama penyakit tidak
lain adalah untuk mengurangi resiko
serangan hama maupun penyakit pada
pola tanam tumpangsari. Sebaiknya
ditanam tanam-tanaman yang mempunyai
hama maupun penyakit berbeda, atau
tidak menjadi inang dari hama maupun
penyakit tanaman lain yang
ditumpangsarikan.
Sistem tanam tumpangsari mempunyai
banyak keuntungan yang tidak dimiliki
pada pola tanam monokultur. Beberapa
keuntungan pada pola tumpangsari
antara lain: 1) akan terjadi
peningkatan efisiensi (tenaga kerja, pemanfaatan
lahan maupun penyerapan sinar
matahari), 2) populasi tanaman dapat diatur
sesuai yang dikehendaki, 3) dalam satu
areal diperoleh produksi lebih dari satu
komoditas, 4) tetap mempunyai peluang
mendapatkan hasil manakala satu jenis
tanaman yang diusahakan gagal dan 5)
kombinasi beberapa jenis tanaman
dapat menciptakan beberapa jenis
tanaman dapat menciptakan stabilitas
biologis sehingga dapat menekan
serangan hama dan penyakit serta
mempertahankan kelestarian sumber daya
lahan dalam hal ini kesuburan tanah.
Introduksi Teknologi
Tumpangsari
Pengolahan tanah dikerjakan saat hujan
pertama mulai turun. Saat ini musim
hujan kadang kurang jelas jatuhnya,
namun sebagai ancer-ancer bisa pada
bulan Oktober sampai awal Nopember.
Pengolahan tanah ini dilakukan agar
tanah menjadi gembur. Selain membuat
tanah menjadi gembur, pengolahan
tanah akan dapat menghilangkan gulma.
Pengolahan tanah dilakukan dengan
dicangkul sedalam 10-15 cm, kemudian
dicacah sambil membuang gulma yang
ada dan yang terakhir dibuat guludan.
Arah guludan sebaiknya menghadap ke
barat-timur dengan lebar guludan
antara 170-180 cm. Antara dua guludan dibuat
saluran selebar 20-30 cm untuk
mengalirkan air, agar saat hujan tanah tetap
dalam keadaan atus sehingga akar
tanaman jagung maupun kacang tanah tidak
tergenang.
Pada pola tumpangsari jagung dan
kacang tanah, diatur dimana jagung sebagai
tanaman pokok dan kacang tanah sebagai
tanaman sela. Benih jagung yang
akan ditanam adalah jagung komposit
(bersari bebas) varietas Bisma berlabel
yang sudah diberi seed treatment.
Lubang tanam dibuat dengan tugal sedalam
2-3 cm, dengan jarak antar barisan
tanaman 200 cm, sedangkan jarak dalam
barisan adalah 40 cm. Kebutuhan benih
jagung setiap hektar lahan dengan pola
tumpangsari adalah 15 kg (2 benih tiap
lubang tanam), sehingga populasi
tanaman jagung dalam 1 ha lahan adalah
25.000 batang. Sedangkan untuk
kacang tanah yang akan ditanam adalah
kacang tanah varietas Jerapah,
varietas ini mempunyai biji 2 dalam
setiap polong. Jarak tanaman kacang tanah
adalah 25 x 25 cm, sehingga dalam
setiap guludan terdapat 1 baris tanaman
jagung dan 5 baris tanaman kacang
tanah. Populasi tanaman kacang tanah
dalam 1 ha kurang lebih 100.000
tanaman atau sekitar 70% dibanding pola
monokultur. Kebutuhan benih kacang
tanah untuk setiap 1 ha lahan dengan pola
tumpangsari dengan jagung adalah 50 kg
biji kering (1 benih tiap lubang tanam).
Pemupukan dilakukan dua kali yaitu
pada saat tanam dan pada saat tanaman
telah berumur 1 bulan. Dosis pupuk
untuk jagung adalah 120 kg Urea, 65 kg SP-
36 dan 50 kg KCL. Dosis pupuk untuk
kacang tanah adalah 40 kg Urea, 80 kg
SP-36 yang masing-masing diberikan
dalam dua kali pemupukan. Pemupukan
pertama pada jagung adalah 80 kg Urea,
65 kg SP-36 dan 50 kg KCl, satu bulan
kemudian ditambahkan pupuk susulan
yaitu Urea sebanyak 40 kg. Pemupukan
pertama pada kacang tanah adalah: 20
kg Urea, 80 kg SP-36 dan 40 kg KCL,
selang satu bulan ditambahkan pupuk
susulan yaitu 20 kg Urea. Cara
pemupukan yaitu semua pupuk yang akan
diberikan dicampur jadi satu,
kemudian dibuat larikan dekat barisan
tanaman (sekitar 5 cm dari barisan
tanaman dengan kedalaman antara 5-7
cm), pupuk ditabur sepanjang larikan
kemudian ditutup kembali dengan tanah.
Pemupukan kedua untuk tanaman
jagung larikan disesuaikan dengan
tajuk tanaman, sedangkan untuk kacang
tanah larikan dibuat di tengah jarak
antara dua barisan tanaman kacang tanah.
Perawatan atau pemeliharaan tanaman
meliputi beberapa kegiatan antara lain
penyulaman, penyiangan dan
pembumbunan. Penyulaman sebaiknya dilakukan
agar tidak ada spot-spot kosong yang
akan diisi oleh gulma bila tidak dilakukan
penyulaman. Penyulaman untuk tanaman
jagung dilakukan antara 4-7 hari
setelah tanam, sedangkan untuk kacang
tanah antara 5-10 hari setelah tanam.
Sebaiknya penyulaman tidak terlalu
lama melakukannya.
Penyiangan dan pembumbunan dilakukan
paling tidak sebanyak dua kali atau
menyesuaikan dengan kondisi gulma,
bila memang gulma tumbuh dominan
dapat dilakukan penyiangan lagi.
Penyiangan pertama dilakukan pada saat
tanaman berumur 15 hari, sedangkan
penyiangan yang kedua dilakukan setelah
tanaman berumur 30 hari sebelum
dilakukan pemupukan susulan. Pada
penyiangan kedua ini sekaligus
dilakukan pembumbunan yaitu dengan
menggemburkan tanah dan menikkan tanah
ke sekitar batang. Untuk kacang
tanah sebaiknya dilakukan pembumbunan
sekali lagi yaitu pada saat tanaman
selesai berbunga sekitar 40 hari
setelah tanam.
Pengendalian hama penyakit dimaksudkan
agar kesehatan tanaman dapat
terjaga sehingga tanaman dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik.
Pengendalian hama maupun penyakit
dengan menggunakan pestisida
sebaiknya dilakukan dengan bijaksana,
karena bahan kimia ini selain membunuh
hama tetapi juga sekaligus membunuh
predatornya juga. Jadikanlah pestisida
sebagai pilihan yang mempunyai
spektrum sempit. Pada jagung yang sering
dijumpai adalah penyakit bulai untuk
hamanya adalah penggerek daun
penghisap daun. Tumpangsari merupakan
suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman pada
lahan dan waktu yang sama, yang diatur
sedemikian rupa dalam barisan-barisan
tanaman. Penanaman dengan cara ini
bisa dilakukan pada dua atau lebih jenis
tanaman yang relatif seumur, misalnya
jagung dan kacang tanah atau bisa juga
pada beberapa jenis tanaman yang
umurnya berbeda-beda.
Untuk dapat melaksanakan pola tanam
tumpangsari secara baik perlu
diperhatikan beberapa faktor
lingkungan yang mempunyai pengaruh di
antaranya ketersediaan air, kesuburan
tanah, sinar matahari dan hama penyakit.
Penentuan jenis tanaman yang akan
ditumpangsari dan saat penanaman
sebaiknya disesuaikan dengan
ketersediaan air yang ada selama pertumbuhan.
Hal ini dimaksudkan agar diperoleh
pertumbuhan dan produksi secara optimal.
Kesuburan tanah mutlak diperlukan, hal
ini dimaksudkan untuk menghindari
persiangan (penyerapan hara dan air)
pada satu petak lahan antar tanaman.
Pada pola tanam tumpangsari sebaiknya
dipilih dan dikombinasikan antara
tanaman yang mempunyai perakaran
relatif dalam dan tanaman yang
mempunyai perakaran relatif dangkal.
Sebaran sinar matahari penting, hal
ini bertujuan untuk menghindari persiangan
antar tanaman yang ditumpangsarikan
dalam hal mendapatkan sinar matahari,
perlu diperhatikan tinggi dan luas
antar tajuk tanaman yang ditumpangsarikan.
Tinggi dan lebar tajuk antar tanaman
yang ditumpangsarikan akan berpengaruh
terhadap penerimaan cahaya matahari,
lebih lanjut akan mempengaruhi hasil
sintesa (glukosa) dan muara terakhir
akan berpengaruh terhadap hasil secara
keseluruhan.
Antisipasi adanya hama penyakit tidak
lain adalah untuk mengurangi resiko
serangan hama maupun penyakit pada
pola tanam tumpangsari. Sebaiknya
ditanam tanam-tanaman yang mempunyai
hama maupun penyakit berbeda, atau
tidak menjadi inang dari hama maupun
penyakit tanaman lain yang
ditumpangsarikan.
Sistem tanam tumpangsari mempunyai
banyak keuntungan yang tidak dimiliki
pada pola tanam monokultur. Beberapa
keuntungan pada pola tumpangsari
antara lain: 1) akan terjadi
peningkatan efisiensi (tenaga kerja, pemanfaatan
lahan maupun penyerapan sinar
matahari), 2) populasi tanaman dapat diatur
sesuai yang dikehendaki, 3) dalam satu
areal diperoleh produksi lebih dari satu
komoditas, 4) tetap mempunyai peluang
mendapatkan hasil manakala satu jenis
tanaman yang diusahakan gagal dan 5)
kombinasi beberapa jenis tanaman
dapat menciptakan beberapa jenis
tanaman dapat menciptakan stabilitas
biologis sehingga dapat menekan
serangan hama dan penyakit serta
mempertahankan kelestarian sumber daya
lahan dalam hal ini kesuburan tanah.
Introduksi Teknologi
Tumpangsari
Pengolahan tanah dikerjakan saat hujan
pertama mulai turun. Saat ini musim
hujan kadang kurang jelas jatuhnya,
namun sebagai ancer-ancer bisa pada
bulan Oktober sampai awal Nopember.
Pengolahan tanah ini dilakukan agar
tanah menjadi gembur. Selain membuat
tanah menjadi gembur, pengolahan
tanah akan dapat menghilangkan gulma.
Pengolahan tanah dilakukan dengan
dicangkul sedalam 10-15 cm, kemudian
dicacah sambil membuang gulma yang
ada dan yang terakhir dibuat guludan.
Arah guludan sebaiknya menghadap ke
barat-timur dengan lebar guludan
antara 170-180 cm. Antara dua guludan dibuat
saluran selebar 20-30 cm untuk
mengalirkan air, agar saat hujan tanah tetap
dalam keadaan atus sehingga akar
tanaman jagung maupun kacang tanah tidak
tergenang.
Pada pola tumpangsari jagung dan
kacang tanah, diatur dimana jagung sebagai
tanaman pokok dan kacang tanah sebagai
tanaman sela. Benih jagung yang
akan ditanam adalah jagung komposit
(bersari bebas) varietas Bisma berlabel
yang sudah diberi seed treatment.
Lubang tanam dibuat dengan tugal sedalam
2-3 cm, dengan jarak antar barisan
tanaman 200 cm, sedangkan jarak dalam
barisan adalah 40 cm. Kebutuhan benih
jagung setiap hektar lahan dengan pola
tumpangsari adalah 15 kg (2 benih tiap
lubang tanam), sehingga populasi
tanaman jagung dalam 1 ha lahan adalah
25.000 batang. Sedangkan untuk
kacang tanah yang akan ditanam adalah
kacang tanah varietas Jerapah,
varietas ini mempunyai biji 2 dalam
setiap polong. Jarak tanaman kacang tanah
adalah 25 x 25 cm, sehingga dalam
setiap guludan terdapat 1 baris tanaman
jagung dan 5 baris tanaman kacang
tanah. Populasi tanaman kacang tanah
dalam 1 ha kurang lebih 100.000 tanaman
atau sekitar 70% dibanding pola
monokultur. Kebutuhan benih kacang
tanah untuk setiap 1 ha lahan dengan pola
tumpangsari dengan jagung adalah 50 kg
biji kering (1 benih tiap lubang tanam).
Pemupukan dilakukan dua kali yaitu
pada saat tanam dan pada saat tanaman
telah berumur 1 bulan. Dosis pupuk
untuk jagung adalah 120 kg Urea, 65 kg SP-
36 dan 50 kg KCL. Dosis pupuk untuk
kacang tanah adalah 40 kg Urea, 80 kg
SP-36 yang masing-masing diberikan
dalam dua kali pemupukan. Pemupukan
pertama pada jagung adalah 80 kg Urea,
65 kg SP-36 dan 50 kg KCl, satu bulan
kemudian ditambahkan pupuk susulan
yaitu Urea sebanyak 40 kg. Pemupukan
pertama pada kacang tanah adalah: 20
kg Urea, 80 kg SP-36 dan 40 kg KCL,
selang satu bulan ditambahkan pupuk
susulan yaitu 20 kg Urea. Cara
pemupukan yaitu semua pupuk yang akan
diberikan dicampur jadi satu,
kemudian dibuat larikan dekat barisan
tanaman (sekitar 5 cm dari barisan
tanaman dengan kedalaman antara 5-7
cm), pupuk ditabur sepanjang larikan
kemudian ditutup kembali dengan tanah.
Pemupukan kedua untuk tanaman
jagung larikan disesuaikan dengan
tajuk tanaman, sedangkan untuk kacang
tanah larikan dibuat di tengah jarak
antara dua barisan tanaman kacang tanah.
Perawatan atau pemeliharaan tanaman
meliputi beberapa kegiatan antara lain
penyulaman, penyiangan dan
pembumbunan. Penyulaman sebaiknya dilakukan
agar tidak ada spot-spot kosong yang
akan diisi oleh gulma bila tidak dilakukan
penyulaman. Penyulaman untuk tanaman
jagung dilakukan antara 4-7 hari
setelah tanam, sedangkan untuk kacang
tanah antara 5-10 hari setelah tanam.
Sebaiknya penyulaman tidak terlalu
lama melakukannya.
Penyiangan dan pembumbunan dilakukan
paling tidak sebanyak dua kali atau
menyesuaikan dengan kondisi gulma,
bila memang gulma tumbuh dominan
dapat dilakukan penyiangan lagi.
Penyiangan pertama dilakukan pada saat
tanaman berumur 15 hari, sedangkan
penyiangan yang kedua dilakukan setelah
tanaman berumur 30 hari sebelum
dilakukan pemupukan susulan. Pada
penyiangan kedua ini sekaligus
dilakukan pembumbunan yaitu dengan
menggemburkan tanah dan menikkan tanah
ke sekitar batang. Untuk kacang
tanah sebaiknya dilakukan pembumbunan
sekali lagi yaitu pada saat tanaman
selesai berbunga sekitar 40 hari
setelah tanam.
Pengendalian hama penyakit dimaksudkan
agar kesehatan tanaman dapat
terjaga sehingga tanaman dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik.
Pengendalian hama maupun penyakit
dengan menggunakan pestisida
sebaiknya dilakukan dengan bijaksana,
karena bahan kimia ini selain membunuh
hama tetapi juga sekaligus membunuh
predatornya juga. Jadikanlah pestisida
sebagai pilihan yang mempunyai
spektrum sempit. Pada jagung yang sering
dijumpai adalah penyakit bulai untuk
hamanya adalah penggerek daun
penghisap daun. Tumpangsari merupakan
suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman pada
lahan dan waktu yang sama, yang diatur
sedemikian rupa dalam barisan-barisan
tanaman. Penanaman dengan cara ini
bisa dilakukan pada dua atau lebih jenis
tanaman yang relatif seumur, misalnya
jagung dan kacang tanah atau bisa juga
pada beberapa jenis tanaman yang
umurnya berbeda-beda.
Untuk dapat melaksanakan pola tanam
tumpangsari secara baik perlu
diperhatikan beberapa faktor
lingkungan yang mempunyai pengaruh di
antaranya ketersediaan air, kesuburan
tanah, sinar matahari dan hama penyakit.
Penentuan jenis tanaman yang akan
ditumpangsari dan saat penanaman
sebaiknya disesuaikan dengan
ketersediaan air yang ada selama pertumbuhan.
Hal ini dimaksudkan agar diperoleh
pertumbuhan dan produksi secara optimal.
Kesuburan tanah mutlak diperlukan, hal
ini dimaksudkan untuk menghindari
persiangan (penyerapan hara dan air)
pada satu petak lahan antar tanaman.
Pada pola tanam tumpangsari sebaiknya
dipilih dan dikombinasikan antara
tanaman yang mempunyai perakaran
relatif dalam dan tanaman yang
mempunyai perakaran relatif dangkal.
Sebaran sinar matahari penting, hal
ini bertujuan untuk menghindari persiangan
antar tanaman yang ditumpangsarikan
dalam hal mendapatkan sinar matahari,
perlu diperhatikan tinggi dan luas
antar tajuk tanaman yang ditumpangsarikan.
Tinggi dan lebar tajuk antar tanaman
yang ditumpangsarikan akan berpengaruh
terhadap penerimaan cahaya matahari,
lebih lanjut akan mempengaruhi hasil
sintesa (glukosa) dan muara terakhir
akan berpengaruh terhadap hasil secara
keseluruhan.
Antisipasi adanya hama penyakit tidak
lain adalah untuk mengurangi resiko
serangan hama maupun penyakit pada
pola tanam tumpangsari. Sebaiknya
ditanam tanam-tanaman yang mempunyai
hama maupun penyakit berbeda, atau
tidak menjadi inang dari hama maupun
penyakit tanaman lain yang
ditumpangsarikan.
Sistem tanam tumpangsari mempunyai
banyak keuntungan yang tidak dimiliki
pada pola tanam monokultur. Beberapa
keuntungan pada pola tumpangsari
antara lain: 1) akan terjadi
peningkatan efisiensi (tenaga kerja, pemanfaatan
lahan maupun penyerapan sinar
matahari), 2) populasi tanaman dapat diatur
sesuai yang dikehendaki, 3) dalam satu
areal diperoleh produksi lebih dari satu
komoditas, 4) tetap mempunyai peluang
mendapatkan hasil manakala satu jenis
tanaman yang diusahakan gagal dan 5)
kombinasi beberapa jenis tanaman
dapat menciptakan beberapa jenis
tanaman dapat menciptakan stabilitas
biologis sehingga dapat menekan
serangan hama dan penyakit serta
mempertahankan kelestarian sumber daya
lahan dalam hal ini kesuburan tanah.
Introduksi Teknologi
Tumpangsari
Pengolahan tanah dikerjakan saat hujan
pertama mulai turun. Saat ini musim
hujan kadang kurang jelas jatuhnya,
namun sebagai ancer-ancer bisa pada
bulan Oktober sampai awal Nopember.
Pengolahan tanah ini dilakukan agar
tanah menjadi gembur. Selain membuat
tanah menjadi gembur, pengolahan
tanah akan dapat menghilangkan gulma.
Pengolahan tanah dilakukan dengan
dicangkul sedalam 10-15 cm, kemudian
dicacah sambil membuang gulma yang
ada dan yang terakhir dibuat guludan.
Arah guludan sebaiknya menghadap ke
barat-timur dengan lebar guludan
antara 170-180 cm. Antara dua guludan dibuat
saluran selebar 20-30 cm untuk
mengalirkan air, agar saat hujan tanah tetap
dalam keadaan atus sehingga akar
tanaman jagung maupun kacang tanah tidak
tergenang.
Pada pola tumpangsari jagung dan
kacang tanah, diatur dimana jagung sebagai
tanaman pokok dan kacang tanah sebagai
tanaman sela. Benih jagung yang
akan ditanam adalah jagung komposit
(bersari bebas) varietas Bisma berlabel
yang sudah diberi seed treatment.
Lubang tanam dibuat dengan tugal sedalam
2-3 cm, dengan jarak antar barisan
tanaman 200 cm, sedangkan jarak dalam
barisan adalah 40 cm. Kebutuhan benih
jagung setiap hektar lahan dengan pola
tumpangsari adalah 15 kg (2 benih tiap
lubang tanam), sehingga populasi
tanaman jagung dalam 1 ha lahan adalah
25.000 batang. Sedangkan untuk
kacang tanah yang akan ditanam adalah
kacang tanah varietas Jerapah,
varietas ini mempunyai biji 2 dalam
setiap polong. Jarak tanaman kacang tanah
adalah 25 x 25 cm, sehingga dalam
setiap guludan terdapat 1 baris tanaman
jagung dan 5 baris tanaman kacang
tanah. Populasi tanaman kacang tanah
dalam 1 ha kurang lebih 100.000
tanaman atau sekitar 70% dibanding pola
monokultur. Kebutuhan benih kacang
tanah untuk setiap 1 ha lahan dengan pola
tumpangsari dengan jagung adalah 50 kg
biji kering (1 benih tiap lubang tanam).
Pemupukan dilakukan dua kali yaitu
pada saat tanam dan pada saat tanaman
telah berumur 1 bulan. Dosis pupuk
untuk jagung adalah 120 kg Urea, 65 kg SP-
36 dan 50 kg KCL. Dosis pupuk untuk
kacang tanah adalah 40 kg Urea, 80 kg
SP-36 yang masing-masing diberikan
dalam dua kali pemupukan. Pemupukan
pertama pada jagung adalah 80 kg Urea,
65 kg SP-36 dan 50 kg KCl, satu bulan
kemudian ditambahkan pupuk susulan
yaitu Urea sebanyak 40 kg. Pemupukan
pertama pada kacang tanah adalah: 20
kg Urea, 80 kg SP-36 dan 40 kg KCL,
selang satu bulan ditambahkan pupuk
susulan yaitu 20 kg Urea. Cara
pemupukan yaitu semua pupuk yang akan
diberikan dicampur jadi satu,
kemudian dibuat larikan dekat barisan
tanaman (sekitar 5 cm dari barisan
tanaman dengan kedalaman antara 5-7
cm), pupuk ditabur sepanjang larikan
kemudian ditutup kembali dengan tanah.
Pemupukan kedua untuk tanaman
jagung larikan disesuaikan dengan
tajuk tanaman, sedangkan untuk kacang
tanah larikan dibuat di tengah jarak
antara dua barisan tanaman kacang tanah.
Perawatan atau pemeliharaan tanaman
meliputi beberapa kegiatan antara lain
penyulaman, penyiangan dan
pembumbunan. Penyulaman sebaiknya dilakukan
agar tidak ada spot-spot kosong yang
akan diisi oleh gulma bila tidak dilakukan
penyulaman. Penyulaman untuk tanaman
jagung dilakukan antara 4-7 hari
setelah tanam, sedangkan untuk kacang
tanah antara 5-10 hari setelah tanam.
Sebaiknya penyulaman tidak terlalu
lama melakukannya.
Penyiangan dan pembumbunan dilakukan
paling tidak sebanyak dua kali atau
menyesuaikan dengan kondisi gulma,
bila memang gulma tumbuh dominan
dapat dilakukan penyiangan lagi.
Penyiangan pertama dilakukan pada saat
tanaman berumur 15 hari, sedangkan
penyiangan yang kedua dilakukan setelah
tanaman berumur 30 hari sebelum
dilakukan pemupukan susulan. Pada
penyiangan kedua ini sekaligus
dilakukan pembumbunan yaitu dengan
menggemburkan tanah dan menikkan tanah
ke sekitar batang. Untuk kacang
tanah sebaiknya dilakukan pembumbunan
sekali lagi yaitu pada saat tanaman
selesai berbunga sekitar 40 hari
setelah tanam.
Pengendalian hama penyakit dimaksudkan
agar kesehatan tanaman dapat
terjaga sehingga tanaman dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik.
Pengendalian hama maupun penyakit
dengan menggunakan pestisida
sebaiknya dilakukan dengan bijaksana,
karena bahan kimia ini selain membunuh
hama tetapi juga sekaligus membunuh
predatornya juga. Jadikanlah pestisida
sebagai pilihan yang mempunyai
spektrum sempit. Pada jagung yang sering
dijumpai adalah penyakit bulai untuk
hamanya adalah penggerek daun
penghisap daun. Tumpangsari merupakan
suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman pada
lahan dan waktu yang sama, yang diatur
sedemikian rupa dalam barisan-barisan
tanaman. Penanaman dengan cara ini
bisa dilakukan pada dua atau lebih jenis
tanaman yang relatif seumur, misalnya
jagung dan kacang tanah atau bisa juga
pada beberapa jenis tanaman yang
umurnya berbeda-beda.
Untuk dapat melaksanakan pola tanam
tumpangsari secara baik perlu
diperhatikan beberapa faktor
lingkungan yang mempunyai pengaruh di
antaranya ketersediaan air, kesuburan
tanah, sinar matahari dan hama penyakit.
Penentuan jenis tanaman yang akan
ditumpangsari dan saat penanaman
sebaiknya disesuaikan dengan ketersediaan
air yang ada selama pertumbuhan.
Hal ini dimaksudkan agar diperoleh
pertumbuhan dan produksi secara optimal.
Kesuburan tanah mutlak diperlukan, hal
ini dimaksudkan untuk menghindari
persiangan (penyerapan hara dan air)
pada satu petak lahan antar tanaman.
Pada pola tanam tumpangsari sebaiknya
dipilih dan dikombinasikan antara
tanaman yang mempunyai perakaran
relatif dalam dan tanaman yang
mempunyai perakaran relatif dangkal.
Sebaran sinar matahari penting, hal
ini bertujuan untuk menghindari persiangan
antar tanaman yang ditumpangsarikan
dalam hal mendapatkan sinar matahari,
perlu diperhatikan tinggi dan luas
antar tajuk tanaman yang ditumpangsarikan.
Tinggi dan lebar tajuk antar tanaman
yang ditumpangsarikan akan berpengaruh
terhadap penerimaan cahaya matahari,
lebih lanjut akan mempengaruhi hasil
sintesa (glukosa) dan muara terakhir
akan berpengaruh terhadap hasil secara
keseluruhan.
Antisipasi adanya hama penyakit tidak
lain adalah untuk mengurangi resiko
serangan hama maupun penyakit pada pola
tanam tumpangsari. Sebaiknya
ditanam tanam-tanaman yang mempunyai
hama maupun penyakit berbeda, atau
tidak menjadi inang dari hama maupun
penyakit tanaman lain yang
ditumpangsarikan.
Sistem tanam tumpangsari mempunyai
banyak keuntungan yang tidak dimiliki
pada pola tanam monokultur. Beberapa
keuntungan pada pola tumpangsari
antara lain: 1) akan terjadi
peningkatan efisiensi (tenaga kerja, pemanfaatan
lahan maupun penyerapan sinar
matahari), 2) populasi tanaman dapat diatur
sesuai yang dikehendaki, 3) dalam satu
areal diperoleh produksi lebih dari satu
komoditas, 4) tetap mempunyai peluang
mendapatkan hasil manakala satu jenis
tanaman yang diusahakan gagal dan 5)
kombinasi beberapa jenis tanaman
dapat menciptakan beberapa jenis
tanaman dapat menciptakan stabilitas
biologis sehingga dapat menekan
serangan hama dan penyakit serta
mempertahankan kelestarian sumber daya
lahan dalam hal ini kesuburan tanah.
Introduksi Teknologi
Tumpangsari
Pengolahan tanah dikerjakan saat hujan
pertama mulai turun. Saat ini musim
hujan kadang kurang jelas jatuhnya,
namun sebagai ancer-ancer bisa pada
bulan Oktober sampai awal Nopember.
Pengolahan tanah ini dilakukan agar
tanah menjadi gembur. Selain membuat
tanah menjadi gembur, pengolahan
tanah akan dapat menghilangkan gulma.
Pengolahan tanah dilakukan dengan
dicangkul sedalam 10-15 cm, kemudian
dicacah sambil membuang gulma yang
ada dan yang terakhir dibuat guludan.
Arah guludan sebaiknya menghadap ke
barat-timur dengan lebar guludan
antara 170-180 cm. Antara dua guludan dibuat
saluran selebar 20-30 cm untuk
mengalirkan air, agar saat hujan tanah tetap
dalam keadaan atus sehingga akar
tanaman jagung maupun kacang tanah tidak
tergenang.
Pada pola tumpangsari jagung dan
kacang tanah, diatur dimana jagung sebagai
tanaman pokok dan kacang tanah sebagai
tanaman sela. Benih jagung yang
akan ditanam adalah jagung komposit
(bersari bebas) varietas Bisma berlabel
yang sudah diberi seed treatment.
Lubang tanam dibuat dengan tugal sedalam
2-3 cm, dengan jarak antar barisan
tanaman 200 cm, sedangkan jarak dalam
barisan adalah 40 cm. Kebutuhan benih
jagung setiap hektar lahan dengan pola
tumpangsari adalah 15 kg (2 benih tiap
lubang tanam), sehingga populasi
tanaman jagung dalam 1 ha lahan adalah
25.000 batang. Sedangkan untuk
kacang tanah yang akan ditanam adalah
kacang tanah varietas Jerapah,
varietas ini mempunyai biji 2 dalam
setiap polong. Jarak tanaman kacang tanah
adalah 25 x 25 cm, sehingga dalam
setiap guludan terdapat 1 baris tanaman
jagung dan 5 baris tanaman kacang
tanah. Populasi tanaman kacang tanah
dalam 1 ha kurang lebih 100.000
tanaman atau sekitar 70% dibanding pola
monokultur. Kebutuhan benih kacang
tanah untuk setiap 1 ha lahan dengan pola
tumpangsari dengan jagung adalah 50 kg
biji kering (1 benih tiap lubang tanam).
Pemupukan dilakukan dua kali yaitu
pada saat tanam dan pada saat tanaman
telah berumur 1 bulan. Dosis pupuk
untuk jagung adalah 120 kg Urea, 65 kg SP-
36 dan 50 kg KCL. Dosis pupuk untuk
kacang tanah adalah 40 kg Urea, 80 kg
SP-36 yang masing-masing diberikan dalam
dua kali pemupukan. Pemupukan
pertama pada jagung adalah 80 kg Urea,
65 kg SP-36 dan 50 kg KCl, satu bulan
kemudian ditambahkan pupuk susulan
yaitu Urea sebanyak 40 kg. Pemupukan
pertama pada kacang tanah adalah: 20
kg Urea, 80 kg SP-36 dan 40 kg KCL,
selang satu bulan ditambahkan pupuk
susulan yaitu 20 kg Urea. Cara
pemupukan yaitu semua pupuk yang akan
diberikan dicampur jadi satu,
kemudian dibuat larikan dekat barisan
tanaman (sekitar 5 cm dari barisan
tanaman dengan kedalaman antara 5-7
cm), pupuk ditabur sepanjang larikan
kemudian ditutup kembali dengan tanah.
Pemupukan kedua untuk tanaman
jagung larikan disesuaikan dengan
tajuk tanaman, sedangkan untuk kacang
tanah larikan dibuat di tengah jarak
antara dua barisan tanaman kacang tanah.
Perawatan atau pemeliharaan tanaman
meliputi beberapa kegiatan antara lain
penyulaman, penyiangan dan
pembumbunan. Penyulaman sebaiknya dilakukan
agar tidak ada spot-spot kosong yang
akan diisi oleh gulma bila tidak dilakukan
penyulaman. Penyulaman untuk tanaman
jagung dilakukan antara 4-7 hari
setelah tanam, sedangkan untuk kacang
tanah antara 5-10 hari setelah tanam.
Sebaiknya penyulaman tidak terlalu
lama melakukannya.
Penyiangan dan pembumbunan dilakukan
paling tidak sebanyak dua kali atau
menyesuaikan dengan kondisi gulma,
bila memang gulma tumbuh dominan
dapat dilakukan penyiangan lagi.
Penyiangan pertama dilakukan pada saat
tanaman berumur 15 hari, sedangkan
penyiangan yang kedua dilakukan setelah
tanaman berumur 30 hari sebelum
dilakukan pemupukan susulan. Pada
penyiangan kedua ini sekaligus
dilakukan pembumbunan yaitu dengan
menggemburkan tanah dan menikkan tanah
ke sekitar batang. Untuk kacang
tanah sebaiknya dilakukan pembumbunan
sekali lagi yaitu pada saat tanaman
selesai berbunga sekitar 40 hari
setelah tanam.
Pengendalian hama penyakit dimaksudkan
agar kesehatan tanaman dapat
terjaga sehingga tanaman dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik.
Pengendalian hama maupun penyakit
dengan menggunakan pestisida
sebaiknya dilakukan dengan bijaksana,
karena bahan kimia ini selain membunuh
hama tetapi juga sekaligus membunuh
predatornya juga. Jadikanlah pestisida
sebagai pilihan yang mempunyai
spektrum sempit. Pada jagung yang sering
dijumpai adalah penyakit bulai untuk
hamanya adalah penggerek daun
penghisap daun. Tumpangsari merupakan
suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman pada
lahan dan waktu yang sama, yang diatur
sedemikian rupa dalam barisan-barisan
tanaman. Penanaman dengan cara ini
bisa dilakukan pada dua atau lebih jenis
tanaman yang relatif seumur, misalnya
jagung dan kacang tanah atau bisa juga
pada beberapa jenis tanaman yang
umurnya berbeda-beda.
Untuk dapat melaksanakan pola tanam
tumpangsari secara baik perlu
diperhatikan beberapa faktor
lingkungan yang mempunyai pengaruh di
antaranya ketersediaan air, kesuburan
tanah, sinar matahari dan hama penyakit.
Penentuan jenis tanaman yang akan
ditumpangsari dan saat penanaman
sebaiknya disesuaikan dengan
ketersediaan air yang ada selama pertumbuhan.
Hal ini dimaksudkan agar diperoleh
pertumbuhan dan produksi secara optimal.
Kesuburan tanah mutlak diperlukan, hal
ini dimaksudkan untuk menghindari
persiangan (penyerapan hara dan air)
pada satu petak lahan antar tanaman.
Pada pola tanam tumpangsari sebaiknya
dipilih dan dikombinasikan antara
tanaman yang mempunyai perakaran
relatif dalam dan tanaman yang
mempunyai perakaran relatif dangkal.
Sebaran sinar matahari penting, hal
ini bertujuan untuk menghindari persiangan
antar tanaman yang ditumpangsarikan
dalam hal mendapatkan sinar matahari,
perlu diperhatikan tinggi dan luas
antar tajuk tanaman yang ditumpangsarikan.
Tinggi dan lebar tajuk antar tanaman
yang ditumpangsarikan akan berpengaruh
terhadap penerimaan cahaya matahari,
lebih lanjut akan mempengaruhi hasil
sintesa (glukosa) dan muara terakhir
akan berpengaruh terhadap hasil secara
keseluruhan.
Antisipasi adanya hama penyakit tidak
lain adalah untuk mengurangi resiko
serangan hama maupun penyakit pada
pola tanam tumpangsari. Sebaiknya
ditanam tanam-tanaman yang mempunyai
hama maupun penyakit berbeda, atau
tidak menjadi inang dari hama maupun
penyakit tanaman lain yang
ditumpangsarikan.
Sistem tanam tumpangsari mempunyai
banyak keuntungan yang tidak dimiliki
pada pola tanam monokultur. Beberapa
keuntungan pada pola tumpangsari
antara lain: 1) akan terjadi peningkatan
efisiensi (tenaga kerja, pemanfaatan
lahan maupun penyerapan sinar
matahari), 2) populasi tanaman dapat diatur
sesuai yang dikehendaki, 3) dalam satu
areal diperoleh produksi lebih dari satu
komoditas, 4) tetap mempunyai peluang
mendapatkan hasil manakala satu jenis
tanaman yang diusahakan gagal dan 5)
kombinasi beberapa jenis tanaman
dapat menciptakan beberapa jenis
tanaman dapat menciptakan stabilitas
biologis sehingga dapat menekan
serangan hama dan penyakit serta
mempertahankan kelestarian sumber daya
lahan dalam hal ini kesuburan tanah.
Introduksi Teknologi
Tumpangsari
Pengolahan tanah dikerjakan saat hujan
pertama mulai turun. Saat ini musim
hujan kadang kurang jelas jatuhnya,
namun sebagai ancer-ancer bisa pada
bulan Oktober sampai awal Nopember.
Pengolahan tanah ini dilakukan agar
tanah menjadi gembur. Selain membuat
tanah menjadi gembur, pengolahan
tanah akan dapat menghilangkan gulma.
Pengolahan tanah dilakukan dengan
dicangkul sedalam 10-15 cm, kemudian
dicacah sambil membuang gulma yang
ada dan yang terakhir dibuat guludan.
Arah guludan sebaiknya menghadap ke
barat-timur dengan lebar guludan
antara 170-180 cm. Antara dua guludan dibuat
saluran selebar 20-30 cm untuk
mengalirkan air, agar saat hujan tanah tetap
dalam keadaan atus sehingga akar
tanaman jagung maupun kacang tanah tidak
tergenang.
Pada pola tumpangsari jagung dan
kacang tanah, diatur dimana jagung sebagai
tanaman pokok dan kacang tanah sebagai
tanaman sela. Benih jagung yang
akan ditanam adalah jagung komposit
(bersari bebas) varietas Bisma berlabel
yang sudah diberi seed treatment.
Lubang tanam dibuat dengan tugal sedalam
2-3 cm, dengan jarak antar barisan
tanaman 200 cm, sedangkan jarak dalam
barisan adalah 40 cm. Kebutuhan benih
jagung setiap hektar lahan dengan pola
tumpangsari adalah 15 kg (2 benih tiap
lubang tanam), sehingga populasi
tanaman jagung dalam 1 ha lahan adalah
25.000 batang. Sedangkan untuk
kacang tanah yang akan ditanam adalah
kacang tanah varietas Jerapah,
varietas ini mempunyai biji 2 dalam
setiap polong. Jarak tanaman kacang tanah
adalah 25 x 25 cm, sehingga dalam
setiap guludan terdapat 1 baris tanaman
jagung dan 5 baris tanaman kacang
tanah. Populasi tanaman kacang tanah
dalam 1 ha kurang lebih 100.000
tanaman atau sekitar 70% dibanding pola
monokultur. Kebutuhan benih kacang
tanah untuk setiap 1 ha lahan dengan pola
tumpangsari dengan jagung adalah 50 kg
biji kering (1 benih tiap lubang tanam).
Pemupukan dilakukan dua kali yaitu
pada saat tanam dan pada saat tanaman
telah berumur 1 bulan. Dosis pupuk
untuk jagung adalah 120 kg Urea, 65 kg SP-
36 dan 50 kg KCL. Dosis pupuk untuk
kacang tanah adalah 40 kg Urea, 80 kg
SP-36 yang masing-masing diberikan
dalam dua kali pemupukan. Pemupukan
pertama pada jagung adalah 80 kg Urea,
65 kg SP-36 dan 50 kg KCl, satu bulan
kemudian ditambahkan pupuk susulan
yaitu Urea sebanyak 40 kg. Pemupukan
pertama pada kacang tanah adalah: 20
kg Urea, 80 kg SP-36 dan 40 kg KCL,
selang satu bulan ditambahkan pupuk
susulan yaitu 20 kg Urea. Cara
pemupukan yaitu semua pupuk yang akan
diberikan dicampur jadi satu,
kemudian dibuat larikan dekat barisan
tanaman (sekitar 5 cm dari barisan
tanaman dengan kedalaman antara 5-7
cm), pupuk ditabur sepanjang larikan
kemudian ditutup kembali dengan tanah.
Pemupukan kedua untuk tanaman
jagung larikan disesuaikan dengan
tajuk tanaman, sedangkan untuk kacang
tanah larikan dibuat di tengah jarak
antara dua barisan tanaman kacang tanah.
Perawatan atau pemeliharaan tanaman
meliputi beberapa kegiatan antara lain
penyulaman, penyiangan dan pembumbunan.
Penyulaman sebaiknya dilakukan
agar tidak ada spot-spot kosong yang
akan diisi oleh gulma bila tidak dilakukan
penyulaman. Penyulaman untuk tanaman
jagung dilakukan antara 4-7 hari
setelah tanam, sedangkan untuk kacang
tanah antara 5-10 hari setelah tanam.
Sebaiknya penyulaman tidak terlalu
lama melakukannya.
Penyiangan dan pembumbunan dilakukan
paling tidak sebanyak dua kali atau
menyesuaikan dengan kondisi gulma,
bila memang gulma tumbuh dominan
dapat dilakukan penyiangan lagi.
Penyiangan pertama dilakukan pada saat
tanaman berumur 15 hari, sedangkan
penyiangan yang kedua dilakukan setelah
tanaman berumur 30 hari sebelum
dilakukan pemupukan susulan. Pada
penyiangan kedua ini sekaligus
dilakukan pembumbunan yaitu dengan
menggemburkan tanah dan menikkan tanah
ke sekitar batang. Untuk kacang
tanah sebaiknya dilakukan pembumbunan
sekali lagi yaitu pada saat tanaman
selesai berbunga sekitar 40 hari
setelah tanam.
Pengendalian hama penyakit dimaksudkan
agar kesehatan tanaman dapat
terjaga sehingga tanaman dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik.
Pengendalian hama maupun penyakit
dengan menggunakan pestisida
sebaiknya dilakukan dengan bijaksana,
karena bahan kimia ini selain membunuh
hama tetapi juga sekaligus membunuh
predatornya juga. Jadikanlah pestisida
sebagai pilihan yang mempunyai
spektrum sempit. Pada jagung yang sering
dijumpai adalah penyakit bulai untuk
hamanya adalah penggerek daun
penghisap daun. Tumpangsari merupakan
suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman pada
lahan dan waktu yang sama, yang diatur
sedemikian rupa dalam barisan-barisan
tanaman. Penanaman dengan cara ini
bisa dilakukan pada dua atau lebih jenis
tanaman yang relatif seumur, misalnya
jagung dan kacang tanah atau bisa juga
pada beberapa jenis tanaman yang
umurnya berbeda-beda.
Untuk dapat melaksanakan pola tanam
tumpangsari secara baik perlu
diperhatikan beberapa faktor
lingkungan yang mempunyai pengaruh di
antaranya ketersediaan air, kesuburan
tanah, sinar matahari dan hama penyakit.
Penentuan jenis tanaman yang akan
ditumpangsari dan saat penanaman
sebaiknya disesuaikan dengan
ketersediaan air yang ada selama pertumbuhan.
Hal ini dimaksudkan agar diperoleh
pertumbuhan dan produksi secara optimal.
Kesuburan tanah mutlak diperlukan, hal
ini dimaksudkan untuk menghindari
persiangan (penyerapan hara dan air)
pada satu petak lahan antar tanaman.
Pada pola tanam tumpangsari sebaiknya
dipilih dan dikombinasikan antara
tanaman yang mempunyai perakaran
relatif dalam dan tanaman yang
mempunyai perakaran relatif dangkal.
Sebaran sinar matahari penting, hal
ini bertujuan untuk menghindari persiangan
antar tanaman yang ditumpangsarikan
dalam hal mendapatkan sinar matahari,
perlu diperhatikan tinggi dan luas
antar tajuk tanaman yang ditumpangsarikan.
Tinggi dan lebar tajuk antar tanaman
yang ditumpangsarikan akan berpengaruh
terhadap penerimaan cahaya matahari,
lebih lanjut akan mempengaruhi hasil
sintesa (glukosa) dan muara terakhir
akan berpengaruh terhadap hasil secara
keseluruhan.
Antisipasi adanya hama penyakit tidak
lain adalah untuk mengurangi resiko
serangan hama maupun penyakit pada
pola tanam tumpangsari. Sebaiknya
ditanam tanam-tanaman yang mempunyai
hama maupun penyakit berbeda, atau
tidak menjadi inang dari hama maupun
penyakit tanaman lain yang
ditumpangsarikan.
Sistem tanam tumpangsari mempunyai
banyak keuntungan yang tidak dimiliki
pada pola tanam monokultur. Beberapa
keuntungan pada pola tumpangsari
antara lain: 1) akan terjadi
peningkatan efisiensi (tenaga kerja, pemanfaatan
lahan maupun penyerapan sinar
matahari), 2) populasi tanaman dapat diatur
sesuai yang dikehendaki, 3) dalam satu
areal diperoleh produksi lebih dari satu
komoditas, 4) tetap mempunyai peluang
mendapatkan hasil manakala satu jenis
tanaman yang diusahakan gagal dan 5)
kombinasi beberapa jenis tanaman
dapat menciptakan beberapa jenis
tanaman dapat menciptakan stabilitas
biologis sehingga dapat menekan
serangan hama dan penyakit serta
mempertahankan kelestarian sumber daya
lahan dalam hal ini kesuburan tanah.
Introduksi Teknologi
Tumpangsari
Pengolahan tanah dikerjakan saat hujan
pertama mulai turun. Saat ini musim
hujan kadang kurang jelas jatuhnya,
namun sebagai ancer-ancer bisa pada
bulan Oktober sampai awal Nopember.
Pengolahan tanah ini dilakukan agar
tanah menjadi gembur. Selain membuat
tanah menjadi gembur, pengolahan
tanah akan dapat menghilangkan gulma.
Pengolahan tanah dilakukan dengan
dicangkul sedalam 10-15 cm, kemudian
dicacah sambil membuang gulma yang
ada dan yang terakhir dibuat guludan.
Arah guludan sebaiknya menghadap ke
barat-timur dengan lebar guludan
antara 170-180 cm. Antara dua guludan dibuat
saluran selebar 20-30 cm untuk
mengalirkan air, agar saat hujan tanah tetap
dalam keadaan atus sehingga akar
tanaman jagung maupun kacang tanah tidak
tergenang.
Pada pola tumpangsari jagung dan
kacang tanah, diatur dimana jagung sebagai
tanaman pokok dan kacang tanah sebagai
tanaman sela. Benih jagung yang
akan ditanam adalah jagung komposit
(bersari bebas) varietas Bisma berlabel
yang sudah diberi seed treatment.
Lubang tanam dibuat dengan tugal sedalam
2-3 cm, dengan jarak antar barisan
tanaman 200 cm, sedangkan jarak dalam
barisan adalah 40 cm. Kebutuhan benih
jagung setiap hektar lahan dengan pola
tumpangsari adalah 15 kg (2 benih tiap
lubang tanam), sehingga populasi
tanaman jagung dalam 1 ha lahan adalah
25.000 batang. Sedangkan untuk
kacang tanah yang akan ditanam adalah
kacang tanah varietas Jerapah,
varietas ini mempunyai biji 2 dalam
setiap polong. Jarak tanaman kacang tanah
adalah 25 x 25 cm, sehingga dalam
setiap guludan terdapat 1 baris tanaman
jagung dan 5 baris tanaman kacang
tanah. Populasi tanaman kacang tanah
dalam 1 ha kurang lebih 100.000
tanaman atau sekitar 70% dibanding pola
monokultur. Kebutuhan benih kacang
tanah untuk setiap 1 ha lahan dengan pola
tumpangsari dengan jagung adalah 50 kg
biji kering (1 benih tiap lubang tanam).
Pemupukan dilakukan dua kali yaitu
pada saat tanam dan pada saat tanaman
telah berumur 1 bulan. Dosis pupuk
untuk jagung adalah 120 kg Urea, 65 kg SP-
36 dan 50 kg KCL. Dosis pupuk untuk
kacang tanah adalah 40 kg Urea, 80 kg
SP-36 yang masing-masing diberikan
dalam dua kali pemupukan. Pemupukan
pertama pada jagung adalah 80 kg Urea,
65 kg SP-36 dan 50 kg KCl, satu bulan
kemudian ditambahkan pupuk susulan
yaitu Urea sebanyak 40 kg. Pemupukan
pertama pada kacang tanah adalah: 20
kg Urea, 80 kg SP-36 dan 40 kg KCL,
selang satu bulan ditambahkan pupuk
susulan yaitu 20 kg Urea. Cara
pemupukan yaitu semua pupuk yang akan
diberikan dicampur jadi satu,
kemudian dibuat larikan dekat barisan
tanaman (sekitar 5 cm dari barisan
tanaman dengan kedalaman antara 5-7
cm), pupuk ditabur sepanjang larikan
kemudian ditutup kembali dengan tanah.
Pemupukan kedua untuk tanaman
jagung larikan disesuaikan dengan
tajuk tanaman, sedangkan untuk kacang
tanah larikan dibuat di tengah jarak
antara dua barisan tanaman kacang tanah.
Perawatan atau pemeliharaan tanaman
meliputi beberapa kegiatan antara lain
penyulaman, penyiangan dan
pembumbunan. Penyulaman sebaiknya dilakukan
agar tidak ada spot-spot kosong yang
akan diisi oleh gulma bila tidak dilakukan
penyulaman. Penyulaman untuk tanaman
jagung dilakukan antara 4-7 hari
setelah tanam, sedangkan untuk kacang
tanah antara 5-10 hari setelah tanam.
Sebaiknya penyulaman tidak terlalu
lama melakukannya.
Penyiangan dan pembumbunan dilakukan
paling tidak sebanyak dua kali atau
menyesuaikan dengan kondisi gulma,
bila memang gulma tumbuh dominan
dapat dilakukan penyiangan lagi.
Penyiangan pertama dilakukan pada saat
tanaman berumur 15 hari, sedangkan
penyiangan yang kedua dilakukan setelah
tanaman berumur 30 hari sebelum
dilakukan pemupukan susulan. Pada
penyiangan kedua ini sekaligus
dilakukan pembumbunan yaitu dengan
menggemburkan tanah dan menikkan tanah
ke sekitar batang. Untuk kacang
tanah sebaiknya dilakukan pembumbunan
sekali lagi yaitu pada saat tanaman
selesai berbunga sekitar 40 hari
setelah tanam.
Pengendalian hama penyakit dimaksudkan
agar kesehatan tanaman dapat
terjaga sehingga tanaman dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik.
Pengendalian hama maupun penyakit
dengan menggunakan pestisida
sebaiknya dilakukan dengan bijaksana,
karena bahan kimia ini selain membunuh
hama tetapi juga sekaligus membunuh
predatornya juga. Jadikanlah pestisida
sebagai pilihan yang mempunyai
spektrum sempit. Pada jagung yang sering
dijumpai adalah penyakit bulai untuk
hamanya adalah penggerek daun
penghisap daun. Tumpangsari merupakan
suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman pada
lahan dan waktu yang sama, yang diatur
sedemikian rupa dalam barisan-barisan
tanaman. Penanaman dengan cara ini
bisa dilakukan pada dua atau lebih jenis
tanaman yang relatif seumur, misalnya
jagung dan kacang tanah atau bisa juga
pada beberapa jenis tanaman yang
umurnya berbeda-beda.
Untuk dapat melaksanakan pola tanam
tumpangsari secara baik perlu
diperhatikan beberapa faktor
lingkungan yang mempunyai pengaruh di
antaranya ketersediaan air, kesuburan
tanah, sinar matahari dan hama penyakit.
Penentuan jenis tanaman yang akan
ditumpangsari dan saat penanaman
sebaiknya disesuaikan dengan
ketersediaan air yang ada selama pertumbuhan.
Hal ini dimaksudkan agar diperoleh
pertumbuhan dan produksi secara optimal.
Kesuburan tanah mutlak diperlukan, hal
ini dimaksudkan untuk menghindari
persiangan (penyerapan hara dan air)
pada satu petak lahan antar tanaman.
Pada pola tanam tumpangsari sebaiknya
dipilih dan dikombinasikan antara
tanaman yang mempunyai perakaran
relatif dalam dan tanaman yang
mempunyai perakaran relatif dangkal.
Sebaran sinar matahari penting, hal
ini bertujuan untuk menghindari persiangan
antar tanaman yang ditumpangsarikan
dalam hal mendapatkan sinar matahari,
perlu diperhatikan tinggi dan luas
antar tajuk tanaman yang ditumpangsarikan.
Tinggi dan lebar tajuk antar tanaman
yang ditumpangsarikan akan berpengaruh
terhadap penerimaan cahaya matahari,
lebih lanjut akan mempengaruhi hasil
sintesa (glukosa) dan muara terakhir
akan berpengaruh terhadap hasil secara
keseluruhan.
Antisipasi adanya hama penyakit tidak
lain adalah untuk mengurangi resiko
serangan hama maupun penyakit pada
pola tanam tumpangsari. Sebaiknya
ditanam tanam-tanaman yang mempunyai
hama maupun penyakit berbeda, atau
tidak menjadi inang dari hama maupun
penyakit tanaman lain yang
ditumpangsarikan.
Sistem tanam tumpangsari mempunyai
banyak keuntungan yang tidak dimiliki
pada pola tanam monokultur. Beberapa
keuntungan pada pola tumpangsari
antara lain: 1) akan terjadi
peningkatan efisiensi (tenaga kerja, pemanfaatan
lahan maupun penyerapan sinar
matahari), 2) populasi tanaman dapat diatur
sesuai yang dikehendaki, 3) dalam satu
areal diperoleh produksi lebih dari satu
komoditas, 4) tetap mempunyai peluang
mendapatkan hasil manakala satu jenis
tanaman yang diusahakan gagal dan 5)
kombinasi beberapa jenis tanaman
dapat menciptakan beberapa jenis
tanaman dapat menciptakan stabilitas
biologis sehingga dapat menekan
serangan hama dan penyakit serta
mempertahankan kelestarian sumber daya
lahan dalam hal ini kesuburan tanah.
Introduksi Teknologi
Tumpangsari
Pengolahan tanah dikerjakan saat hujan
pertama mulai turun. Saat ini musim
hujan kadang kurang jelas jatuhnya,
namun sebagai ancer-ancer bisa pada
bulan Oktober sampai awal Nopember.
Pengolahan tanah ini dilakukan agar
tanah menjadi gembur. Selain membuat
tanah menjadi gembur, pengolahan
tanah akan dapat menghilangkan gulma.
Pengolahan tanah dilakukan dengan
dicangkul sedalam 10-15 cm, kemudian
dicacah sambil membuang gulma yang
ada dan yang terakhir dibuat guludan.
Arah guludan sebaiknya menghadap ke
barat-timur dengan lebar guludan
antara 170-180 cm. Antara dua guludan dibuat
saluran selebar 20-30 cm untuk
mengalirkan air, agar saat hujan tanah tetap
dalam keadaan atus sehingga akar
tanaman jagung maupun kacang tanah tidak
tergenang.
Pada pola tumpangsari jagung dan
kacang tanah, diatur dimana jagung sebagai
tanaman pokok dan kacang tanah sebagai
tanaman sela. Benih jagung yang
akan ditanam adalah jagung komposit
(bersari bebas) varietas Bisma berlabel
yang sudah diberi seed treatment.
Lubang tanam dibuat dengan tugal sedalam
2-3 cm, dengan jarak antar barisan
tanaman 200 cm, sedangkan jarak dalam
barisan adalah 40 cm. Kebutuhan benih
jagung setiap hektar lahan dengan pola
tumpangsari adalah 15 kg (2 benih tiap
lubang tanam), sehingga populasi
tanaman jagung dalam 1 ha lahan adalah
25.000 batang. Sedangkan untuk
kacang tanah yang akan ditanam adalah
kacang tanah varietas Jerapah,
varietas ini mempunyai biji 2 dalam
setiap polong. Jarak tanaman kacang tanah
adalah 25 x 25 cm, sehingga dalam
setiap guludan terdapat 1 baris tanaman
jagung dan 5 baris tanaman kacang
tanah. Populasi tanaman kacang tanah
dalam 1 ha kurang lebih 100.000 tanaman
atau sekitar 70% dibanding pola
monokultur. Kebutuhan benih kacang
tanah untuk setiap 1 ha lahan dengan pola
tumpangsari dengan jagung adalah 50 kg
biji kering (1 benih tiap lubang tanam).
Pemupukan dilakukan dua kali yaitu
pada saat tanam dan pada saat tanaman
telah berumur 1 bulan. Dosis pupuk
untuk jagung adalah 120 kg Urea, 65 kg SP-
36 dan 50 kg KCL. Dosis pupuk untuk
kacang tanah adalah 40 kg Urea, 80 kg
SP-36 yang masing-masing diberikan
dalam dua kali pemupukan. Pemupukan
pertama pada jagung adalah 80 kg Urea,
65 kg SP-36 dan 50 kg KCl, satu bulan
kemudian ditambahkan pupuk susulan
yaitu Urea sebanyak 40 kg. Pemupukan
pertama pada kacang tanah adalah: 20
kg Urea, 80 kg SP-36 dan 40 kg KCL,
selang satu bulan ditambahkan pupuk
susulan yaitu 20 kg Urea. Cara
pemupukan yaitu semua pupuk yang akan
diberikan dicampur jadi satu,
kemudian dibuat larikan dekat barisan
tanaman (sekitar 5 cm dari barisan
tanaman dengan kedalaman antara 5-7
cm), pupuk ditabur sepanjang larikan
kemudian ditutup kembali dengan tanah.
Pemupukan kedua untuk tanaman
jagung larikan disesuaikan dengan
tajuk tanaman, sedangkan untuk kacang
tanah larikan dibuat di tengah jarak
antara dua barisan tanaman kacang tanah.
Perawatan atau pemeliharaan tanaman
meliputi beberapa kegiatan antara lain
penyulaman, penyiangan dan
pembumbunan. Penyulaman sebaiknya dilakukan
agar tidak ada spot-spot kosong yang
akan diisi oleh gulma bila tidak dilakukan
penyulaman. Penyulaman untuk tanaman
jagung dilakukan antara 4-7 hari
setelah tanam, sedangkan untuk kacang
tanah antara 5-10 hari setelah tanam.
Sebaiknya penyulaman tidak terlalu
lama melakukannya.
Penyiangan dan pembumbunan dilakukan
paling tidak sebanyak dua kali atau
menyesuaikan dengan kondisi gulma,
bila memang gulma tumbuh dominan
dapat dilakukan penyiangan lagi.
Penyiangan pertama dilakukan pada saat
tanaman berumur 15 hari, sedangkan
penyiangan yang kedua dilakukan setelah
tanaman berumur 30 hari sebelum
dilakukan pemupukan susulan. Pada
penyiangan kedua ini sekaligus
dilakukan pembumbunan yaitu dengan
menggemburkan tanah dan menikkan tanah
ke sekitar batang. Untuk kacang
tanah sebaiknya dilakukan pembumbunan
sekali lagi yaitu pada saat tanaman
selesai berbunga sekitar 40 hari
setelah tanam.
Pengendalian hama penyakit dimaksudkan
agar kesehatan tanaman dapat
terjaga sehingga tanaman dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik.
Pengendalian hama maupun penyakit
dengan menggunakan pestisida
sebaiknya dilakukan dengan bijaksana,
karena bahan kimia ini selain membunuh
hama tetapi juga sekaligus membunuh
predatornya juga. Jadikanlah pestisida
sebagai pilihan yang mempunyai
spektrum sempit. Pada jagung yang sering
dijumpai adalah penyakit bulai untuk
hamanya adalah penggerek daun
penghisap daun. Tumpangsari merupakan
suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman pada
lahan dan waktu yang sama, yang diatur
sedemikian rupa dalam barisan-barisan
tanaman. Penanaman dengan cara ini
bisa dilakukan pada dua atau lebih jenis
tanaman yang relatif seumur, misalnya
jagung dan kacang tanah atau bisa juga
pada beberapa jenis tanaman yang
umurnya berbeda-beda.
Untuk dapat melaksanakan pola tanam
tumpangsari secara baik perlu
diperhatikan beberapa faktor
lingkungan yang mempunyai pengaruh di
antaranya ketersediaan air, kesuburan
tanah, sinar matahari dan hama penyakit.
Penentuan jenis tanaman yang akan
ditumpangsari dan saat penanaman
sebaiknya disesuaikan dengan
ketersediaan air yang ada selama pertumbuhan.
Hal ini dimaksudkan agar diperoleh
pertumbuhan dan produksi secara optimal.
Kesuburan tanah mutlak diperlukan, hal
ini dimaksudkan untuk menghindari
persiangan (penyerapan hara dan air)
pada satu petak lahan antar tanaman.
Pada pola tanam tumpangsari sebaiknya
dipilih dan dikombinasikan antara
tanaman yang mempunyai perakaran
relatif dalam dan tanaman yang
mempunyai perakaran relatif dangkal.
Sebaran sinar matahari penting, hal
ini bertujuan untuk menghindari persiangan
antar tanaman yang ditumpangsarikan
dalam hal mendapatkan sinar matahari,
perlu diperhatikan tinggi dan luas
antar tajuk tanaman yang ditumpangsarikan.
Tinggi dan lebar tajuk antar tanaman
yang ditumpangsarikan akan berpengaruh
terhadap penerimaan cahaya matahari,
lebih lanjut akan mempengaruhi hasil
sintesa (glukosa) dan muara terakhir
akan berpengaruh terhadap hasil secara
keseluruhan.
Antisipasi adanya hama penyakit tidak
lain adalah untuk mengurangi resiko
serangan hama maupun penyakit pada
pola tanam tumpangsari. Sebaiknya
ditanam tanam-tanaman yang mempunyai
hama maupun penyakit berbeda, atau
tidak menjadi inang dari hama maupun
penyakit tanaman lain yang
ditumpangsarikan.
Sistem tanam tumpangsari mempunyai
banyak keuntungan yang tidak dimiliki
pada pola tanam monokultur. Beberapa
keuntungan pada pola tumpangsari
antara lain: 1) akan terjadi
peningkatan efisiensi (tenaga kerja, pemanfaatan
lahan maupun penyerapan sinar
matahari), 2) populasi tanaman dapat diatur
sesuai yang dikehendaki, 3) dalam satu
areal diperoleh produksi lebih dari satu
komoditas, 4) tetap mempunyai peluang
mendapatkan hasil manakala satu jenis
tanaman yang diusahakan gagal dan 5)
kombinasi beberapa jenis tanaman
dapat menciptakan beberapa jenis
tanaman dapat menciptakan stabilitas
biologis sehingga dapat menekan
serangan hama dan penyakit serta
mempertahankan kelestarian sumber daya
lahan dalam hal ini kesuburan tanah.
Introduksi Teknologi
Tumpangsari
Pengolahan tanah dikerjakan saat hujan
pertama mulai turun. Saat ini musim
hujan kadang kurang jelas jatuhnya,
namun sebagai ancer-ancer bisa pada
bulan Oktober sampai awal Nopember.
Pengolahan tanah ini dilakukan agar
tanah menjadi gembur. Selain membuat
tanah menjadi gembur, pengolahan
tanah akan dapat menghilangkan gulma.
Pengolahan tanah dilakukan dengan
dicangkul sedalam 10-15 cm, kemudian
dicacah sambil membuang gulma yang
ada dan yang terakhir dibuat guludan.
Arah guludan sebaiknya menghadap ke
barat-timur dengan lebar guludan
antara 170-180 cm. Antara dua guludan dibuat
saluran selebar 20-30 cm untuk
mengalirkan air, agar saat hujan tanah tetap
dalam keadaan atus sehingga akar
tanaman jagung maupun kacang tanah tidak
tergenang.
Pada pola tumpangsari jagung dan
kacang tanah, diatur dimana jagung sebagai
tanaman pokok dan kacang tanah sebagai
tanaman sela. Benih jagung yang
akan ditanam adalah jagung komposit
(bersari bebas) varietas Bisma berlabel
yang sudah diberi seed treatment.
Lubang tanam dibuat dengan tugal sedalam
2-3 cm, dengan jarak antar barisan
tanaman 200 cm, sedangkan jarak dalam
barisan adalah 40 cm. Kebutuhan benih
jagung setiap hektar lahan dengan pola
tumpangsari adalah 15 kg (2 benih tiap
lubang tanam), sehingga populasi
tanaman jagung dalam 1 ha lahan adalah
25.000 batang. Sedangkan untuk
kacang tanah yang akan ditanam adalah
kacang tanah varietas Jerapah,
varietas ini mempunyai biji 2 dalam
setiap polong. Jarak tanaman kacang tanah
adalah 25 x 25 cm, sehingga dalam
setiap guludan terdapat 1 baris tanaman
jagung dan 5 baris tanaman kacang
tanah. Populasi tanaman kacang tanah
dalam 1 ha kurang lebih 100.000
tanaman atau sekitar 70% dibanding pola
monokultur. Kebutuhan benih kacang
tanah untuk setiap 1 ha lahan dengan pola
tumpangsari dengan jagung adalah 50 kg
biji kering (1 benih tiap lubang tanam).
Pemupukan dilakukan dua kali yaitu
pada saat tanam dan pada saat tanaman
telah berumur 1 bulan. Dosis pupuk
untuk jagung adalah 120 kg Urea, 65 kg SP-
36 dan 50 kg KCL. Dosis pupuk untuk
kacang tanah adalah 40 kg Urea, 80 kg
SP-36 yang masing-masing diberikan
dalam dua kali pemupukan. Pemupukan
pertama pada jagung adalah 80 kg Urea,
65 kg SP-36 dan 50 kg KCl, satu bulan
kemudian ditambahkan pupuk susulan
yaitu Urea sebanyak 40 kg. Pemupukan
pertama pada kacang tanah adalah: 20
kg Urea, 80 kg SP-36 dan 40 kg KCL,
selang satu bulan ditambahkan pupuk
susulan yaitu 20 kg Urea. Cara
pemupukan yaitu semua pupuk yang akan
diberikan dicampur jadi satu,
kemudian dibuat larikan dekat barisan
tanaman (sekitar 5 cm dari barisan
tanaman dengan kedalaman antara 5-7
cm), pupuk ditabur sepanjang larikan
kemudian ditutup kembali dengan tanah.
Pemupukan kedua untuk tanaman
jagung larikan disesuaikan dengan
tajuk tanaman, sedangkan untuk kacang
tanah larikan dibuat di tengah jarak
antara dua barisan tanaman kacang tanah.
Perawatan atau pemeliharaan tanaman
meliputi beberapa kegiatan antara lain
penyulaman, penyiangan dan
pembumbunan. Penyulaman sebaiknya dilakukan
agar tidak ada spot-spot kosong yang
akan diisi oleh gulma bila tidak dilakukan
penyulaman. Penyulaman untuk tanaman
jagung dilakukan antara 4-7 hari
setelah tanam, sedangkan untuk kacang
tanah antara 5-10 hari setelah tanam.
Sebaiknya penyulaman tidak terlalu
lama melakukannya.
Penyiangan dan pembumbunan dilakukan
paling tidak sebanyak dua kali atau
menyesuaikan dengan kondisi gulma,
bila memang gulma tumbuh dominan
dapat dilakukan penyiangan lagi.
Penyiangan pertama dilakukan pada saat
tanaman berumur 15 hari, sedangkan penyiangan
yang kedua dilakukan setelah
tanaman berumur 30 hari sebelum
dilakukan pemupukan susulan. Pada
penyiangan kedua ini sekaligus
dilakukan pembumbunan yaitu dengan
menggemburkan tanah dan menikkan tanah
ke sekitar batang. Untuk kacang
tanah sebaiknya dilakukan pembumbunan
sekali lagi yaitu pada saat tanaman
selesai berbunga sekitar 40 hari
setelah tanam.
Pengendalian hama penyakit dimaksudkan
agar kesehatan tanaman dapat
terjaga sehingga tanaman dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik.
Pengendalian hama maupun penyakit
dengan menggunakan pestisida
sebaiknya dilakukan dengan bijaksana,
karena bahan kimia ini selain membunuh
hama tetapi juga sekaligus membunuh
predatornya juga. Jadikanlah pestisida
sebagai pilihan yang mempunyai
spektrum sempit. Pada jagung yang sering
dijumpai adalah penyakit bulai untuk
hamanya adalah penggerek daun
penghisap daun. Tumpangsari merupakan
suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman pada
lahan dan waktu yang sama, yang diatur
sedemikian rupa dalam barisan-barisan
tanaman. Penanaman dengan cara ini
bisa dilakukan pada dua atau lebih jenis
tanaman yang relatif seumur, misalnya
jagung dan kacang tanah atau bisa juga
pada beberapa jenis tanaman yang
umurnya berbeda-beda.
Untuk dapat melaksanakan pola tanam
tumpangsari secara baik perlu
diperhatikan beberapa faktor
lingkungan yang mempunyai pengaruh di
antaranya ketersediaan air, kesuburan
tanah, sinar matahari dan hama penyakit.
Penentuan jenis tanaman yang akan
ditumpangsari dan saat penanaman
sebaiknya disesuaikan dengan ketersediaan
air yang ada selama pertumbuhan.
Hal ini dimaksudkan agar diperoleh
pertumbuhan dan produksi secara optimal.
Kesuburan tanah mutlak diperlukan, hal
ini dimaksudkan untuk menghindari
persiangan (penyerapan hara dan air)
pada satu petak lahan antar tanaman.
Pada pola tanam tumpangsari sebaiknya
dipilih dan dikombinasikan antara
tanaman yang mempunyai perakaran
relatif dalam dan tanaman yang
mempunyai perakaran relatif dangkal.
Sebaran sinar matahari penting, hal
ini bertujuan untuk menghindari persiangan
antar tanaman yang ditumpangsarikan
dalam hal mendapatkan sinar matahari,
perlu diperhatikan tinggi dan luas
antar tajuk tanaman yang ditumpangsarikan.
Tinggi dan lebar tajuk antar tanaman
yang ditumpangsarikan akan berpengaruh
terhadap penerimaan cahaya matahari,
lebih lanjut akan mempengaruhi hasil
sintesa (glukosa) dan muara terakhir
akan berpengaruh terhadap hasil secara
keseluruhan.
Antisipasi adanya hama penyakit tidak
lain adalah untuk mengurangi resiko
serangan hama maupun penyakit pada pola
tanam tumpangsari. Sebaiknya
ditanam tanam-tanaman yang mempunyai
hama maupun penyakit berbeda, atau
tidak menjadi inang dari hama maupun
penyakit tanaman lain yang
ditumpangsarikan.
Sistem tanam tumpangsari mempunyai
banyak keuntungan yang tidak dimiliki
pada pola tanam monokultur. Beberapa
keuntungan pada pola tumpangsari
antara lain: 1) akan terjadi
peningkatan efisiensi (tenaga kerja, pemanfaatan
lahan maupun penyerapan sinar
matahari), 2) populasi tanaman dapat diatur
sesuai yang dikehendaki, 3) dalam satu
areal diperoleh produksi lebih dari satu
komoditas, 4) tetap mempunyai peluang
mendapatkan hasil manakala satu jenis
tanaman yang diusahakan gagal dan 5)
kombinasi beberapa jenis tanaman
dapat menciptakan beberapa jenis
tanaman dapat menciptakan stabilitas
biologis sehingga dapat menekan
serangan hama dan penyakit serta
mempertahankan kelestarian sumber daya
lahan dalam hal ini kesuburan tanah.
Introduksi Teknologi
Tumpangsari
Pengolahan tanah dikerjakan saat hujan
pertama mulai turun. Saat ini musim
hujan kadang kurang jelas jatuhnya,
namun sebagai ancer-ancer bisa pada
bulan Oktober sampai awal Nopember.
Pengolahan tanah ini dilakukan agar
tanah menjadi gembur. Selain membuat
tanah menjadi gembur, pengolahan
tanah akan dapat menghilangkan gulma. Pengolahan
tanah dilakukan dengan
dicangkul sedalam 10-15 cm, kemudian
dicacah sambil membuang gulma yang
ada dan yang terakhir dibuat guludan.
Arah guludan sebaiknya menghadap ke
barat-timur dengan lebar guludan
antara 170-180 cm. Antara dua guludan dibuat
saluran selebar 20-30 cm untuk
mengalirkan air, agar saat hujan tanah tetap
dalam keadaan atus sehingga akar
tanaman jagung maupun kacang tanah tidak
tergenang.
Pada pola tumpangsari jagung dan
kacang tanah, diatur dimana jagung sebagai
tanaman pokok dan kacang tanah sebagai
tanaman sela. Benih jagung yang
akan ditanam adalah jagung komposit
(bersari bebas) varietas Bisma berlabel
yang sudah diberi seed treatment.
Lubang tanam dibuat dengan tugal sedalam
2-3 cm, dengan jarak antar barisan
tanaman 200 cm, sedangkan jarak dalam
barisan adalah 40 cm. Kebutuhan benih
jagung setiap hektar lahan dengan pola
tumpangsari adalah 15 kg (2 benih tiap
lubang tanam), sehingga populasi
tanaman jagung dalam 1 ha lahan adalah
25.000 batang. Sedangkan untuk
kacang tanah yang akan ditanam adalah
kacang tanah varietas Jerapah,
varietas ini mempunyai biji 2 dalam
setiap polong. Jarak tanaman kacang tanah
adalah 25 x 25 cm, sehingga dalam
setiap guludan terdapat 1 baris tanaman
jagung dan 5 baris tanaman kacang
tanah. Populasi tanaman kacang tanah
dalam 1 ha kurang lebih 100.000
tanaman atau sekitar 70% dibanding pola
monokultur. Kebutuhan benih kacang
tanah untuk setiap 1 ha lahan dengan pola
tumpangsari dengan jagung adalah 50 kg
biji kering (1 benih tiap lubang tanam).
Pemupukan dilakukan dua kali yaitu
pada saat tanam dan pada saat tanaman
telah berumur 1 bulan. Dosis pupuk
untuk jagung adalah 120 kg Urea, 65 kg SP-
36 dan 50 kg KCL. Dosis pupuk untuk
kacang tanah adalah 40 kg Urea, 80 kg
SP-36 yang masing-masing diberikan dalam
dua kali pemupukan. Pemupukan
pertama pada jagung adalah 80 kg Urea,
65 kg SP-36 dan 50 kg KCl, satu bulan
kemudian ditambahkan pupuk susulan
yaitu Urea sebanyak 40 kg. Pemupukan
pertama pada kacang tanah adalah: 20
kg Urea, 80 kg SP-36 dan 40 kg KCL,
selang satu bulan ditambahkan pupuk
susulan yaitu 20 kg Urea. Cara
pemupukan yaitu semua pupuk yang akan
diberikan dicampur jadi satu,
kemudian dibuat larikan dekat barisan
tanaman (sekitar 5 cm dari barisan
tanaman dengan kedalaman antara 5-7
cm), pupuk ditabur sepanjang larikan
kemudian ditutup kembali dengan tanah.
Pemupukan kedua untuk tanaman
jagung larikan disesuaikan dengan
tajuk tanaman, sedangkan untuk kacang
tanah larikan dibuat di tengah jarak
antara dua barisan tanaman kacang tanah.
Perawatan atau pemeliharaan tanaman
meliputi beberapa kegiatan antara lain
penyulaman, penyiangan dan
pembumbunan. Penyulaman sebaiknya dilakukan
agar tidak ada spot-spot kosong yang
akan diisi oleh gulma bila tidak dilakukan
penyulaman. Penyulaman untuk tanaman
jagung dilakukan antara 4-7 hari
setelah tanam, sedangkan untuk kacang
tanah antara 5-10 hari setelah tanam.
Sebaiknya penyulaman tidak terlalu
lama melakukannya.
Penyiangan dan pembumbunan dilakukan
paling tidak sebanyak dua kali atau
menyesuaikan dengan kondisi gulma,
bila memang gulma tumbuh dominan
dapat dilakukan penyiangan lagi.
Penyiangan pertama dilakukan pada saat
tanaman berumur 15 hari, sedangkan
penyiangan yang kedua dilakukan setelah
tanaman berumur 30 hari sebelum
dilakukan pemupukan susulan. Pada
penyiangan kedua ini sekaligus
dilakukan pembumbunan yaitu dengan
menggemburkan tanah dan menikkan tanah
ke sekitar batang. Untuk kacang
tanah sebaiknya dilakukan pembumbunan
sekali lagi yaitu pada saat tanaman
selesai berbunga sekitar 40 hari
setelah tanam.
Pengendalian hama penyakit dimaksudkan
agar kesehatan tanaman dapat
terjaga sehingga tanaman dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik.
Pengendalian hama maupun penyakit
dengan menggunakan pestisida
sebaiknya dilakukan dengan bijaksana,
karena bahan kimia ini selain membunuh
hama tetapi juga sekaligus membunuh
predatornya juga. Jadikanlah pestisida
sebagai pilihan yang mempunyai
spektrum sempit. Pada jagung yang sering
dijumpai adalah penyakit bulai untuk
hamanya adalah penggerek daun
penghisap daun.